Rabu, 09 Maret 2011

BAHAN KATEKESE UMAT

BAHAN KATEKESE UMAT
” KEBERSAMAAN DALAM KELUARGA”
Oleh: Silvester Nywai 



KATA PENGANTAR


Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa masa depan manusia di dunia ini tergantung dari situasi dan kondisi keluarga-keluarga dalam kehidupannya, hal yang senada juga dikatakan oleh Paus Benediktus XVI, dalam perkataannya Paus Benediktus XVI berpendapat keluarga adalah harta yang amat berharga dari kemanusiaan, keluarga juga merupakan sebuah lembaga sosial yang fundamental, sel yang amat vital dan pilar yang ada dalam masyarakat yang menyangkut orang beriman maupun non-beriman. Pernyataan kedua tokoh Gereja yang ada di atas hanya mau mengatakan bahwa keluarga adalah baik yang Kristen maupun non-Kristen mereka memiliki martebat, identitas dan perutusan yang otentik serta khas dalam diri keluarga itu sendiri.
Secara etimologis, keluarga berasal dari sangsekerta, kelompok dan warga ”kulawarga” yang memiliki arti anggota atau kaum kerabat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di definisikan sebagai anggota yang terdiri dari “Ibu dan bapak beserta anak-anaknya.”. Definisi ini sama mirip dengan ide di dunia barat yang berbahasa Inggris.  Akan tetapi keluarga inti (atau batih, “nuclear family”) adalah fenomena modern yang mulai sebagai akibat urbanisasi sesudah revolusi industri (MENDITBUT. 1991:471).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
Anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah adaptasi atau perkawinan (WHO, 1969). Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Helvie, 1981).
Jadi, dapat disimpilkan bahwa keluarga pada pengertiaanya adalah merupakan bagiaan atau unit terkecil yang ada dalakam masyarakat yaitu bagian dari masyarakat yang di dalamnya terdiri dari suami, istri dan anak-anak.  Dalam BAB I pasal 1, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, secara tegas dinyatakan bahwa keluarga dibentuk melalui suatu proses perkawinan yang sah yang dilangsungkan berdasarkan agama dan kepercayaan dari masingmasing orang (pasangan). 
Bentuk gereja yang terkecil adalah keluarga. Di dalam keluarga sebagai Gereja mini itu, ada suami, ada isteri dan ada anak-anak. Suami, isteri dan anak-anak merupakan persekutuan pribadi-pribadi di dalam keluarga yang disatukan oleh cinta. Sebab persekutuan suami, isteri dan anak-anak di dalam keluarga sebagai Gereja mini merupakan persekutuan yang berdasar pada cinta kasih. Kalau setiap anggota hidup berdasarkan cinta kasih, kita percaya, bahwa keluarga sebagai Gereja mini tidak hanya menjadi sasaran pendampingan pastoral, melainkan terlebih menjadi pelaku pastoral, pelaku dalam pewartaan kabar gembira Injil (http://webcache.googleusercontent.com).
Hidup suatu keluarga bisa dikatakan bermutu apabila sekurang-kurangnya mewujudkan nilai-nilai yang termuat dalam pandangan Gereja Katolik tentang luhurnya perkawinan atau-secara lebih luas -hidup berkeluarga. Pandangan itu diungkapkan, misalnya, di dalam Dokumen Konsili Vatikan II yang mengatakan bahwa “persekutuan hidup dan kasih suami-istri yang mesra, yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan hukum-hukum-Nya, dibangun oleh perjanjian pernikahan atau persetujuan pribadi yang tak bisa ditarik kembali .... Ikatan suci demi kesejahteraan suami-istri dan anak maupun masyarakat itu tidak tergantung dari kemauan manusiawi semata-mata. Allah sendirilah Pencipta pernikahan, yang mencakup pelbagai nilai dan tujuan.” (Gaudium et Spes no. 48a)
“Persekutuan hidup dan kasih suami-isteri yang mesra, yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan hukum-hukumnya, dibangun oleh janji pernikahan atau persetujuan pribadi yang tak dapat di tarik kembali. Demikianlah karena tidakan manusiawi, yakni saling menyerahkan diri dan saling menerima antara suami dan isteri, timbullah suatu lembaga yang mendapat keteguhannya, juga bagi masyarakat, berdasarkan ketetapan ilahi. Ikatan suci demi kesejahteraan suami-isteri dan anak maupun masyarakat itu, tidak tergantung dari manusiawi semata-mata. Allah sendirilah Pencipta perkawinan, yang mencakup berbagai niali dan tujuan”

Dengan adanya persekutuaan yang intim dari pasangan suami dan istri yang telah dipersatukan oleh Allah itu kemudian akan menghasilkan komunitas besar yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak, saudara-saudari dan anggota keluarga yang lainnya. Pada kenyataannya, dengan berdasarkan sakramen perkawinan yang telah pasangan suami dan istri terima, keluarga kristiani dipanggil oleh Allah untuk menampilkan komunitas baru yang otentik, dengan demikian sudah pasti dalam sebuah keluarga tersebut awal dari pendidikan yang pertama dan lengkap. Keberhasilan dalam keluarga, terutama kedamaian, kebahagiaan dan kesejahtraan keluarga itu dapat dilihat dengan adanya kebersamaan dalam keluarga tersebut. Dengan kebersamaan yang terus dibina dan dijalani dalam keluarga tersebut akan memeberi efek atau dukungan bagi perkembang keluarga tersebut dalam menghadirkan kerajaan Allah di dalam dunia ini terutama dalam keluarga tersebut.
Seperti yang kita lihat pada masa sekarang banyak sekali keluarga yang hancur, keluarga yang tidak ada keharmonisan dalam rumah tanga mereka, hal tersebut banyak sekali penyebabnya atau pemicunya, salah sagatunya adalah kurangnya kebersamaan dalam keluarga dalam membentuk kebahagiaan. Umat stasi Yakobus Mayor-Kali Bago, berdasarkan keperihatinan yang telah saya dapatkan dengan melalui beberapa percakapan dengan umat terutama pemimpin umatnya, beliau sangat menginginkan sekali adanya pembinaan bagi keluarga yang ada di stasi itu, karena selain ingin menyadarkan kepada keluarga betapa pentingnya kebersamaan dalam keluarga sebagai pengembangan Iman dalam keluarga dan pendewasaan iman anak dalam kebersamaan di dalam keluarga, dengan demikian saya sebagai mahasiswa praktek di stasi itu, saya mengangkat tema katekese yang bertemakan “Kebersamaan Dalam Keluarga”, keperihatinan saya pada masalah ini akan saya uraikan dalam beberapa pertimbangan yang memberi indikator dalam melaksanakan katekese Umat ini. 


IDENTIFIKASI
A.    NPM-Nama                       :
B.     Tujuan Umum                   :
1.      Supaya umat Stasi Yakobus Mayor-Kalibago dapat memaknai sebuah kebersamaan dalam keluarga itu sebagai bentuk dari pelayanan dalam hidup beriman kepada Yesus Kristus.
2.      Supaya umat Stasi Yakobus Mayor-Kalibago dapat mengambil nilai iman dari sebuah kebersamaan di dalam keluarga dan sebagai bentuk pendewasaan Iman di dalam hidup berkeluarga.
C.     Tema                                 :
“KEBERSAMAAN DALAM KELUARGA”
D.    Topik                                 :
1.      Pentingnya Kebersamaan Dalam Keluarga.
2.      Tujuan Kebersamaan Dalam Keluarga
3.      Kesulitan Dalam Membagun Kebersamaan Dalam Keluarga
4.      Tips-Tips Membangun Kebersamaan Dalam Keluarga
E.     Sasaran                              : Keluarga
F.      Tempat-Alamat                 : Menyesuaikan
G.    Penanggung Jawab           :
1.      Paroki atau Lembaga Yang menyelengarakan
2.      Ketua Lingkungan atau  Stasi
H.    Keterangan                        :
PEMIKIRAN DASAR

A.    Pertimbangan Psikologis
Pada dasarnya, setiap anggota keluarga sangat merindukan akan suatu kebersamaan di dalam keluarga. Keluarga terbentuk atas dasar cinta dari antara dua pribadi pria dan wanita yang mengikat diri mereka dalam sebuah pernikah. Pada zaman sekarang, kebersamaan dalam keluarga nilainya sudah kurang dan itu semua dikarenakan keseluruhan anggota keluarga sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Janganlah heran jika kita melihat diberbagai media masa ditampilkan banyak sekali keluarga yang hancur baik itu pasangan suami dan istri maupun anak sudah tidak saling menghargai antara satu sama lain, karena kebersamaan dalam keluarga itu tidak ada sama sekali. Kurangnya kebersamaan itu akan memberi efek kepada keluarga yang luar biasa. Kebersamaan dalam keluarga bukan hany menjadi kebutuhan dalam manajemen rumah tangga, akan tetapi secara psikologis juga kebersamaan dalam keluarga sangat memberi tukungan bagi keluarga dalam menjalani hudup bersama untuk menuju keluarga yang bahagia, damai dan sejahtra.
Yang menjadi keperihatinan sekarang adalah nilai kebersamaan itu sudah hampir tidak ada lagi, dan jarangnya keluarga dapat memaknai atau mengambil nilai kebersamaan itu, sehingga mereka merasa kebersamaan itu sebagai sebuah rutinitas keluarga yang biasa saja, akan tetapi pada kenyataannya dengan melalui kebersamaan itulah keluarga itu dapat menjalin hubungan yang erat antara suami, istri dan anak serta anggota keluarga yang lainnya.
B.     Pertimbangan Teologis
Keluarga adalah gereja kecil yang berada ditengah masyarakat dan gereja pada umunnya. Terbentuknya keluarga atas dasar cinta pria dan wanita yang dipersatukan oleh Allah dalam sebuah ikatan sakramen perkawinan.
Dalam pewartaannya Yesus Kristus mengatakan dalam penginjil Matius 5:16 “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”. Dengan melalui perkataan ini, penginjil Matius ingin mengatakan kepada kita, khususnya keluarga, terang dari Allah akan terpancar dari dalam keluarga itu ketika mereka (keluarga beriman) mampu untuk memaknai setiap perjalanan hidup mereka sebagai ungkapan kasih Allah, dan mereka secara bersama-sama dengan melaksanakan hukum kasih yang telah mereka peroleh dari Yesus Kristus saling mengasihi dan menghormati satu sama lain.
Dalam keluarga yang beriman, kehadiran Yesus di dalam keluarga itu sangat nampak sekali, megapa demikian karena keluarga yang beriman memampukan kepada mereka memaknai setiap perjalanan hidup mereka sebagai ungkapan Yesus yang menyertai perjalanan mereka. Kasih itulah yang selalu menuntum keluarga untuk membina keluarga yang bahagia dan menghadirkan kebersamaan yang penuh dengan kasih.
Dengan kasih yang telah diperoleh, dirasakan dan dihidupi dengan melalui kebersamaan dalam keluarga itu, makan tidaklah kasih itu hanya tinggal dalam keluarga itu saja, akan tapi kasih itu juga terpancar keluar seperti sinar yang menembus segala batas, ruang dan waktu, karena kenyataannya keluarga itu hidup dalam masyarakat luas, sehingga orang orang yang merasakan atau melihat sinar itu akan merasa damai dan akan mencari solusi untuk keluarga mereka sendiri, dengan demikian Allah telah dipermuliakan dalam keluarga tersebut.
C.    Pertimbangan Metodologis
Pada kegiataan katekese ini metode yang digunakan adalah:
a.       Ceramah, dengan metode ini peserta dapat menyimak apa yang disampaikan oleh fasilitator.
b.      Tanya jawab, melalui metode ini  peserta dapat mengungkapkan pengalaman, perasaan dan unek-unek yang ada didalam pikirannya.
c.       Diskusi, karena melalui metode ini maka peserta dapat mendiskusikan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya dan aksi apa yang hendak diwujudkan bersama.
d.      Sharing, melalui metode ini peserta dapat membagikan pengalamannya untuk menumbuh semagat dalam menumbuhkan sikap kebersamaan dan saling melayani di dalam Yesus Kristus.
D.    Pertimbangan Katekis
Dalam penginjil Matius  28:19 Yesus Kristus mengatakan kepada para murid-murit-Nya “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Tugas seorang katekis sebagai murid-murid Kristus sangatlah nampak sekali. Katekis adalah seorang pewarta sabda Allah, pewartaan yang tidak terbatas pada ruang dan waktu.
Dalam hal ini, sangat dibutuhkan kepada ketakis untuk menyadari tugasnya, pewartaan yang ditujukan kepada segala bangsa, terutama dalam lingkup keluarga. Dalam hal ini, suara katekis atau katekese ini mau memberi pemahaman kepada keluarga, sejauh mana mereka atau keluarga sudah menghidupi sikap kebersamaan dalam keluarga sebagai penunjang hidup beriman. Tugas katekis dalam hal ini, mau menyadarkan kepada keluarga sebagai terang dan garam dunia, tentu hal yang demikan haruslah menjadi tujuan utama pelayanan para katekis dalam mewartakan Kristus. Men yadarkan keluarga akan hidup berdoa kepada Allah dengan anggota keluarga mereka dan sebagainya. Dan dengan demikian sejauh mana keluarga itu mempu untuk mendidik anak mereka yang dewasa di dalam iman. 










             

PERTEMUAN I

I.                   Tema              : Kebersamaan Dalam Keluarga
II.                Sup Tema I    : Pentingnya Kebersamaan Dalam Keluarga
III.             Tujuan           :
1.      Supaya keluarga dapat menyadari betapa pentinnya kebersamaan dalam keluarga.
2.      Supaya dengan kesadarannya itu, mereka dapat membagi waktu dalam dalam keluarga mereka untuk membina kebersamaan.
IV.             Metode           :Sharing, Ceramah, Cerita
V.                Sasaran          : Keluarga
VI.             Sumber           : Kitab Suci
VII.          Hari,Tanggal : Menyesuaikan
VIII.       Waktu            : Menyesuaikan


PEMIKIRAN DASAR

Menyadari betapa pentingnya kebersamaan dalam keluarga merupakan awal dari kerinduan keluarga tersebut untuk menghadirkan suasana damai, sejahtra dan bahagia di dalamnya. Seperti yang kita lihat dari berbagai media masa, seperti televisi, koran dan media-media yang lainnya. Pada zaman sekarang banyak hal, banyak peristiwa yang dapat membuat keluarga yang awalnya bahagia dan pada akhirnya harus diakhiri dengan kesedihan yang laur biasa karena kasus perselingkuhan yang pada akhirnya terjadi perceraian.
Dalam kaadaan yang seperti ini, yang di rugikan bukan hanya keluarga tersebut saja akan tetapi pihak yang lain. Secara psikologis, kasus ini akan membuat luka terdalam dalam diri pribadi seseorang. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus mengatakan “Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku 1Kor 13:3” . yang terpenting dalam kebersamaan keluarga adalah membina kasih, dengan kasih itulah maka keluarga dimampukan dalam menjalani hidup mereka sebagai keluarga yang bahagia, damai dan sejahtra, itu semua bisa di dapatkan jika keluarga memberikan waktu mereka dalam menjalin kebersamaan dalam keluarga.

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
ü  Katekese bisa dimulai pada saat umat telah siap dalam suasana tenang.
ü  Pemandu menyampaikan ucapan terima kasih kepada pengurus Stasi, dan umat yang telah sudi datang dalam katekese tersebut.
PEMBUKAAN
Lagu Pembukaan (Bagaikan Bejana) terlampir
ü  Pemandu mengajak peserta untuk menyanyikan lagu Kasih Pasti lemahlembut untuk mengawali pertemuan.
Doa Pembukaan (Tanda Salib)
ü  Pemandu memgajak peserta untuk mengambil sikap doa, sebagai kesiapan untuk mengikuti proses katekese ini, dan doa dibawakan oleh pemandu.
Ya Allah yang kekal dan kuasa, terima kasih atas anugerah dari-Mu yang selalu Engkau berikan kepada kami anak-anak-Mu, sekarang berkatilah kami dan kepenuhan acara katekese kami pada hari ini, semoga dengan pengalaman atau pada kesempan ini kami secara bersama-sama ingin menyadakan diri kami akan tugas keluarga kami sebagai gereja rumah tangga yang dipanggil Engakau untuk menjadi saksi-Mu baik dalam keluarga kami dan lingkungan kami. Tuhan semuannya ini kami serahkan kepada-Mu demi Kristus Tuhan dan pengentara kami, yang hidup dan bertahta kini dan sepanjang masa. Amin
A.    MENGHADIRKAN PENGALAMAN
ü  Pemandu menghadirkan pengalaman yang konkrit berkaitan dengan tema yang akan di dalami bersama.  
Bapak dan ibu yang tarkasih, selamat malam untuk kita semua. Dalam hidup ini, bertapa pentingnya kebersamaan dalam keluarga. Shring kita melihat banyak kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di kalangan masyarakat kita kasus kekerasan dan akhirnya berefek pada perceaian. Jika kita telusuri pengalam atau peristiwa-peristiwa itu, salah satu penyebab terjadinya adalah keluarga tersebut kurang mengerti akan bertapa pentinnya kebersamaan dalam keluarga.
Bapak dan ibu yang terkasih, saya mempunyai sebuah cerita untuk kita, mungkin cerita ini akan menjadi gambaran, bagaimana jika keluarga mengabaikan kebersamaan dalam keluarga, cerita ini saya peroleh dari sebuah Majalah, ceritanya bertamakan ”Mutiara Yang Hilang Dalam Kedamaian Keluaga”.
ü  Sebagai bahan pendalaman lebih lanjut, pemandu membawa peserta untuk mendengarkan cerita yang bertemakan ”Mutiara Yang Hilang Dalam Kadamaian Keluarga”, yang akan diceritakan pemandu dengan cara lisan.
ü  Setelah peserta siap untuk mendengarkan cerita itu, pemandu baru mulai bercerita dengan waktu 10 menit.
”MUTIARA YANG HILANG DALAM KEDAMAIAN KELUAGA”
Pak Aliong adalah seorang yang pekerja keras, istrinya bernama Sinta. Pak Aliong dan istrinya dianugrahi dua orang anak yang bernama Acin dan Alin, kedua orang anaknya itu sedang menjalankan masa pendidikannya sama-sama di bangku sekolah SMA. Untuk memperolehkan harta dan kekayaan hidup mereka, pak Aliong harus memulai semuannya dari nol, artinya pak Aliong dan keluarganya dulunya miskin, orang yang serba kekuarangan. Berkat kerja keras pasangan suami dan istri  tersebut, pada akhirnya mereka berhasil mensejahtrakan hidup keluarga dalam hal materi.
Pak Aliong sebagai menejer di sebuah perusahaan pertambangan minyak dan batu bara, sedangakn istrinya mebuka sebuah restoran masakan khas cina dengan memiliki kariawan yang bekerja di restoran itu sebanyak 20 orang. Karena begitu sibuknya pasangan suami dan istri tersebut, akhirnya mereka jarang sekali bertemu. 6 tahun telah berjalan keluarga tersebut menikmati hasil jerih payah mereka, pada suatu hari Pak Aliong harus pergi keluar negeri dalam jangka waktu yang cukup lama untuk menerima tugasnya, sementara istrinya itu harus selalu berada di restorannya karena pengunjung yang begitu banyak dan banyak memakan tenaga. Sementara kedua orang anaknya itu hidup bersama pembantu yang mengurusi rumah tangga mereka. Dengan rutinitas yang begitu padat dan sibuk mengakibatkan orang tua dan anak-anak jarang bertemu.
Dua dan tiga bulan hubungan baik itu masih berjalan seperti biasa, namun setelah itu suatu kejadian yang amat menyakitkan menimpa keluarga. Pak Aliong yang menurut sepengetahuan istrinya ibu Sinta bekerja di luar negeri, pada akhirnya selingkuh dengan asisten pribadinya. Hal yang sangat mengerikan dan menyakitkan ini sangat membuat ibu Sinta terpukul. Permasalahan bukan hanya sampai di situ saya, putra dari keluarga bapak dan ibu Aliong ini menjadi pecandu nerkoba dan berada di rung jeruji besi (pencara). Belum permasalahan itu selesai di urus, tiba-tiba ada surat dari sekolah itu datang kepada ibu Sinta, mengatakan bahwa putranya Aliong di keluargkan karena bukah Aliong bukan hanya pengonsomsi saja akan tetapi menjadi pengedar dan agen di sekolahnya.
Dengan permasalahan yang begitu berat dan tidak mapu ditanggung oleh ibu Sinta tadi, pada akhirnya ibu Sinta stress dan sekarang berada di rumah sakit yang mengurus orang yang stress. Keluarga yang dulunya bahagia dalam kekuarnagn materinya, kini menjadi keluarga yang berantakan karena kelebihan meterinya.
Kini tinggalah Alin dan pembantunya yang masih berada di rumah yang megah itu. Setiap hari Alin mengisi hari-harinya dengan tangisan, dia tidak tahu arus berbuat apa, ibu sudah gilam, bapaknya sekarang sedang bersenang-senang dengan istri barunya, dan kakak sekarang sedang berada dipencara. Aku seperti orang yang tidak memiliki apa dalam hidup ini walaupun hidup di dalam kemewahan. Kemanakah aku haru pergi?
Setelah menyelesaikan pendidkannya di SMA Alin langsuang menjalankan usaha yang sudah dirintis oleh Ibunya, namun ia tidak berfokus pada usaha itu saja, ia juga mengikuti kegiatan lainnya, salah satunya Legio Maria. Di sanalah ia dapat mengobati rasa rindu, sedih dan berpasrah kepada Tuhan peristiwa yang ia dan keluarganya alami. Selali itu juga, untuk menebusi kesalahan dan dosa-dosa yang dilakukan oleh Bapak, Ibu dan Kakaknya, Alin membuat suatu lembanga sosial yang memperhatikan orang miskin dan telantar. Hidup beriman kepada Yesus Kristus yang ia tekuni, pada akhirnya peristiwa besar terjadi atasnya ialah ibunya sembuh dari sakinnya dan kakaknya keluar dari penjara, sementara bapaknya seperti kacang yang lupa akan kulitnya, terus meningalkan mereka tanpa ada kabar berita.
Belajar dari pengalaman itu, Alin, ibu dan kakaknya lebih memfokuskan kebersamaan dalam keluarga mereka, dan menjalin kasih sayang yang luar biasa dalam keluarga mereka. Ibu Sinta di rumah dan sementara Alin dan kakanya mengurusi restoran yang semakin hari semakin menuju ke tingkat kesuksesan. Dalam 1 tahun mereka dapat membuka beberapa cabang di daerah lain (cerita ini ditulis oleh Alin).
B.     MENDALAMI PENGALAMAN HIDUP
ü  Pemandu mengajak peserta untuk mendalami cerita di atas, dan mengkontekskannya dengan kehidupan keluarga setempat.
ü  Supaya pendalaman dapat berjalan dengan lancar, dan mudah pemandu memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta.
1.      Seperti apakah kehidupan keluarga bapak dan ibu Aliong dalam cerita yang baru saja kita dengar?
2.      Mungkin bapak atau ibu bisa memberikan gambaran singkat bagaimana penderitaan yang dialami oleh keluarga bapak Alion?
3.      apakah makna cerita dari keluarga bapak Aliong bagi keluarga kita yang belum mengalami nasif seperti bapak Alinon?
4.      seperti apakah gambaran keluarga kita sekarang, apakah kita telah memberi peran yang amat pentin dalam hidup kebersamaan dalam keluarga?
ü  Setelah pertanyaan habis dijawab, pemandu memberikan kesimpulan singkat mengenai sharing dari peserta.
Bapak dan ibu yang terkasih, pengalaman keluarga bapak Aliong dan Ibu sinta tadi adalah gambaran di mana keluarga yang sibuk dengan urusan diri sendiri dan pada akhirnya mereka kehilangan kedamaian dan kebahagiaan dalam keluarga. Begitu pentinnya kebersasmaan dalam keluarga. Kekayaan dan harta yang kita miliki tidak menjamin bagi kita dalam menghadirkan kedamaian dan kegembiraan dalam keluarga. Bapak dan ibu yang terkasih, harta dan kekayaan dalam keluarga yang paling sempurna adalah kasih, mengapa demikian, karena dengan kasihlah kita dipersatukan, kita diteguhkan dan dengan kasihlah kita dapat merasakan kehangatan, kedamaian dan kebahagiaan dalam keluarga. Mengapa pentingnya kebersamaan dalam keluarga, dalam kebersamaan dalam keluarga itulah anggota keluarga saling berbagai certa, berbagi pengelaman terutama kasih.
Bapak dan ibu yang terkasih, Tuhah telah mengajarkan bagaimana kasih itu harus kita lakukan, harus kita laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari terutama dalam keluarga.
C.    MENGKONFRONTASIKAN PENGALAMAN DENGAN SABDA TUHAN
ü  Setelah mensharingkan pengalamannya, pemandu mengajak peserta untuk mendengarkan bacaan kita suci yang diambil dari 1kor 13:1-13, yang berbicara tentang kasih.
ü  Pemandu mengajak seluruh umat untuk membacakannya secara bergiliran antara perayat secara perlahan-lahan dan penuh penghayatan.
ü  Untuk menegaskan bacaan kitab suci itu, pemandu membacakannya sekali lagi dengan perlahan-lahan supaya dapat dihayati oleh umat.

1Kor 13:1-13
KASIH
Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal. Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
ü  Setelah membaca Kitab Suci, pemandu mengajak peserta untuk mendalami sabda Tuhan dengan mengunakan beberapa pertanyaan.
1.      menurut bapak dan ibu, teks bacaan Kitab Suci di atas berbicara tentang apa?
2.      seperti apakah kasih itu harus kita terapkan dalam kehidupan kita?
3.      sudahkah hal yang demikian kita lakukan, kita hayati dan kita hidupi dalam keluarga kita?
4.      jika sudah, apa perasaan bapak dan ibu dalam menjalin hidup bersama dalam keluarga?
ü  Pemandu memberikan sedikit kesimpulan dari hasil sharing peserta berdasarkan pengalaman peserta.
Bapak dan ibu yang terkasih, pada kenyataannya Allah itu selalu menginginkan kepada setiap kita sebagai umat-Nya menjalankan kehidupan kasih dalam diri kita terutama dalam keluarga kita, akan tapi karena keterbatasan kita, karena kelemahan kita situasi kasih yang sesungguhnya jarang kita hadirkan dalam kehidupan kita. Hal yang demikian karena kita sibuk dengan urusan kita sendiri, kita sibuk dengan urusan duniawi saja, sehingga pentingnya kebersamaan dalam keluarga itu selalu kita abaikan.
D.    KESIMPULAN YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM SITUASI KONKRIT
ü  Di akhir pertemuan katekese, pemandu memberikan beberapa kesimpulan yang dapat dilakukan dalam membina pentingnya kebersamaan dalam keluarga.
Keluarga adalah unit terkecil dari Gereja dan Masyarakat, sebagai unit terkecil dari keluarga itulah tumbuh benih-benih generasi penerus atau benih masa depan. Dengan pernyataan yang demikian, betapa pentinnya kebersamaan dalam keluarga, karena dengan kebersamaan banyak hal yang keluarga itu peroleh atau dapatkan. Menciptakan situasi bersama dalam keluarga itu sangat sulit sekali, seperti yang kita rasakan pada masa sekarang. Kesibukan kita dalam mencari nafka dan sebagainya membuat kita lupa akan betapa pentinnya kebersamaan.
Kehancuran keluarga salah satunya contoh keluarga bapak Alinong tadi karena mereka tidak pernah menyadari betapa pentingnya kebersamaan dalam keluarga. Pada dasarnya ada banyak waktu keluarga itu bersama, seperti nonton bersama, makan bersama, rekreasi bersama, alangkah lebiah baik juga jika sekali waktu keluarga mengadakan refleksi, membaca kitab suci dan berdoa bersama serta saling mengevaluasi. Dalam waktu-waktu itulah keluarga dapat mencari kelemahan dan kekurangan tersebut, serta menemukan bagaimana cara mengatasi kelemahan tersebut. Dengan melalui kebersamaan juga keluarga dapat membuat perencanaan kedepannya apa yang harus dilakukan dalam keluarga tersebut bertindak, inilah peran pentinnya kebersamaan dalam keluarga.
Pengalaman dari cerita di atas yang baru saja kita dengar, itu adalah gambaran dari salah satu keluarga, masih banyak sekali permasalahan yang terjadi dalam keluarga dan pada akhirnya akan membuat kehancuran dalam keluarga tersebut. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus yang baru saja kita dengar bersama menekankan kepada kita tentang hidup kasih tidak tergantung dari harta atau kekayaan yang kita miliki, akan tetapi kasih dapat kita temukan dalam canda dan tawa keluarga dalam kebersamaan mereka, kasih tindak menuntu kepada kita untuk memiliki sesuatu, akan tatapi kasih menuntu kepada kita bagaimana kita dapat mengalami kehadiran Tuhan dalam kebersamaan kita di dalam keluarga. Dengan kacamata kasih yang diperoleh dari kebersamaan itu, maka dalam diri keluarga kita akan dimampukan untuk selalu mengatasi semua permasalahan dalam keluarga kita dalam situasi apapun, yang dibutuhkan adalah keterbukaan kita antar anggota keluarga.
Yang menjadi pertanyaan dalam keluarga kita sekarang, khususnya keluarga stasi Kalibago, sudahkah kita menjalankan kebersamaan itu seturut kehendak Tuhan kepada kita, kehendak Tuhan supaya melalui kebersamaan dalam keluarga kita, kita dimampukan untuk melayani satu sama lain, jika itu belum marilah kita mulai dari sekartang, akan tetapi jika itu sudah secara perlahan-lahan kita terapkan maka keluarga kita akan menjadi keluarga yang patut di contohi dan diteladani dalam hidup berkeluarga.
Doa Umat
ü  Setelah pemandu memberikan kedimpulan dari ketekese itu, pemandu mengajak peserta untuk menyampaikan doa-doa secara sepontan yang terangkum dalam doa umat.
ü  Pemandu meminta beberapa dari umat untuk menyampaikan doa spontan
ü  dan di dalamnya, pemandu meminta kepada para peserta untuk bersyukur kepada Tuhan atas kehidupan yang mereka terima, serta doa mohon kekuatan dari Tuhan supaya keluarga-keluarga diberi kemampuan dalam menjalin kebersamaan dalam keluarga mereka. 
Doa Bapa Kami
ü  diakhir doa umat itu, pemandu mengajak umat untuk menyatukan doa umat itu dengan doa yang di ajarkan oleh Yesus Kristus sendiri, dengan doa BAPA KAMI.
PENUTUP
Doa Penutup
ü  pemandu mengajak umat dalam suasana hening untuk mengakhiri pertemuan itu dengan doa penutup yang di doakan oleh pemandu.
Ya Bapa yang baik, kami mengucap syukur kepada-Mu atas rencana dari-Mu yang baik kepada keluarga kami, bantulah keluarga kami, khususnya keluarga-Mu yang ada di stasi Yakobus Mayor-Kalibago ini, semoga kami semakin hidup bersatu dan menerapkan hidup kebersamaan dalam keluarga dan masyarakat kami agar terbina keluarga yang dewasa dalam iman kepada-Mu. Demi Kristus Tuhan dan pengentara kami. Amin
Lagu Penutup (Kasih) terlampir
ü  setelah doa penutup, pemandu mengajak umat untuk menyanyikan lagu bertema KASIH.

PERTEMUAN II
I
Tema
  : Tujuan Kebersamaan Dalam Keluarga
II
Tujuan
  : Supaya Keluarga katolik dapat membuat cara atau tips-tips        sendiri dalam menciptakan kebersamaan dalam keluarga sebagai komunitas kasih, hidup dan iman.
: Supaya keluarga katolik stasi kalibago dapat menjadi teladan dalam membina keluarga yang baik di tengah masyarakat sekitar.
III
Metode
 : Ceramah, Tanya jawab, Sharing, Diskusi
IV
Sasaran
 : Keluarga
V
Sumber
 :  Kitab Suci, Dokumen DKV II, Iman Katolik, Katekismus dan   Puji Syukur

PEMIKIRAN DASAR

Tujuan membangun kebersamaan dalam keluarga adalah supaya keluarga tersebut dapat menemukan mutiara kebahagiaan dalam keluarga, dengan kebahagiaan itu, keluarga dimampukan untuk memaknai setiap peristiwa hidup mereka sebagai kehendak Allah dalam diri mereka.
Manfaat kebersamaan dalam keluarga adalah dengan kebersamaan dalam keluarga dapat memotivasi masing-masing anggota untuk saling terbuka, saling percaya dan menghargai satu sama lain. Akan tatapi, apakah hal tersebut telah dilakukan pada keluarga katolik yang katanya keluarga katolik sebagai gereja rumah tangga, ataukah masih kebersamaan antara anak dan orang tua menjadi tuntutan atau suatu keharusan dalam keluarga katolik? Pertanyaan yang demikian selalu muncul dan terjadi dikalangan keluarga kita. Apa nilai atau makna yang dapat kita petik dari kebersamaan antara ank dan orang tua dalam keluarga mereka.



LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

ü  Katekese bisa dimulai pada saat umat telah siap dalam suasana tenang.
ü  Pemandu menyampaikan ucapan terima kasih kepada pengurus Stasi, dan umat yang telah sudi datang dalam katekese tersebut.
PEMBUKAAN
Lagu Pembukaan (Betapa Hatiku)
ü  Pemandu mengajak peserta untuk menyanyikan lagu Betapa Hatiku  untuk mengawali pertemuan.
Doa Pembukaan
ü  Pemandu memgajak peserta untuk mengambil sikap doa, sebagai kesiapan untuk mengikuti proses katekese ini, dan doa dibawakan oleh pemandu.
Bapa yang penuh kasih, ini kami umat-Mu di Stasi Yakobus Mayor menghadap-MU dengan bersatu hati untuk berkembang sebagai orang tua yang bijak dalam mendidik dan mendewasakan anak dalam nama-Mu. Sadarkanlah kali untuk semakin terbuka dan menyediakan waktu untuk anak-anak kami sehingga dengan demikian kami semakin dapat menjalin kebersamaan yang penuh kasih dengan anak-anak kami. Utuslah Roh Kudus-Mu untuk memenuhi hati dan pikiran kami, supaya kami dimampukan untuk menjalin hubungan kasih diantara keluarga kami dan selalu menghadirkan suasana kerajaan-Mu ditengah keluarga kami. Amin
A.    MENGHADIRKAN PENGALAMAN
ü  Pemandu menghadirkan pengalaman dengan cara mengangkat kenyataan dan realita kehidupan pada saat ini, dan dikontekskan dangan situasi umat setempat.
Bapak dan ibu yang tarkasih, tujuan Tuhan Allah menciptakan kita adalah supaya kita dengan segala kekurangan dan kelebihan kita dengan sepenuh hati mencintai-Nya, oleh Tuhan kita bukan hanya diciptakaan saja akan tapi kita juga dianugerahu akal dan budi yang melebihi segala sesuatu yang Ia ciptakan, tujuan Allah memberikan akal dan budi itu supaya kita dapat dan mampu mengalami cinta kasih-Nya dan kehadiran-Nya disetiap peristiwa-peristiwa hidup kita. Pada malam hari ini juga, di saat ini juga kita berkumpul memiliki tujuan, tujuan kita adalah kita hendak membagi pengalaman dalam hidup kita dalam keluarga.
Bapak dan ibu yang tarkasih, demikan juga dengan kebersamaan dalam keluarga kita memiliki tujuan yang amat mulia, mengapa dikatakan mulia karena dengan kebersamaan itu, keluarga dapat membina hidup kasih, hidup iman yang saling bekerja sama dalam membentuk keluarga yang bahagia. Namun pada kenyataannya, banyak saja gendala bagi kita untuk mengumpulkan anggota keluarga untuk berkumpul bersama kita. 
B.     MENDALAMI PENGALAMAN HIDUP
ü  Pemandu mengajak peserta untuk mendalami tujuan kebersamaan dalam keluarga mereka.
ü  Supaya sharing dapat berjalan dengan baik, hendaklah pemandu membacakan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan.
1.      Menurut bapak ibu, apa tujuan kebersamaan dalam kehidupan keluarga?
2.      Apa yang bapak dan ibu rasakan selama ini ketika pada waktu keluarga itu berkumpul bersama, nonton bersama, makan bersama dan berdoa bersama dalam keluarga?
3.      bagaimana perasaan bapak dan ibu pada waktu seluruh anggota keluarga berkumpul bersama?
4.      Adakah sesuatu yang belum pernah bapak dan ibu pikirkan selalam ini di munculkan dalam kebersamaan dalam keluarga?
Berdasarkan pengalaman bapak dan ibu yang disharingkan pada saat ini akan menjadi bahan permenugan atau bahan refleksi bagi kita dalam menemukan cara-cara membangun kebersamaan dalam keluarga kita. Jika hal yang demikian telah kita temukan, kita boleh yakin kebahagian, ketenteraman dan kesejahtraan itu selalu hadir dalam keluarga kita. 
Memang susah bagi kita menemukan kelemahan yang ada dalam keluarga kita, hal yang demikian sangat membutuhkan ketekunan dalam keluarga kita untuk selalu hidup dalam kenbersamaan, karena dengan  kebersamaan itulah kita dapat menemukan arti dan makan serta tujuan hidup keluarga kita.
C.    MENGKONFRONTASIKAN PENGALAMAN DENGAN SABDA TUHAN
ü  Setelah mensharingkan pengalamannya, pemandu mengajak peserta untuk mendengarkan bacaan kita suci yang telah disiapkan
ü  Pemandu mengajak seluruh umat untuk membaca teks kitab suci yang telah disiapkan dengan waktu 15 menit.
ü  Teks kitab suci dibagikan kepada peserta.
ü  Untuk menegaskan bacaan kitab suci itu, pemandu membacakannya sekali lagi dengan perlahan-lahan supaya dapat dihayati oleh umat.

Kis 2:42
Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
Kis 2:46
Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
Kis 12:5
Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah.
Kis 14:22
Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.
I Tim 4:16

Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.

ü  Pemandu mengajak peserta untuk mendalami sabda Tuhan yang barus saja dibacakan.
ü  Untuk mendalami sabda Tuhan ini, pemandu membacakan beberapa pertanyaan sebagai pedoman dalam mendalami sabda Tuhan ini.
1.      Ayat manakah yang mengesankan bagi bapak dan ibu dalam membangun tujuan kebersamaan dalam keluarga?
2.      Seperti apakah sabda Allah yang baru saja kita baca dan kita renungkan Dalam konteks tujuan membangun kebersamaan dalam keluarga?
3.      Apakah keluarga kita sudah tekun dalam membina kebersamaan dalam keluarga?
4.      Kelemahan apa saja yang kita alami dalam membangun kebersamaan dalam keluarga?
ü  Pemandu merangkum dari beberapa sharing peserta yang telah di dengar.
Bapak dan ibu yang terkasih, sabda Tuhan yang kita dengar pada malam hari ini sangatlah bagus sekali, mengapa demikian karena dengan ketekunanlah kita dapat menyatukan hati, saling memberikan penguatan, pengajaran, dan hal yang paling mulia dari tujuan dalam kebersamaan keluarga adalah saling mendoakan.
D.    KESIMPULAN YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM SITUASI KONKRIT
ü  Pemandu memberikan kesimpulan dari keseluruhan pertemuan pada malam hari ini.
ü  Dalam kesimpulan ini, pemandu memberikan tips-tips dalam membina kebersamaan dalam keluarga.
Segala sesuatu yang berada di dunia ini memiliki tujuan dan fungsi masing-masing. Begitu juga dengan terbentuknya keluarga, terutama keluarga katolik. Tujuan terbentunya keluarga adalah suapaya keluarga tersebut dapat menemukan kebahagiaan di dalam hidup mereka. Demikian juga dengan kebersamaan dalam keluarga. Kebersamaan dalam keluarga memiliki tujuan:
1.      Tujuannya adalah supaya keluarga tersebut dapat berbagi pengalaman hidup yang mereka alami dan saling meneguhkan, hal ini dapat digali dalam pengajaran-pengajaran dalam keluarga.
2.      Supaya anggota keluarga tersebut dapat menjalin hubungan kasih yang semakin mendalam, hal tersebut dapat digali dengan melalui sharing keluarga.
3.      Keluarga dimampukan dalam mengambil langkah kedepannya dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam keluarga, serta menemukan langkah-langkah apa yang akan dilakukan.
4.      Memungkinkan adanya keterbukaan antara satu salam lain, seperti antara suami, istri, anak dan anggota keluarga yang lainnya.
Bapak dan ibu yang terkasih, masih banyak sekali tujuan dari kebersamaan dalam keluarga yang dapat kita temukan. Kembali lagi kepada permasalahannya, kesulitan itu juga pasti ada. Dalam hal ini, sabda Tuhan yang kita dengar dari bacaan pada saat ini mengatakan hendaklah kita selalu bertekun dalam segala peristiwa-peristiwa hidup kita, dengan demikian bukan hanya kelemahan-kelemahan dalam keluarga yang kita temukan, akan tetapi bagaimana kita memecahkan persoalan itu.
Dalam hal yang seperti ini, ada beberpa tips-tips yang dapat kita gunakan dalam menjalin kebersamaan dalam keluarga,
1.      Dalam acara kekeluargaan seperti nonton, makan bersama, dan pada saat keluarga memiliki waktu bersama.
2.      bila dimungkinkan keluarga tersebut harus memiliki jadwal yang khusus untuk mengadakan pertemukan.
3.      mencari waktu luang, contohnya doa bersama, baca kitab suci bersama serta mendalaminya.
4.      di sela-sela waktu memungkinkan untuk bertemu.
5.      supaya kebersamaan dalam keluarga itu dapat berjalan dengan baik, harus ada yang memimpin atau sebagai fasilitator dalam pertmuan.
6.      akhir dari pertemuan hendaklah seluruh anggota keluarga saling mendoakan dan ditutup dengan doa BAPA KAMI.
Tujuan dari kebersamaan dalam keluarga salah satunya adalah saling menguatkan antara satu samalain. Tuhan dalam bacaan pada hari ini telah memberikan pencerahan, pengajaran atau nasehat kepada kita, jika kita bertekun dalam Dia, maka apa yang kita hadapi adalah terutama permasalahan dalam hidup kita, kita akan menemukan betapa besar cinta Tuhan dalam diri keluarga kita. Hal tersebut dapat kita temukan dari ketekunan dan kasih kita yang selalu merindukan Tuhan hadir dalam keluarga kita. Banyak hal yang masih kurang, atau belum mampunya kita menyelami kehendak Allah dalam keluarga kita, akan tapi dari ketekunan keluarga kita dalam kebersamaan, maka dari apa itu secara perlahan-lahan kita akan menemukannya, Cuma yang dibutuhkan adalah siapkah kita untuk menerima kehadirian Tuhan dalam keluarga kita, orang yang berada di sekitar kita. Bapak dan ibu yang terkasih, moga dengan pertemuaan atau katekese kita pada hari ini, kita semakin bijaksana dalam membangun keluarga yang damai, sejahtra, bahagia dan terutama keluarga yang beriman kepada Yesus Kristus.
Doa Umat
ü  Setelah pemandu memberikan kedimpulan dari ketekese itu, pemandu mengajak peserta untuk menyampaikan doa-doa secara sepontan yang terangkum dalam doa umat.
ü  Pemandu meminta beberapa dari umat untuk menyampaikan doa spontan
ü  dan di dalamnya, pemandu meminta kepada para peserta untuk bersyukur kepada Tuhan atas kehidupan yang mereka terima, serta doa mohon kekuatan dari Tuhan supaya keluarga-keluarga diberi kemampuan dalam menjalin kebersamaan dalam keluarga mereka. 
Doa Bapa Kami
ü  diakhir doa umat itu, pemandu mengajak umat untuk menyatukan doa umat itu dengan doa yang di ajarkan oleh Yesus Kristus sendiri, dengan doa BAPA KAMI.
PENUTUP
Doa Penutup
ü  pemandu mengajak umat dalam suasana hening untuk mengakhiri pertemuan itu dengan doa penutup yang di doakan oleh pemandu.
Ya Allah Bapa yang kekal untuk selama-lamanya. Jadikanlah keluarga kami sebagai komunitas yang selalu mengutamakan kebersamaan untuk membina keluarga yang lebih dewasa di dalam iman. Dan tanamkalah semangat saling mengasihi antara anak dan orang tua, supaya kami dapat menjadi pewarta sabda-Mu yang mampu mengarami keluarga dan lingkungan kami, dan semoga cahaya kasih-Mu terpancar dalam keluarga kami sehingga memampukan kepada keluarga kami menjadi teladan bagi lingkungan dan masyarakat kami, dan nama-Mu di permuliakan di dalam keluarga kami. Tuhan Engkau hendak kami puji kini dan sepanjang masa. Amin
Lagu Penutup (Menyesuaikan)
ü  setelah doa penutup, pemandu mengajak umat untuk menyanyikan lagu bertema.





PERTEMUAN III

1.      Tema                    : Kebersamaan Dalam Keluarga
2.      Sup Tema I          : Kesulitan Dalam Membagun Kebersamaan Dalam Keluarga
3.      Tujuan                 :
ü  Supaya dengan katekese ini umat dapat menemukan kelemahan dalam keluarga dalam membangun kebersamaan dalam keluarga.
ü  Supaya keluarga dapat membangun kebersamaan dalam keluarga dengan berdasarkan pengalaman keluarga yang lain.
4.      Metode                 : Sharing, Ceramah, Cerita
5.      Sasaran                : Keluarga
6.      Sumber                 : Kitab Suci
7.      Hari,Tanggal       : Menyesuaikan
8.      Waktu                  : Menyesuaikan

PEMIKIRAN DASAR
Berbicara mengenai membina kebersamaan dalam keluarga itu sangat mudah, akan tapi banyak keluarga yang kurang mapu atau gagal dalam membangun kebersamaan, contoh yang sangat nyata sekali seperti cerita dari kehidupan bapak dan ibu Aliong dalam pertemuan katekese pertama. Jika hal yang mudah dilakukan dalam keluarga yang berhubungan dengan kebersamaan itu sangat sulit, apa lagi dalam hal iman.
Kesibukan dan rutinitas yang terjadi di berbagai individu dalam keluarga seperti antara bapak, ibu, anak serta anggota keluarga yang lainnya akan memberikan suatu dapak yang sagat penting dalam membina kebersamaan dalam keluarga. Pada masa sekarang, faktor-faktor yang sangat nampak sekali dalam melemahkanj kebersamaan dalam keluarga adalah faktor pekerjaan, dimana pribadi-pribadi disibukan sendiri dengan pekerjaan-pekerjaan mereka. Dalam keadaan yang demikian, keluarga sangat jarang sekali untuk belajar dari kelemahan itu, artinya keluarga terus lalai dalam kesibukannya dalam membina kebersamaan dalam keluarga. Hal yang demikian yang mau di gali dari katekese pada pertemuaan yang ke tiga ini. Dalam katekese ini, keluarga saling membantu, terbuka akan satu sama lain, bangaimana keluarga tersebut dapat membina kebersamaand alam keluarga sehingga keluarga tersebut dapat berhasil baik dalam pembinaan, cintakasih dan terutama dalam hal iman.

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
ü  Katekese bisa dimulai pada saat umat telah siap dalam suasana tenang.
ü  Pemandu menyampaikan ucapan terima kasih kepada pengurus Stasi, dan umat yang telah sudi datang dalam katekese tersebut.
PEMBUKAAN
Lagu Pembukaan (Bagaikan Bejana) terlampir
ü  Pemandu mengajak peserta untuk menyanyikan lagu Kasih Pasti lemahlembut untuk mengawali pertemuan (Kuduskan Tempat ini).
KUDUSKAN TEMPAT INI
Kuduskan tempat ini, untuk kami berdoa
Kuduskan hati ini, untuk kami menyembah
Biarkan s’gala perkara
kuserahkan pada-Mu Yesus
dan Roh Kudus bekerja
membimbing kami semua.

Doa Pembukaan (Tanda Salib)
ü  Pemandu memgajak peserta untuk mengambil sikap doa, sebagai kesiapan untuk mengikuti proses katekese ini.
ü  Doa di pimpin oleh pemandu sendiri.
Marilah kita berdoa;
 ya Allah yang kekal dan kuasa, pada malam hari ini Engkau kumpulkan kami kembali ditempat ini, kami bersyukur atas hidup yang selalu Engkau anugerahkan kepada kami, terutama pada saat ini. Dampingilah kami untuk selalu belajar dan menimba pengelaman kelemahan kami dalam menumbuhkan sikap bersama dalam keluarga kami, semoga dengan melalui sharing dari kami makin menumbuhkan sikap yang membimbing kami dan keluarga kami semakin dewasa dalam iman dan kasih-Mu. Engkau hendak kami puji kini dan sepanjang segala masa. Amin
E.     MENGHADIRKAN PENGALAMAN
ü  Pemandu menghadirkan pengalaman yang konkrit berkaitan dengan tema yang akan di dalami bersama dalam katekese ini.
ü  Pemandu membawa peserta untuk melihat kejadiaan-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dalam keluarga, menggakibatkan kehancuran dalam keluarga.
Di zaman sekarang, seperti yang kita lihat dalam berbagai media masa contoh-contohnya televisi sangat sering terlihat atau terdengar oleh mata dan telinga kita bahwa kasus kekerasan dan berakhir dengan perceraian dalam keluarga sering kali terjadi, seolah-oleh kekerasan dan perceraian merupakan kasus yang hal yang tidak menakutkan dalam diri setiap manusia.
Kemajuan ilmu dan teknologi salah satu penunjang dari kekerasan dan perceraian dalam yang terjadi di dalam hidup bersama. Kepentingan diri sendiri lebih di tonjolkan dari pada kepentingan bersama. Egoisme yang semakin meningkat dikalangan manusia pada masa kini lebih mendominasi dirnya. Hidp yang mau enak-enakan lebih diutamakan dalam diri manusia.
Bukan hanya itu saja, kesibukan-kesibukan dalam hidup lebih diutamakan dalam memenuhi kebutuhan hidup, sehingga sesuatu yang amat penting dalam hidup bersama di abaikan, ditinggalkan demi memenuhi kebutuhan duniawi. Berawal dari kenyataan hidup yang demikia, apakah salah jika kita memenuhi kebutuhan hidup dengan bekerja keras? Apakah ada lalarangan bagi kita untuk bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kita?
Hal yang sangat menarik sekali untuk selalu di cermati dalam hidup ini adalah jangan sampai itu semua menguasai kita, akan tetapi bagaimana cara kita untuk menyikapinya dengan tindakan yang bijaksana. Bagaimana dengan kita yang pada saat ini, apakah itu semua terjadi dalam diri kita, dalam keluarga kita. Jika hal itu terjadi dalam keluarga kita, apa kelemahannya? Dan bagai mana kita mengatasinya? Pertanyaan yang amat penting bagi kita untuk memikirkannya, karena hakekat dari hidup bekeluarga salah satunya adalah cinta kasih, artinya dalam suasana yang demikian kita dimampukan untuk saling melengkapi antara satu sama lain dalam keluarga.
F.     MENDALAMI PENGALAMAN HIDUP
ü  Pemandu mengajak peserta untuk mengali pengalaman hidup dengan melihat situasi keluarga-keluarga yang ada, dan situasi-situasi hidup keluarga mereka.
ü  Pemandu memberikan beberapa buah pertanyaan untuk mempelancar kegiatan katekese dalam pengalian pengalaman hidup keluarga setempat.
·         Menurut pengamatan bapak dan ibu semuannya, apakah yang menyebabkan terjadinya kekerasan dan pada akhirnya menimbulkan perceraian dalam keluarga?
·         Dari jawaban bapak dan ibu, kelemahan yang ada dalam keluarga yang demikia itu apa?
·         Bagaimanakah situasi dalam keluarga bapak dan ibu pada saat ini, bagaimana cara membina keluarga supaya tetap rukun, damai dan sejahtra?
Sebenarnya, dalam setiap kehidupan keluarga, ada banyak kelemahan-kelemahan yang terjadi pada keluarga kita, dan itu semua meminta kepada kita untuk secara tekun, sungguh-sungguh dan bijaksana dalam menyikapinya, karena ukuran keluarga yang bahagia, damai dan sejahtra itu bukan terletak pada materi saja, akan tetapi dalam kita bersikap di dalamnya. Terbuka, saling menghargai dan menghormati itu sangat penting.



G.    MENGKONFRONTASIKAN PENGALAMAN DENGAN SABDA TUHAN
ü  Setelah mensharingkan pengalamannya, pemandu mengajak peserta untuk mendengarkan bacaan kita suci yang diambil dari Injil Yohanes 13:31-35
ü  Pemandu mengajak seluruh umat untuk membacakannya secara bergiliran antara perayat secara perlahan-lahan dan penuh penghayatan.
ü  Untuk menegaskan bacaan kitab suci itu, pemandu membacakannya sekali lagi dengan perlahan-lahan supaya dapat dihayati oleh umat.
Yohanes 13:31-35
PERINTAH BARU
Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.

ü  Setelah membaca Kitab Suci, pemandu mengajak peserta untuk mendalami sabda Tuhan dengan mengunakan beberapa pertanyaan.
1.      menurut bapak dan ibu, teks bacaan di atas berbicara mengenai apa?
2.      apa hubungannya dengan membina kebersamaan dalam keluarga?
3.      inti apa yang harus kita ambil atau kita petik dalam kita menjadi seorang pendidik pertama, terutama dalam hal iman kepada Yesus Kristus?
ü  Pemandu memberikan sedikit kesimpulan dari hasil sharing peserta berdasarkan pengalaman peserta.
Sumber kekuatan orang Katolik yang sejati adalah kasih, mengapa? Karena kasihlah yang memampukan kita menjadin hubungan dengan sesama dan terutama dengan Tuhan Yesus Kristus sendiri secara intim. Karena kasih juga kita dipulihkan untuk mejadi anak-anak Allah yang baru.
H.    KESIMPULAN YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM SITUASI KONKRIT
ü  Di akhir pertemuan katekese, pemandu memberikan beberapa kesimpulan yang dapat dilakukan dalam membina pentingnya kebersamaan dalam keluarga.
Bapak dan ibu yang terkasih, di dalam hidup ini ada banyak kekurangan yang kita miliki, ada banyak kelemahan yang kita miliki, namun hal yang terpenting adalah bagaimana dengan bijaksana kita menyikapi kelemahan itu, memperbaiki kelemahan dan kekurangan itu dengan metode-metode dan cara kerja kita, sehingga dengan tindakan yang demikian kita dimampukan untuk berbalik menjadi manusia dengan pribadi yang baru.
Hal yang demikian juga terjadi dalam keluarga kita. Dasar terbentuknya keluarga adalah cinta, mengapa? Cinta itulah yang membuat semuannya ada, dengan cinta juga akan memapukan kita untuk berintraksi antara satu sama lain. Memang tuntun ekonomi pada zaman sekarang memngharuskan kepada kita untuk berusaha terus menerus, akan tetapi hal yang demikian tidaklah boleh kita ambil sebagai alasan bagi kita untuk mengurangi waktu bersama dalam keluarga. Dalam hal ini sikap apa yang harus kita perbuat.
Sikap yang bisa diambil adalah luangkan waktu untuk keluarga di tengah kesibukan yang menghimpit. Mungkin satu minggu terlalu berat, coba satu bulan. Jika ini berat, coba satu tahun. Tapi bahwa perlu ada waktu khusus, yang disebut prime time untuk mengalami kebersamaan dalam keluarga. Jika ini juga tidak bisa, maka saya rasa kehidupan keluarga itu perlu ditata kembali. Itu pasti ada sesuatu yang terjadi, yang saya sebut “ada ketidakberesan.” Bagaimana ini bisa dibayangkan? Mereka boleh berkata, kami hidup bersama dalam perkawinan hidup berkeluarga, tetapi dalam setahun, tidak pernah bertemu dan berkumpul bersama bahkan untuk sekedar makan bersama. Nah kita pantas bertanya, keluarga macam ini, keluarga model apa? Di situ, kerekatan sebuah keluarga sangat terancam.
Dan menurut saya, rahasia kekuatan sebuah keluarga, terletak pada ketika hubungan antara anak-anak dan suami istri itu rekat. Ya jika ini tidak ada oleh karena macam-macam hal, maka perkawinan macam ini perlu dilihat dan ditata kembali. Jadi, kembali lagi, jati diri keluarga ditemukan dalam kebersamaan. Dengan demikian sikapnya adalah, di tengah kesibukan, di tengah kerja yang begitu menghimpit, luangkan waktu untuk keluarga.
Bapak dan ibu yang terkasih, perkataan Yesus dalam penginjil Yohanes yang kita dengar pada malam hari ini telah memberikan gambaran sepenuhnya kepada kita tentang perintah untuk selalu menghadirkan kasih di dalam hidup kita, dan dengan kasih itulah kita dimampukan untuk membina sebuah keluarga yang damai, rukun dan sejahtera. Moga dengan pengalaman berbagai pada malam hari ini memberikan sumbangan bagi kita dalam membina kebersamaan dalam keluarga lebih di utamakan. Amin
Doa Umat
ü  Setelah pemandu memberikan kedimpulan dari ketekese itu, pemandu mengajak peserta untuk menyampaikan doa-doa secara sepontan yang terangkum dalam doa umat.
ü  Pemandu meminta beberapa dari umat untuk menyampaikan doa spontan
ü  dan di dalamnya, pemandu meminta kepada para peserta untuk bersyukur kepada Tuhan atas kehidupan yang mereka terima, serta doa mohon kekuatan dari Tuhan supaya keluarga-keluarga diberi kemampuan dalam menjalin kebersamaan dalam keluarga mereka. 
Doa Bapa Kami
ü  diakhir doa umat itu, pemandu mengajak umat untuk menyatukan doa umat itu dengan doa yang di ajarkan oleh Yesus Kristus sendiri, dengan doa BAPA KAMI.
PENUTUP
Doa Penutup
ü  pemandu mengajak umat dalam suasana hening untuk mengakhiri pertemuan itu dengan doa penutup yang di doakan oleh pemandu.
Ya Allah yang kekal dan kuasa, terima kasih untuk pengalama di malam hari ini, dimana kami boleh belajar bersama, berbagi bersama bagai mana kami harus membangun kebersamaan dalam keluarga. Moga dengan pengalaman ini, kami dimampukan untuk membina kebersamaan dalam keluarga kami, dan selalu menghadirkan Engkau sendiri sebagai sumber kekuatan bagi kami dan keluarga kami. Bimbinglah keluarga kami, supaya menjadi keluarga yang penuh dengan kasih dan cinta. Engkau hendak kami puji kini dan sepanjang segala masa. Amin
Lagu Penutup (Kasih) terlampir
ü  setelah doa penutup, pemandu mengajak umat untuk menyanyikan lagu bertema Kasih Allahku sungguh berarti.

Kasih Allah
Kasih Allahku sungguh telah terbukti
Ketika Dia menyerahkan anak-Nya
Kasih Allah mau berkorban bagi kau dan aku
Tak ada kasih seperti kasih-Nya
Bersyukur, Bersyukur, Bersyukurlah (2)
Bersyukur karena kasih setia-Nya
Ku sembah, ku sembah, ku sembah
Dan ku sembah,
Selama hidupku kusembah Kau Tuhan.







PERTEMUAN IV

A.    Tema                    : Kebersamaan Dalam Keluarga
B.     Sup Tema I          : Tips-Tips Membangun Kebersamaan dalam Keluarga
C.     Tujuan                 :
ü  Supaya keluarga dapat berbagai dalam membangun kebersamaan dalam keluarga
ü  Supaya dengan katekese ini umat dapat tips-tips atau cara dalam membagun kebersamaan dalam keluarga.
D.    Metode                 : Sharing, Ceramah, Cerita
E.     Sasaran                : Keluarga
F.      Sumber                 : Kitab Suci
G.    Hari,Tanggal       : Menyesuaikan
H.    Waktu                  : Menyesuaikan

PEMIKIRAN DASAR
Keluarga yang bahagia, sejahtera dan damai adalah keluarga yang diimpikan atau diidamkan oleh setiap keluarga. Dalam hidupnya, ada banyak cara dalam membina keluarga yang demikian, akan tapi sering kali dalam hidup berkeluarga jarang keluarga dapat menemukan kebersamaan dalam keluarga dan itu dikarenakan keluarga dalam hidupnya lebih mementingkan materi dari pada keluarga yang mengutamakan kasih dalam keluarga. Kedewasaan dalam keluarga dapat dilihat bagaimana cara keluarga tersebut membangun keluarga yang bahagia.
Mengingat betapa pentingnya ‘kebersamaan’ dalam keluarga, maka kebanyakan keluarga, terutama di Jakarta mengambil waktu liburan sekolah untuk suatu liburan keluarga. Dilihat dari perkawinan hidup berkeluarga tujuannya adalah membangun kebersamaan, antara suami dan istri dan kebersamaan antara anak-anak dan orang tuanya.
Nah, oleh karena itu dicari terobosan yang bisa dilakukan supaya orang, di tengah kepadatan dan kesibukan atau kerja yang begitu menghimpit dan menyita waktu, tetap ada waktu untuk keluarga. Dan waktu untuk ini lebih cocok dan dipakai pada saat liburan sekolah. Pada saat itu, anak-anak bisa berkumpul bersama orang tua, orang tua bersama anaknya, dan karena itulah saat yang tepat, waktu itu harus diciptakan, ditentukan, agar di tengah kesibukan kerja pun masih ada waktu untuk keluarga.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
ü  Katekese bisa dimulai pada saat umat telah siap dalam suasana tenang.
ü  Pemandu menyampaikan ucapan terima kasih kepada pengurus Stasi, dan umat yang telah sudi datang dalam katekese tersebut.
PEMBUKAAN
Lagu Pembukaan ”Semua Ada waktunya”
ü  Pemandu mengajak peserta untuk menyanyikan lagu Kasih Pasti lemahlembut untuk mengawali pertemuan (Semua ada waktunya).
Doa Pembukaan (Tanda Salib)
ü  Pemandu memgajak peserta untuk mengambil sikap doa, sebagai kesiapan untuk mengikuti proses katekese ini.
ü  Doa di pimpin oleh pemandu sendiri.
Marilah kita berdoa;
Ya Tuhan Allah yang bertahta dalam Kerajaan Surga, terima kasih atas anugerah-Mu yang selalu berlimpah kepada kami di sepanjang hidup kami. Pada hari ini, kami kembali berkumpul untuk mendalami dan berbagai bersama dalam membina keluarga yang beriman kepada-Mu. Tuntunlah dan bimbinglah kami, supaya dengan melalui sharing bersama ini, kami dimampukan untuk selalu terbuka dalam segala hal terutama dalam kami membina keluarga kami, Engkau hendak kami puji kini dan sepanjang masa. Amin
I.       MENGHADIRKAN PENGALAMAN
ü  Pemandu menghadirkan pengalaman yang konkrit berkaitan dengan tema yang akan di dalami bersama dalam katekese ini.
ü  Pemandu membawa peserta membaca sebuah teks yang bertema “Tentang Kehidupan Keluarga Katolik ”.
ü  Pemandu membagikan teks tersebut kepada peserta supaya mereka dapat membacanya.

KEHIDUPAN KELUARGA KATOLIK


           
Umat Allah yaitu Gereja bukanlah suatu kenyataan yang statis. Gereja pada dasarnya memuat kenyataan yang penuh dinamika. Dinamika Gereja memperlihatkan, bahwa Gereja terus menerus membaharui dirinya berhadapan dengan bermacam-bemacam kenyataan. Gereja bukanlah pemegang tunggal atas semua prinsip kebenaran. Melainkan salah satu kenyataan dimana orang berusaha mencari kebenaran. Atas dasar keyakinan itu, maka Gereja menampilkan bentuknya yang terbuka terhadap orang-orang lain yang berbeda dengannya. Dengan begitu kiranya menjadi jelas, bahwa identitas Umat Allah, identitas Gereja ditemukan dalam perjumpaan dengan bermacam-macam kenyataan. Tuntutan untuk bersikap terbuka merupakan tuntutan yang mutlak agar Gereja benar-benar tampil ke muka dan memberikan sumbangan untuk kebaikan bersama. Hal itu terjadi kalau Gereja, Umat Allah, hidup berdasarkan tata nilai baik nilai-nilai insani maupun nilai-nilai kristiani.
Bentuk Gereja yang paling kecil adalah keluarga. Karena itu, kita bisa berkata, bahwa keluarga merupakan Gereja mini. Di dalam keluarga sebagai Gereja mini itu, ada suami, ada isteri dan ada anak-anak. Suami, isteri dan anak-anak merupakan persekutuan pribadi-pribadi di dalam keluarga yang disatukan oleh cinta. Sebab persekutuan suami, isteri dan anak-anak di dalam keluarga sebagai Gereja mini merupakan persekutuan yang berdasar pada cinta kasih. Kalau setiap anggota hidup berdasarkan cinta kasih, kita percaya, bahwa keluarga sebagai Gereja mini tidak hanya menjadi sasaran pendampingan pastoral, melainkan terlebih menjadi pelaku pastoral, pelaku dalam pewartaan kabar gembira Injil. Sebab dari dan di dalam keluarga, setiap orang menimba dan belajar bagaimana membangun hidup berdasarkan nilai-nilai. Hidup berdasarkan tata nilai itulah yang kemudian diteruskan dalam kehidupan bersama dengan orang-orang lain.
Hidup bersama dengan orang lain tidak bisa dibangun atas dasar kesenangan dan kecocokan karena kesamaan suku, agama, ras, kedudukan, harga diri, jabatan, uang dan lain-lain melainkan atas dasar nilai-nilai. Rusaknya keadaban publik justeru disebabkan karena orang tidak lagi hidup berdasarkan tata nilai, melainkan mengikuti kecenderungan-kecenderungan yang memberinya kesenangan sesaat. Perselingkuhan terjadi karena orang merasa cocok dengan teman selingkuhnya, tetapi  dengan begitu ia mengingkari nilai kesetiaan dalam perkawinan. Seorang siswa lebih senang menyontek supaya mendapat nilai baik daripada belajar dengan tekun. Tindakan seperti itu mematikan nilai kejujuran, kerja keras dan tanggungjawab. Ada orang yang mendapatkan uang dengan merampok dan membunuh. Dengan demikian,  ia mencederai nilai cinta dan penghargaan terhadap hidup orang lain. Ada orang yang melakukan tindak kekerasan, hidup dalam kebencian dan serba curiga dengan orang lain. Tindakan jelas melukai nilai toleransi dan hidup bersama. Badan-badan publik cenderung hidup dalam mentalitas korup yang memberinya penumpukan harta dan uang. Karena itu, nilai keadilan diabaikan. Dan masih banyak deretan realita yang menggambarkan, bahwa orang tidak lagi hidup berdasarkan tata nilai melainkan diarahkan oleh kecenderungan-kecenderungan yang bisa memberi kesenangan sesaat. Dalam situasi rusak seperti ini, jangan pernah menaruh harapan bahwa kebaikan bersama akan terwujud.
Situasi yang rusak ini bisa berubah kalau tindakan manusia dikendalikan oleh tata nilai. Kalau orang mesti hidup berdasarkan tata nilai, pertanyaan kita kemudian ialah: bagaimana nilai-nilai itu diajarkan dan dihidupi? Terhadap pertanyaan ini salah satu jawaban yang bisa dikatakan ialah, bahwa nilai-nilai harus bermula dari dan di dalam keluarga. Orang tua mempunyai peran yang penting dan menentukan dalam penerusan nilai-nilai itu. Dalam hal meneruskan nilai-nilai itu dua hal bisa dilakukan yaitu dengan perkataan dan dengan perbuatan. Orang tua bisa mengajarkan anak-anaknya bahwa cinta dan penghargaan terhadap kehidupan orang lain merupakan sesuatu yang mulia dan luhur. Tidak cukup sampai disitu. Orang tua mesti menunjukkan dengan contoh hidupnya bahwa ia mau hidup berdampingan dengan orang lain secara damai. Menolong, jika ada tetangga yang membutuhkan bantuan. Orang tua mengajarkan anak-anaknya bahwa kesetiaan merupakan hal sangat mendasar dalam membangun kebersamaan. Tidak cukup sampai disitu. Orang tua mesti menyatakan kesetiaan itu dengan setia satu sama lain. Ajaran orang tua tentang nilai kesetiaan  menjadi tidak bermanfaat kalau pasangan suami-isteri justeru mengakhiri perkawinan dengan berpisah. Orang tua mengajarkan anak-anaknya bahwa hidup sederhana itu baik. Ajaran itu harus disertai sikap sederhana yang ditunjukkan dalam praktek hidup. Memilih jalan kaki kalau jarak yang ditempuh memang dekat merupakan contoh hidup yang sederhana itu. Ajaran mengenai nilai kesederhanaan menjadi tidak banyak berpengaruh bagi anak-anak kalau orang tua justeru memilih naik mobil ketika berkunjung ke rumah tetangga yang sesungguhnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.
 Itu berarti, nilai-nilai harus diajarkan dan dihidupi sejak awal di dalam keluarga. Dan orang tua bertanggungjawab dalam mewariskan nilai-nilai itu kepada anak-anaknya. Sebab pendidikan dalam artinya yang menyeluruh merupakan tugas dan tanggungjawab orang tua yang sangat mendasar. Pendidikan dalam artinya yang menyeluruh tidak lain daripada mendidik anak-anak berdasarkan tata nilai. Tugas dan tanggungjawab ini tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Pendidik dalam artinya yang formal bersifat sebagai pelengkap terhadap apa yang diterima anak-anak di dalam keluarganya. Pendidik formal berusaha menjadikan anak-anak yang pandai dan berbakat. Tetapi, tidak demikian halnya dengan pendidikan yang diterimanya dari keluarga, dari kedua orang tuanya. Orang tua mendidik anak-anaknya agar tidak hanya pandai, melainkan mampu menggunakan kepandaian itu untuk kebaikan dan kesejahteraan sebanyak mungkin orang. Dengan kata lain, orang tua bertugas dan mempunyai tanggungjawab dalam mewariskan nilai-nilai kepada anak-anaknya, baik nilai-nilai insani maupun nilai-nilai injili. Dengan begitu, keluarga sebagai Gereja mini, Umat Allah, hadir dalam perjumpaan dengan bersmacam-macam kenyataan dan memberikan sumbangan bagi kesejahteraan dan kebaikan bersama.
Ignas Tari, MSF*  * Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Agung Jakarta. Dosen pada Program Studi Teologi FKIP Unika Atmajaya, Jakarta.

J.      MENDALAMI PENGALAMAN HIDUP
ü  Pemandu mengajak peserta untuk mengali pengalaman hidup dengan melihat situasi keluarga-keluarga yang ada, dan situasi-situasi hidup keluarga mereka.
ü  Pemandu memberikan beberapa buah pertanyaan untuk mempelancar kegiatan katekese dalam pengalian pengalaman hidup keluarga setempat.
1.      apa penertian Gereja tentang Keluarga?
2.      seperti apakah situasi keluarga yang kacau, berantakan?
3.      dalam situasi yang seperti ini, tindakan apa yang harus keluarga lakukan?
Sebagai Gereja mini hendaklah keluarga harus selalu menghadirkan pengalam iman di dalam dinamika keluarga. Hendaklah keluarga harus memiliki cara atau tindakan tersendiri dalam membina kebersamaan dalam keluarga, dengan demikia hakekat keluarga yang dikatakan sebagai Gereja mini itu dapat menghasilkan generasi yang bertumbuh dalam iman kepada Yesus Kristus.
K.    MENGKONFRONTASIKAN PENGALAMAN DENGAN SABDA TUHAN
ü  Setelah mensharingkan pengalamannya, pemandu mengajak peserta untuk mendengarkan bacaan yang diambil dari Surat Petrus (1Ptr 3:8-12).
ü  Pemandu mengajak seluruh umat untuk membacakannya secara bergiliran antara perayat secara perlahan-lahan dan penuh penghayatan.
ü  Untuk menegaskan bacaan kitab suci itu, pemandu membacakannya sekali lagi dengan perlahan-lahan supaya dapat dihayati oleh umat.
1 Petrus 3:8-12
(Kasih Dan Damai)

Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. Sebab: "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat."
ü  Setelah membaca Kitab Suci, pemandu mengajak peserta untuk mendalami sabda Tuhan dengan mengunakan beberapa pertanyaan.
1.      apa kesan yang muncul setelah bapak dan ibu membaca teks kita suci di atas?
2.      makna apa yang dapat di ambil dari bacan teks kitab suci di atas?
3.      tindakan apa yang harus dibangun dalam membina kebersamaan dalam keluarga?
ü  Pemandu memberikan sedikit kesimpulan dari hasil sharing peserta berdasarkan pengalaman peserta.
Untuk membina kebersamaan dalam keluarga yang terpenting adalah kasih, karena dengan kasih segala peristiwa dapat menjadikan suasana keluarga menjadi tenang, damai dan sejahtra.
L.     KESIMPULAN YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM SITUASI KONKRIT
ü  Di akhir pertemuan katekese, pemandu memberikan beberapa kesimpulan yang dapat dilakukan dalam membina pentingnya kebersamaan dalam keluarga.  
Bapak dan ibu yang terkasih, pada kesempatan ini ada beberapa tips-tips yang dapat saya berikan dalam membina kebersamaan dalam keluarga, dinataranya adalah
1.      Bermain dan bercanda bersama, Karena kesibukan anda berdua mungkin anda berdua sudah lupa kapan terakhir kali anda bermain dan bercanda bersama. Bermain dan bercanda bersama sangat penting untuk menjalin kebersamaan dalam keluarga, selain itu bercanda membuat hati kita rileks sehingga dalam memandang suatu masalah kita bisa lebih tenang dan berpikir jernih.
2.      Diskusi, Dalam hal ini bukan memaksakan pendapat, tidak ada yang namanya orang tua atau kepala keluarga yang harus memutuskan semuanya, menjalin kebersamaan dalam keluarga semua harus didiskusikan sehingga mencapai kata sepakat dan membuat semua anggota puas.
3.      Nonton bersama, Kegiatan nonton rame-rame tentu sangat menyenangkan, untuk itu pilihlah film yang sesuai dengan umur anak anda, pilihlah film yang ringan dan lucu sehingga anda semua merasa rileks. Diskusikan dengan keluarga sebaiknya film apa yang mau ditonton jangan sampai memilih film yang tidak disukai oleh salah satu anggota keluarga sebab ini akan menjadi bumerang bagi anda, bukannya menjaga kebersamaan kemungkinan malah membuat salah satu anggota anda cemberut dan dongkol.
4.      Rekreasi bersama, Apa pernah anda mengalami peristiwa dimana anda berdua merencanakan liburan bersama yang seru tapi ternyata bukan suasana asik yang anda dapatkan malah anggota keluarga yang saling cekcok dan dongkol. Untuk menghindari hal ini jika Anda ingin berekreasi bersama, sebelumnya Anda harus mendiskusikan dengan semua anggota keluarga rencana liburan anda dan meminta komitmen semua anggota keluarga untuk menjalankan sesuai rencana yang telah disepakati. Selama liburan cobalah menahan emosi anda jika anak anda melakukan kesalahan jangan memukul atau membentak sehingga membuat anak anda menangis dan merusak suasana liburan.
5.      Berdoa bersama, Dengan melakukan doa bersama membuat anda sekeluarga menyatu. Ada perasaan special yang akan anda rasakan ketika anda melakukan acara doa bersama ini secara rutin. Gak percaya? ayo coba aja gak ada ruginya kan???.
6.      hal yang terakhir adalah makan bersama. dengan makan bersama banyak hal yang dapat dibicarakan di dalamnya, maka hal ini sangat penting bagi terbentuknya kebersamaan dalam keluarga.


Doa Umat
ü  Setelah pemandu memberikan kedimpulan dari ketekese itu, pemandu mengajak peserta untuk menyampaikan doa-doa secara sepontan yang terangkum dalam doa umat.
ü  Pemandu meminta beberapa dari umat untuk menyampaikan doa spontan
ü  dan di dalamnya, pemandu meminta kepada para peserta untuk bersyukur kepada Tuhan atas kehidupan yang mereka terima, serta doa mohon kekuatan dari Tuhan supaya keluarga-keluarga diberi kemampuan dalam menjalin kebersamaan dalam keluarga mereka. 
Doa Bapa Kami
ü  diakhir doa umat itu, pemandu mengajak umat untuk menyatukan doa umat itu dengan doa yang di ajarkan oleh Yesus Kristus sendiri, dengan doa BAPA KAMI.
PENUTUP
Doa Penutup
ü  pemandu mengajak umat dalam suasana hening untuk mengakhiri pertemuan itu dengan doa penutup yang di doakan oleh pemandu.
Bapa yang penuh dengan kasih dan sayang, terima kasih atas pencerahan dan karunia Roh Kudus yang selalu Engkau berikan kepada kami. Moga dengan pertemuan kami pada malam hari ini memnjadi bekal bagi kami dalam menumbuhkan kebersamaaan dalam keluarga kami, dan menjadikan keluarga kami tempat dan kediaman-Mu. Demi Kristus Tuhan dan pentara kami, yang hidup kini dan sepanjang segala masa. Amin
Lagu Penutup
ü  setelah doa penutup, pemandu mengajak umat untuk menyanyikan lagu bertema Bahasa Cinta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar