Minggu, 10 April 2011

KELUARGA MENJADI AGEN PEMBEBASAN HAK ASASI MANUSIA


KELUARGA MENJADI AGEN PEMBEBASAN 

HAK ASASI MANUSIA
 

Keluarga merupakan sumber kekuatan suatu negara. Bangsa, Negara dan Gereja akan sehat dan kuat bila keluarga-keluarga juga sehat dan kuat. Keluarga merupakan hal atau agen terpenting bagi setiap kehidupan manusia, hal ini sudah dirancang Allah sejak awal penciptaan dunia. Suami, istri dan semua anggota keluarga mesti sungguh-sungguh menyadari akan arti penting keluarga serta mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu hendaklah keluarga harus mengetahui bagaimana sebenarnya rancangan Allah bagi setiap keluarga.
Menurut rencana ilahi, ada tiga pengertian hal yang terpenting dalam keluarga diantaranya adalah 1)Tempat untuk mengabdi/menyalurkan apa yang Tuhan taruh dalam hidup kita, 2) Keluarga adalah suatu komunitas besar dan 3) Keluarga bersifat jangka panjang. Dalam hal ini, Tuhan meminta kepada kedua pasangan supaya untuk saling mengasihi satu sama lain, mencipatakan suasana damai, tenteram, dan penuh kehangatan dalam kehidupan keluarga.
Jika melihat rencana Allah terhadap kehidupan keluarga, sekilas dapat dimengerti atau direfleksikan bahwa tanggak atau dasar dari kehidupan atau segala-galanya dalam dunia ini sumbernya dari keluarga. Sebuah pertanyaan bagi kita semuan, dengan melihat realitas yang ada didalam kehidupan keluarga pada saat ini? Sudahkah hal yang demikian dialami oleh keluarga, terutama keluarga sebagai agen pembebasan?
Pada masa sekarang, pola kehidupan keluarga bukan hanya terbentuk oleg kehidupan yang telah menjadi tradisi, dan itu kuno. Pada masa sekarang kehidupan dan pola gerak dan gerik keluarga sudah terbentuk dengan yang namanya budaya globalisasi. Hampir 100% kehidupan keluarga dibentuk dengan budaya globalisasi yang semakin hari semakin menyerang kehidupan keluarga. Hal yang sangat nampak adalah dalam siaran yang ada di televisi, hampir semua iklan yang ada memberikan kemudahan dalam keluarga bergerak, mulai dari peralatan rumah tangga sampai pada bagaimana keluarga menciptakan situasi bahagia dalam keluarga.
Jika melihat hal yang demikian, mengapa masih ada terjadi KDRT, perceraian dan perselingkuhan yang terjadi dalam kehidupan keluarga? Ternyata, jika melihat hal yang demikian, sudahkah keluarga menjadari dirinya sebagai agen pembaruaan atau agen yang menumbuhkan perdamaian di dunia ini seturut rencana Ilahi?
Keluarga merupakan sumber mata air yang mengalirkan kehidupan, kebahagiaan, kedamian. Sebagai agen, hendaklah keluarga harus menjadi dasar atau pondasi yang bisa mencerminkan kedamaian, kebahagiaan dalam kehidupan mereka. Hal tersebut akan terjadi jika kedua pasangan suami dan isteri beserta anggota keluarga mau menghargai hak asasi masing-masing.
Menumbuhkan dan mengembangkan pola saling mengasihi serta mencintai dalam kehidupan keluarga serta menghormati hak asasi masing-masing anggota keluarga merupakan langkah awal peran keluarga yang menjadi agen yang mendatangkan pembenasan bagi jiwa-jiwa yang ada di dalamnya. Keluarga tersebut merupakan model bagi keluarga lain. Dalam kehidupannya, keluarga hendaknya dapat menjadi contoh bagi keluarga-keluarga lain.
Sebagai penentu keselamatan dunia dan Negara, dalam Firman-Nya Maleakhi 4:6, Tuhan berkata "Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah". Adanya perdamaian dalam keluarga-keluarga merupakan salah satu indikator bagi Allah untuk tidak menghukum suatu daerah (kota dan atau dunia).
Keluarga hendaklah kamu menjadi dirimu sendiri, demikianlah hal yang dikatakan oleh Paus Yohanes Paulus II kepad keluarga. Kerinduan paus Yohanes Paulus II akan adanya kebahagiaan dalam hidup bekerluarga ama mendalam. Paus memandang bahwa keluarga bukan hanya menjadi agen akan tetapi menjadi inti atau sel yang pertaman, hal ini bukan hanya berkaitan dengan munculnya nafas kehidupan yang baru, akan tetapi dari keluarga itulah bentuk-bentuk pola mengisi kehidupan ini muncul, jika keluarga tidak mencerminkan adanya kebahgiaan, kedamiaan atau pembenasan bagainama Negara, bangsa dan Gereja akan menjadi bangsa, Negara dan Gereja yang membawa kedamian atau pembebasan, karena Negara, bangsa dan Gereja ada berasal dari kehidupan yang telah lahir dari keluarga.
Keluarga dipanggil oleh Tuhan untuk mendatangkan segala bentuk kehidupan di dunia ini bukan hanya melahirkan nafas kehidupan saja akan tetapi mengisi kehidupan ini dengan sesuatu yang penuh makna. Dalam hal ini, apa yang seharusnya keluarga lakukan, supaya suasan yang diharapkan oleh Bangsa, Negara dan Gereja terutama Tuhan itu dapat diwujud nyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberpa hal yang saya anggap penting untuk keluarga ketahui, supaya dalam pendangan Allah bahwa keluarga sebagai agen, inti atau sel dari segala-galanya, diantaranya,
1.      Keluarga sadarlah, karena dengan kesadaran maka keluarga akan mengerti posisinya, tugas, fungsi dan tujuan dari terbinanya kehidupan keluarga.
2.      Sebagai warga Negara, dan Bangsa Indonesia ini, hendaklah sikap patriot, nasiona, dan demokrasi harus ada dalam tata kehidupan keluarga. Terlibat dalam pengembangan masyarakat RT, RW, Kecematan dan bangsa Indonesia ini. Tumbuhkan semangat para pejuang dalam memerangi kekerasan dalam rumah tangga, dan selalu semangat dalam mendeklarasikan perdamaian dan kebahagiaan dalam keluarga.
3.      Sebagai warga Gereja, hendaklah dalam kehidupannya nilai-nilai injil Iman, Harapan dan kasih harus mewarnai kehidupan keluarga, baik dalam pola pendidikan atau menjalian relasi serta komunikasi antara anggota keluarga. Menimba, mendalami dan merefleksikan sabda Tuhan dalam injil-Nya merupakan hal yang harus keluarga lakukan, karena Allah menyapa, mendidik serta memanggil keluarga untuk menjadi cermin kedamaian dan kebahagiaan dalam segala bentuk kehidupan di dunia ini.
Keluarga merupalkan lilin yang bernyala ditengah kegelapan yang menerangi segala sudut-sudut ruangan sehingga ruangan yang gelap menjadi terang, keluarga sebagai garam yang memberikan rasa bagi kehidupan ini, sebagai ragi hendaklah keluarga selalu mengalirkan kehangatan cinta kasih, iman dan pengaharapan bagi kehidupan dunia, bangsa dan Gereja.  Jika hal yang demikian telah keluarga sadari, dibina secara terus menerus dalam kehidupannya serta menghidupinya dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan sebagai umat Allah maka air kedamaian, kebahagaian dan sukacita akan mewarnai kehidupan ini, dengan demikian maka pantaslah keluarga dapat dikatakan sebagai agen dari munculnya pembebasan dalam kehidupan ini.

Ditulis oleh Silvester Nyawai
Mahasiswa STKIP Wadya Yuwana Madiun
Jln. Soegijopranoto (d/h.Jln. Mayjend. Panjaitan), Tromol Pos 13.
Madiun 63102

  Diterbitkan dimajalah Kana Malang Tahun 2011

Kamis, 07 April 2011

MENGENAL PENGARANG INJIL MATIUS


MENGENAL PENGARANG 

INJIL MATIUS



Siapakah pengaran Injil Matius itu, sehingga ia menjadi salah satu pengarang Injil yang menjadi dasar dari Iman kita? Jika pertanyaan ini dilontarkan kepada kita sebagai orang katolik, apa yang seharusnya kita jawab? Di sini saya akan memaparkan tentang, apa yang telah saya dapatkan dari perkuliahan sebagai calon pewarta sabda.
“Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia”
Matius  9:9
Dari perikop injil ini sangat jelas sekali, apa yang Yesus ingikan dari kita sebagai anak-anak-Nya, mengikuti Yesus bukan bearti kita hanya mengikuti Dia dengan mengagungkan nama-Nya, akan tetapi hendaklah kita juga menjadi pewarta dan pelayan-Nya. Dalam mengikuti dan mewartakan sabda Yesus, hendaklah kita harus benar-benar mengerti akan apa yang harus kita lakukan, yang amat terpenting adalah siapa itu Yesus, mengapa Ia rela mati untuk kita? Dengan kematiaan-Nya kita harus berbuat apa?
Dari ke empat injil yang kita miliki, salah satunya injil Matius telah menjawab pertanyaan tersebut, Cuma yang menjadi masalah sekarang siapa itu Matius, apakah ia salah satu murid Yesus atau salah satu orang yang mendengarkan pewartaan dari murid-murid Yesus tentang perbuatan Yesus selama Ia berada di dunia ini.
A.     LATAR BELAKAN INJIL MATIUS
Dalam dokumen aslinya, Injil Matius tidak menyebut nama pengarangnya (anonim). Secara tradisional pengarang injil Matius diakui sebagai pemungut cukai yaitu seorang lewi, jika pernyataan tradisional ini benar, sangat jelas sekali bahwa Matius adalah seorang murid Yesus atau saksi mata akan apa yang Yesus buat pada masa Ia berada di dunia ini. Tradisi Gereja mencatat ucapan Papias, uskup dari Hierapolis di Asia Kecil (c. 110 M):  “Matius mengumpulkan ucapan-ucapan dalam dialek Ibrani (Aram) dan setiap orang menerjemahkannya sesuai kemampuan masing-masing.” Karya Papias telah hilang, tetapi banyak dikutip oleh sejarawan Eusebius. Ada kemungkinan Rasul Matius mengumpulkan ucapan-ucapan Yesus dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Aram, lalu orang-orang lain menerjemahkannya “menurut kemampuan masing-masing.” Judul “menurut Matius” ditambahkan sekitar abad kedua. Tradisi Gereja sejak abad kedua dengan suara bulat menerima Matius sebagai pengaran.
Ada beberapa petunjuk yang dapat kita gunakan yaitu intern dari Injil untuk Matius sebagai pengarangnya: 
1)      Mat 9:9, nama Matius menggantikan nama Lewi, pemungut cukai yang dipanggil untuk menjadi murid Yesus (bdk. Mk 2:14; Lk 5:27);
2)      Mat 10:3, nama Matius dalam daftar nama 12 murid diberi keterangan “pemungut cukai”  (bdk Mk 3:18; Lk 6:15).
3)      Injil yang banyak menyebutkan tentang pajak, dan itu lebih cendrung kepada pemungut cukai seorang lewi
4)      Dari daftar ke 12 murid pada injil Matius, ada tertulis ”si pemungut cukai” yang terletak pada urutan ke delapan, lain halnya dengan injil yang lain, nama Matius terletak pada urutan ke 7, ini memberikan petunjuk bahwa seorang penulis ingin menunjukan kerendahan hatinya.
B.     TAHUN PENULISAN
Menurut keterangan yang didapatkan, injil Matius di tulis sebelum tahun 70 M, untuk memperkuat pernyataan ini ada beberapa faktor yang dapat kita gunakan, diantaranya adalah
a)      Mat tidak mengubah pernyataan Mrk 13:14 tentang kejatuhan Yerusalem, sedangkan Luk  meredaksinya sebagai berikut:  “Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat” (Luk 21:20). Andaikata Injil Mat ditulis sesudah 70 M, Mat pasti akan berbuat sama seperti Luk. Mat malah Menambahkan “segera sesudah siksaan itu” (Mat 24:29), yang memberi kesan ia berharap parousia Anak Manusia segera terjadi sesudah kejatuhan Yerusalem. 
b)      Keterangan Mat tentang Bait Allah:  “meninggalkan persembahan di atas mezbah” (5:23-24), keharusan bagi orang benar “membayar bea Bait Allah” (17:24-27), dan “bersumpah demi Bait Suci” (23:16-22). Lebih sulit dipercaya jika anachronisme ini ditambahkan oleh penulis sesudah Bait Allah dihancurkan, daripada mempercayai  bahwa ayat-ayat ini relevan karena Bait Suci masih berdiri ketika Injil Mat ditulis.  Demikian pula penambahan Mat, “berdoalah supaya waktu kamu melarikan diri itu  jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat” (24:20), akan tidak berarti jika kehancuran Yerusalem sudah terjadi.
Dalam hal ini, penulis tahun injil ini hanya kira-kira dan itu juga dilihat berdasarkan situasi yang terjadi pada waktu itu. Jika kita telah memahami tentang tahun penulisan injil Matius ini, pertanyaan lebih lanjut yang diberikan kepada kita, Matius menulis injilnya untuk siapa, apa dasar Matius menulis injilnya ini.
C.     SASARAN PEMBACA
1)      Data intern Injil Mat mendukung hipotesa bahwa pembaca pertamanya adalah orang Kristen asal Yahudi, berdasarkan unsur2 berikut: 
·        Penekanan seluruh Injil pada penggenapan PL, terutama melalui “kutipan penggenapan” yang didahului oleh formula: “supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi”  (1:22-23; 2:15, 17-18; 4:14-16; 8:17; dst). Kutipan penggenapan ini bertujuan untuk menyatakan Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan dalam PL, dan pelayanan-Nya merupakan fajar zaman mesianik;
·        Pentingnya kesetiaan Yesus terhadap Taurat (5:17-19) dan penekanan Yesus pada kebenaran (righteousness); 
·        Mat menghilangkan keterangan2 Mk tentang adat-istiadat Yahudi (15:2, bdk Mk 7:3-4);
·        Tampak jelas pola pemikiran rabinik dalam beberapa percakapan  (mis. 19:3-9 tentang perceraian); 
·        Motif apologetik dari narasi kelahiran Yesus (menyanggah tuduhan orang Yahudi tentang kelahiran Yesus secara tidak sah) dan narasi kebangkitan (eksplisit menyanggah  tuduhan orang Yahudi bahwa tubuh Yesus dicuri; 28:8-15)
2)      Meskipun tampaknya ditujukan khusus kepada orang Kristen Yahudi, namun Mat memiliki sifat universal yang melampaui batas2 sasaran pembaca tertentu. Bisa jadi pembaca pertamanya adalah orang Yahudi Helenistik atau orang Yahudi dalam diaspora, yang tetap akan menimba manfaat dari penjelasan Matius tentang kontinuitas dan diskontinuitas dengan wahyu yang diberikan dalam masa perjanjian (covenant) sebelumnya.  
D.    GENRE DAN TUJUAN PENULISAN
Adanya beberapa penekanan yang unik dan unsur-unsur yang khas Matius menyatakan tujuan penulisan Injil ini dan menentukan apakah genre Injil Matius.
  1. Injil:  Matius adalah pertama-tama sebuah Injil, yaitu suatu catatan atau laporan tentang hidup Yesus, semacam biografi kuno tetapi bukan biografi dalam arti modern. Kini semakin disadari bahwa Injil Matius banyak kemiripannya dengan biografi dalam sastra Yunani-Romawi. Seperti Injil2 lainnya, Matius adalah perluasan             kerygma (proklamasi) tentang penggenapan Kitab Suci yang dibawa oleh Yesus, terutama melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Inilah inti Injil, yakni manifestasi puncak dari tindakan penyelamatan Allah bagi manusia di dalam kematian dan kebangkitan Yesus.
  2. Propaganda misi:  Penekanan yang kuat di dalam seluruh Injil Matius pada penggenapan nubuat PL untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias, telah membuat Injil ini dilihat sebagai sarana atau alat dalam misi penginjilan Gereja kepada orang Yahudi.
  3. Polemik melawan para rabi:  Seringnya Yesus mengritik orang Farisi dengan pedas (terutama Mat 23) menuntun kepada kesimpulan bahwa baik sang penulis Injil maupun pembacanya sedang menghadapi masalah dalam hal pembelaan mereka terhadap tuntutan sinagoge. Perdebatan itu menyangkut pertanyaan, siapakah yang memberikan interpretasi yang benar tentang hukum Taurat. Dalam pandangan ini, Injil Mat telah memanfaatkan berbagai tradisi tentang Yesus dan orang Farisi, dan memakai materi ini dalam pertentangan dengan Yudaisme Farisi di kemudian hari.
  4. Koreksi terhadap Gereja:  Ada pendapat bahwa penulis Matius bertujuan memberi koreksi terhadap komunitas yang sedang menghadapi kesulitan yang serius. Petunjuk tentang hal ini dapat dijumpai  di dalam beberapa teks berikut. Dari penelitiannya tentang Mat 17:22-18:35,  W.G. Thomson menyimpulkan bahwa komunitas Matius mengalami perpecahan yang serius dan  berbagai skandal sering terjadi. Di dalam Mat 13 Kingsbury menemukan indikasi bahwa komunitas Mat sedang bermasalah, bukan saja akibat pertikaian intern tetapi juga karena kemunduran rohani yang tercermin dalam materialisme, sekularisme, dan sikap tidak menghiraukan hukum Taurat. Polemik melawan nabi palsu (7:15-23), menurut Minear dan Trilling, mencerminkan keprihatinan penulis tentang para pemimpin komunitas Mat yang cenderung menjadi nabi palsu atau jatuh dalam kemunafikan; juga mencerminkan keprihatinan terhadap orang-orang “kharismatik” di dalam jemaat yang tidak hidup dalam ketaatan kepada hukum Taurat. Penulis Mat mengakui adanya nubuat dan penyembuhan ilahi di dalam Gereja, namun ia tidak bersikap toleran terhadap orang yang melayani dengan manifestasi karunia2 rohani tetapi tidak menunjukkan ketaatan kepada hukum Taurat. 
  5. Berbagai pendapat tentang genre ini menunjukkan bahwa penulis Mat mungkin saja mempunyai beberapa tujuan. Paling tidak hal ini sangat jelas: Injil Mat adalah sebuah kitab untuk komunitas, yang ditulis terutama untuk memenuhi berbagai kebutuhan jemaat2 yang dilayani oleh penulis, dalam masa interim antara peristiwa2 sejarah yang terjadi waktu itu dengan kedatangan Kristus yang kedua. Penulis bertujuan menolong pembacanya yang asal Yahudi itu untuk memahami iman Kristen sebagai kontinuitas dari iman bapa-bapa leluhur Israel, sebagai penggenapan Kitab Suci, dan sebagai awal dari realisasi pengharapan Israel. Penulis juga bertujuan menolong Gereja dalam pengajarannya, dan selain itu juga untuk mengajar serta membangun umat Kristen, baik dalam generasinya sendiri maupun generasi  mendatang. 
E.     KERANGKA STRUKTUR INJIL MATIUS
Pada dasarnya, para ahli kitab suci membagi injil Matius ke dalam struktur dengan berdasarkan tempat pewartaan Yesus semasa hidup-Nya. Struktur injil Matius sebagai berikut:
1)      Mat 1-4:11 pendahuluan
2)      Mat 4:12-15 Karya Yesus Di Galelia
3)      Mat 15 Karya Yesus di Utara
4)      Mat 16:12-28 Perjalanan ke Yerusalem
Kerangka utama pada injil matius yang didasarkan pada 5 kotbah Yesus:
5-7
di bukit
10
pada para rasul
13
Tentang perumpamaan
18
Tentang menjadi anggota gereja
24-25
Akhir zaman

Selingan
Yang mau di perlihatkan oleh Matius dalam injilnya ini adalah penginjil Matius ingin melihat Yesus sebagai Musa baru. Jika kita melihat Mat 5-7, Yesus di dalamnya berkotbah di bukit, hal tersebut juga dilakukan oleh Nabi Musa yang pada waktu itu berkotbah di bukit sinai, maka dari pada itu kelima kotbah Yesus di atas bukut itulah yang menjadi pndasi injil Matius.
F.      TEOLOGI INJIL MATIUS
Jika kita telah mengenal atau mengetahui latar belakang, tahun penulisan, sasaran serta struktur injil Matius, hal yang amat terpenting adalah pokok-pokok teologi injil Matius, di dalamnya penginjil Matius ingin mengatakan kepada kita siapa Yesus itu sebenarnya dan apa yang Ia lakukan semasa hidupnya.
Ada beberapa petunjuk tentang siapa itu dalam injil Matius, dintaranya
a)      Yesus adalah Mesias: Yesus adalah Mesias (yang diurapi) keturunan Abraham, Anak Daud, Dia adalah Juru Selamat yang dijanjikan Allah. Yusuf harus menamai Dia; Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Matius 1:21) Dan melalui Dialah, Allah menggenapi apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Orang Yahudi menantikan Mesias sebagai seorang raja yang memiliki kekuatan militer yang besar untuk membebaskan bangsanya dari penindasan bangsa lain. Oleh karena itu Orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias, sebab Yesus sang Mesias tidak mengandalkan kekuatan militer, melainkan mengandalkan kekuatan Kasih. untuk memenangkan peperangan rohani yaitu menang atas maut. Dengan Demikian umat manusia diberi pengharapan bahwa manusia tidak harus binasa dalam dosa, melainkan barangsiapa yang percaya kepada Yesus Kristus Sang Mesias itu, ia akan beroleh Keselamatan. Perintah-Nya adalah: Beritakan injil ( 9:35 , 11:1, 24:14, 26:13).
b)      Yesus adalah Guru Agung: Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru Agung, Yesus mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya.Ada lima kelompok :
1)      Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (5-7);
2)      Ajaran kepada kedua belas Murid Yesus untuk melaksanakan tugas (10)
3)      Ajaran melalui perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan Allah memerintah sebagai Raja (menggunakan istilah Kerajaan Allah/Kerajaan Sorga) (13)
4)      Ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (18)
5)      Ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (24-25).
Orang percaya diperlengkapi agar dapat menjadi murid Tuhan sejati. Yaitu murid yang melakukan Firman di dalam hidupnya. Perintah-Nya adalah "Jadikanlah semua bangsa Murid-KU"...dan Ajar mereka untuk melakukan setiap firman ... (28:19-20)
Dalam injil Matius, Yesus sering mengatakan Bapa sebagai Bapa-Ku, Bapa itulah yang dilukiskan oleh Yesus sebgai Bapa yang baik hati, sehingga Bapa itu tahu memberi yang baik kepada anak-anak-Nya serta sangat memperhatikan kebutuhan anak-anak-Nya. Melihat hal yang demikian, maka inti dari injil Matius adalah pewartaan tentang Yesus sebagai penggenapan dari Kitab suci perjanjian lama, dan itu dapat kita lihat dari kata-kata atau rumusan “supaya genapah….” Dan bukan hanya itu saja, dalam injil Matius kita juga dapat melihat silsilah tentang Yesus begitu diceritakan amat detil sekali, maka oleh para ahli injil Matius diletakan pada bagian pertama dalam keempat injil yang kita miliki.

Ditulis oleh Silvester Nyawai
Mahasiswa STKIP Wadya Yuwana Madiun
Jln. Soegijopranoto (d/h.Jln. Mayjend. Panjaitan), Tromol Pos 13.
Madiun 63102


KELUARGA DITENGAH PERUBAHAN

KELUARGA DITENGAH PERUBAHAN

  

By: Silvester Nywai

 
Pada kenyataannya, banyak tantangan yang dihadapi oleh keluarga masa kini. Kehidupan keluarga masa kini bukan seperti kehidupan keluarga masa lalu, masa nenek moyang dulu. Dalam berbagai hal, keluarga masa kini adalah menuju pada perubahan hidup yang semakin maju. Zaman telah menempa kehidupan keluarga pada masa kini. Arus globalisasi dan perkembangan ilmu pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan keluarga yang semakin modern.
Perubahan kehidupan keluarga pada masa kini sangat tampak sekali dari bentuk kehidupan keluarga yang semakin terbuka akan segala hal yang ada dalam keluarga. Jika pada zaman dulu, permasalahan dalam keluarga jarang bermunculan keluar, dan semuannya diselesaikan dengan secara kekeluarga, artinya lingkup keluarga baik besar maupun kecil. Pada zaman sekarang permasalahan juga diselesaikan dengan cara kekeluargaan, akan tetapi banyak perbedaan yang terjadi.
Banyaknya media masa yang dapat digunakan keluarga dalam menemukan atau menyelesaikan permasalahan dalam keluarga. Seperti yang sangat tampak sekali adalah dengan melalui media masa TV atau majalah yang ada. Acara khusus yang dipersiapkan untuk keluarga, dan ada kolom khusus dalam Koran atau majalah bagi keluarga yang berkenan berkonsultasi. Dapat dikatakan, permasalahn  keluarga pada zaman sekarang bukan hanya terbatas pada penyelesaiannya dalam lingkup keluarga saya akan tetapi publik juga ikut menyelesaikan permasalahan dalam keluarga tersebut.
Banyaknya buku, Koran, majalah yang hampir membanjiri di seluruh tanah Indonesia tercinta diantaranya ada beberapa majalah atau Koran yang menghususkan dirinya untuk membahas tentang seputar kehidupan keluarga. Dalam situasi yang demikian, ada banyak keluarga yang merindukan akan adanya kedamaian, kesejahraan dan kebahagiaan dalam kehidupan keluarga tersebut. Seiring dengan perkembangan yang ada, ada banyak juga para pemikir yang mau atau mulai mendefinisikan atau mencari bagaimana membentuk keluarga yang damai dalam menuju kepada kehidupan keluarga yang bahagian.
Dari pola gaya hidup, keluarga pada zaman sekarang sudah meninggalkan model keluarga yang bentuknya tradisional, keluarga pada masa sekarang lebih berorentasi pada kehidupan yang modern, contohnya adalah pada saat ini semakin banyak ditemukan bahwa jumlah keluarga tidak sebanyak zaman dahulu. Jumlah anggota keluarga saat ini semakin sedirkit. Dengan jumlah anggota keluarga yang sedikit, perhatian dan pendampingan terhadap masing-masing anak dapat semakin maksimal. Pernikahan tidak dipandang hanya sebagai sebuah ikatan atau kesepakatan dua orang yang saling mencintai saja, karena ia tidak hanya bersifat personal, namun juga berdampak sosial dan dipandang sebagai sebuah lembaga institusi tersendiri. Teknologi dan perlakuan terhadap sex telah berubah. Sex dipandang memiliki dua tujuan, yaitu kebahagiaan dan pengabdian terhadap kehidupan manusia. Berkat teknologi, manusia dapat memisahkan fungsi hubungan suami istri, di mana hubungan suami istri tidak selalu untuk mendapatkan keturunan. Dengan majunya teknologi, berbagai isu muncul, mulai dari aborsi, alat kontrasepsi, bayi tabung, kloning, kultur jaringan dan banyak lagi.
Banyaknya pola atau gaya yang baru dari cara hidup keluarga pada masa sekarang, dampak positif dan negatif berkembang atau muncul bersamaan. Pasangan yang baru menikah lebih memilih untuk membangun atau membina rumah tangga sendiri, banyak orangtua tidak ikut terlibat dalam menentukan pasangan hidup pada anak-anak mereka tidak seperti zamannya Siti Nurbaya. Hal yang demikian adalah beberapa rangkaian dari perkembangan gaya hidup keluarga pada masa kini.
Dari pernyataan yang ada, apa hubungannya keluarga ditengga perubahan dan keluarga yang membangun diri? Sebuah pertanyaan reflektif yang amat mendalam bagi keluarga. Sebenarnya mau dibawa kemana kehidupan keluarga pada masa sekarang?
Sebagai unit, atau lembaga atau Gereja mini keluarga dipandang sebagai inti dari segala kehidupan, inti dari segala pembaruaan, perubahan atau inti dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Sisi neraka dan surga ada dalam keluarga menjalani kehidupannya. Sisi neraka jika keluarga diselimuti dengan barbagai macam masalah yang tak kunjung berhenti, dan sisi surganya adalah jika keuarga di dalamnya diselimuti dengan hangatnya hubungan kebahagiaan dan kedamaian. Dari dua sisi inilah keluarga terus menerus merenungkan atau merefleksikan dengan serangkaian peristiwa atau pengalaman hidup yang mereka alami.
Dapat dikatakan bahwa, bentuk gaya atau cara hidup keluarga pada masa kini adalah hasil perjalanan kehidupan keluarga pada masa lalu. Jika dulu, sang istri hanya bekerja di rumah dan mengurusi rumah dan anak, pada masa sekarang hal yang demikian hampir tidak ada lagi.  Karil hidup lebih diutamakan, dan penghargaan terhadap hak kaum perempuan sudah sederajat dengan kaum laki-laki. Bentuk gaya hidup inilah yang dinamakan dengan perubahan yang amat nyata dalam kehidupan keluarga.
Dengan mengamati dari beberapa hal atau peristiwa dapat dikatakan bahwa keluarga pada masa kini adalah keluarga yang terus menerus untuk membangun diri kepada kehidupan keluarga yang bahagia. Pencariaanya yang terus menerus mulai dari kebutuhan ekonomi, dalam kehididupan social dan dari segi rohani semuannya dijelajahi keluarga untuk menemukan makna hidup keluarga yang bahagia dan damai. Keluarga pada masa sekarang semakin terbuka akan ilmu-ilmu yang berbicara tentang seputar kehidupan keluarga dalam rangngka membina diri, dan itu semua adalah demi terciptanya kerajaan Surga di dalam kehidupan keluarga.
Perkembangan zaman membawa kehidupan keluarga pada perubahan yang luar biasa, dalam hal ini keluarga dapat dikatakan sebagai agen permbaruan yang memiliki potensi yang pengaruh bagi terciptanya kerajaan surga di dunia ini. Adapun hal-hal yang harus di perhatikan adalah
  1.  Keluarga jadilah diri sendiri, yang tidak terpaku akan persaiangan dalam berbagai hal, serta jadikanlah diri sebagai garam dan terang dunia yang memiliki fungsi sebagai terpancarnya cahaya yang abadi dari kehidupan ini 
  2. Keluarga jadilah dirimu seperti burung merpati yang mempasona keindahan, kecantikan, ketulusan hati dan terbanglah tinggi-tinggi menjangkaui cakrawala, dengan demikian kehidupan akan menjadi bebas. 
  3. Binalah diri dalam kelimpahan kasih dan cinta, karena itulah yang dapat menimbulkan kehangatan dalam keluarga yang mendatangkan kedamaian dan kebahagiaan yang melimpah.
  4. Jadilah seperti air yang bening, bersih dan tidak tercela dengan demikian maka setiap orang yang menikmatinya akan merasa dilegakan dengan apa yang mereka rasakan. 
  5. Jadilah harta yang berharga yang tidak ternilai harganya, serta mutiara yang menawarkan kecantikan, serta bunga yang memberikan keelokan bagi orang yang memandangnya.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut, ada hal yang amat penting dalam keluarga membina kehidupannya. Pola kehidupan keluarga hendaklah benar-benar di dasarkan pada cinta dan kasih yang dapatkan dari hubungan mesra dengan sang Pencipta, karena dengan melali DIA makan keluarga tersebut dapat membangun diri dalam kelimpahan baik jasmani maupun rohani. Jika hal tersebut benar-benar hidup dalam kehidupan keluarga, maka dalam menghadapai perkembangan dalam bentuk apapun maka keluarga akan tetap teguh dalam menghadapainya. Dan tidak ada kata perubahan atau pembangunan dalam keluarga jika dirinya tidak bisa merubahdiri sendiri dalam menuju kepada kehidupan yang bahagia.