SI ANAK DAN IBU YANG BIJAK SANA
Di sebuah desa hiduplah seorang ibu yang kesehariaany bekerja sebagai tukang penjual keranjang. Dalam hidupnya, ibu tersebut dikaruniai seorang anak yang semasa itu telah berusia 12 tahun. Hari demi hari kehidupannya sebagai pembuat keranjang itu si ibu tekuni, dan dengan itulah ibu tersebut mampu membiayai kehidupan dia dan anaknya. Dengan ketekunannya, ibu tersebut mempu bukan hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari dia dan anaknya, akan tetapi si ibu tersebut mampu menyekolahkan anaknya sampai pada jenjang SMP.
Dengan rumah yang amat sederhana yang bertembokan dari kulit kayu, dan dalam hidup mereka tidak pernah merasa kurang apapun. Pada tataran hidup bermasyarakat, ibu tersebut memiliki tetangga yang amat kaya raya dan memiliki rumah serta sarana pra sarana lainnya yang begitu mewah. Walaupun demikian kehidupan ibu dan anaknya tersebut, mereka tidak minder akan status mereka sebagai orang yang boleh dikatakan golongan miskin. Kebahagiaan, kedamaian dan sukacita yang disertai dengan canda dan tawa sering terdengar dari rumah yang bertembokan kulit kayu tersebut.
Suasana yang demikian tidak ditemukan dalam rumah mewah yang menjadi tetangga ibu tersebut. Sang ibu tersebut sangat sayang kepada anaknya, perhatian dan waktu yang sangat cukup ia berikan kepada anaknya dalam mendidiknya sebagai orang yang baik dikemudian hari, terutama sebagai orang yang beriman. Contoh dalam keteladanan sebagai orang yang beriman kepada Allah, ia berikan kepada anaknya, dan ini terlihat bagaimana sang ibu tersebut menjalankan panggilannya sebagai orang beriman yang patuh dan taat kepada kehendak Allah. Walaupun hasil dalam menjual keranjang itu tidak tetap hasil yang ia peroleh, sang ibu tersebut selalu bersyukur atas apa yang ia dapatkan, ia yakini bahwa ini adalah kasih yang diberikan oleh Allah kepada nya. Setiap malam ia menggingatkan kepada anaknya untuk berdoa, baik sebelaum dan sesudah makan, tidur, dan dalam segala hal, karena menurutnya segala sesuatu yang dimulai dari restu Allah maka semuanya akan berjalan lancar sesuai dengan kehendak Allah.
Lain halnya dengan kehidupan pada tetangganya, mereka disibukan dengan urusan usaha mereka, terkadang dalam beberapa waktu mereka tidak bisa berkumpul dalam keluarga apa lagi untuk bertemu dan membicarakan masalah keluarga. Keluarga yang kaya ini amat jauh kehidupan mereka dari Tuhan, jarang pergi kegereja dan mereka bekerja tidak pernah mengenal waktu antara siang dan malam semuannya sama. Dalam situasi yang semacam ini, rumah si kaya tersebut terlihat amat suram. Tibalah sebuah musibah yang amat besar dari keluarga kaya tersebut, usaha mereka menjadi bangkrut karena termakan krisis globalisasi dan secara satu persatu isi di dalam rumah mereka di gerogoti oleh pemegang saham mereka. Kurang menerima akan situasi yang semacam ini, maka semakin kacaulah keluarga kaya tersebut dan pada akhirnya mereka keluarga yang terpecah belah.
Walaupun krisis globalisasi yang amat dasar melanda negeri mereka, ibu dan anak tersebut tidak takut karena kehidupan mereka sudah sangat sering termakan globalisasi yang terjadi disetiap waktu mereka. Semangat dan ketekunan mereka dalam bekerja itu tidak pudar. Sampailah pada suatu ketika, sang anak itu bertanya kepada ibunya.
A: anak
B: Ibu
S: Si orang Kaya
A: | Bu, tanya anak, mengapa ibu sering sekali pergi ke gereja? Pada hal kita bisa berjualan pada hari minggu, karena hari minggu itu banyak orang yang ada di pasar dan mungkin mereka mau membeli keranjang kita? |
B: | Nak, pergi kegereja itu adalah kewajiban kita sebagai umat Allah yang telah dikasihani oleh Allah. |
B: | Tanya ibu, mengapa kamu berkata demikian, nak? |
A: | Bu, sebenarnya apa yang ibu dapatkan digereja, ketika saya melihat ibu pulang, ibu tidak membawa apa-apa? Ketika saya melihat ibu berdoa, yang hanya ada ibu menangis terus, saya merasa ibu sangat tertekan sekali pada waktu berdoa? |
B: | Ibu menangis bukan karena ibu tertekan atau menyesal akan situasi kita, tetapi ibu merasa bahwa ibu telah berdosa, dan mohon ampun kepada Allah supaya ibu dan kamu selalu diberkati oleh Allah. |
A: | Bu, dengan ibu pulang tidak membawa apa-apa dari gereja ibu masih mau pergi kegereja? |
B: | (sang ibu berpikir sejenak) |
B: | Kata ibu, nak ibu tidak akan memberikan penjelasan apapun tetang apa yang ibu dapatkan sepulang dari gereja, ibu mau tanya ni ama kamu, kamu mau atau tidak ikut ibu kegereja pada hari minggu ini? |
A: | Tidak mau bu, karena bendingan saya bekerja dirumah saja ketimbang ikut ibu pergi kegereja, ka nada gunanya? |
B: | Bailah nak, oh ya ibu boleh minta tolong enggak, kamu mengambil air untuk kita minum dan mengisi tong tersebut, nanti yang kamu gunakan jangan ember, karena emaber kita telah penuh semua. Nah, kamu mengambil air dengan mengunakan keranjang yang ada di dapur kita, Ibu mau berangkat sembanyang dulu, ya? |
A: | (karena ia amat patuh terhadap ibunya maka ia melakukan apa yang diperintahkan oleh ibunya) |
Dengan penuh semangat, dan dengan maksud ingin membuat ibunya bahagia maka ia melakukan dengan iklas apa yang diperintahkan oleh ibunya tanpa ia berpikir panjang, sang anak tersebut mengambil keranjang tersebut yang ada di dapur dan langsung mengambil air dengan mengunakan keranjang tersebut. Sementara itu, keranjang tersebut sudah sangat kotor rupanya. Berkali-kali sang anak tersebut mengambil air dengan mengunakan keranjang tersebut namun tetap saja tong tersebut tidak penuh sampai pada waktu ibunya pulang dari gereja.
Setiba ibunya pulang dari gereja, dan masak untuk makan siang mereka, sementara anak tersebut masih juga mengambil air. Tibalah sebuah pemikiran yang muncul dari benak si anak tetersebut, lalu ia berkata “bagaimana tong itu akan penuh, wong saya mengambil air dengan mengunakan jaring yang bolong, wah ibu ini mau mengerjain saya ya”. Bergegaslah anak itu pulang sungai dan menanyakan kepada ibunya, katanya?
A: | Bu, mengapa ibu meminta saya untuk mengambil air ini dengan mengunakan jaring ini? Terus kapada tong yang besar itu akan penuh kalau begini? Wah ibu mau menghukum saya yang karena saya enggak mau di ajak kegereja? |
B: | Nak, ibu tau, mana mungkin kamu bisa mengisi tong itu dengan mengambil air dengan menginakan jarring itu. |
A: | Terus maksid ibu apa? Saya kesal terhadap ibu, ibu udah engak sayang sama saya kah? |
B: | Bukan begitu anakku, kamu dalam hal ini telah mendapat pelajaran yang amat besar? Tanya anak? |
A: | Pelajaran apa? Wong hanya ada adalah capek? (dengan nada akan marah) |
B | Anakku, sekarang kamu lihat apa yang terjadi pada keranjang kita setelah kamu mengunakannya untuk mengambil air? |
A: | Bu, tadiknya keranjang ini amat kotor, kok sekarang ia menjadi bersih? |
B: | Nah, itulah nak yang ibu maksudkan, ibu tidak menghukum kamu, karena dirimulah yang akan menghukum kamu sendiri. Kata ibu, nak kita pergi kegereja memang secara kasat mata, hal yang nampak memang tidak membawa apa-apa, terlebih-lebih uang, akan tetapi kesuciaan hati, kejernihan hati dan ketulusan hatilah yang kita dapatkan, dan hal tersebut tidak akan menyesatkan kita. Hubungan kita dengan Tuhan tidak dapat dinilai atau diuangkan dengan apapun, karena Tuhan bekerja dalam hati kita. Nah mengikuti perayaan Ekaristi pada hari minggu adalah sebagai salah satu pengungkapan iman kita, kita bersyukur atas apa yang ia berikan, mohon berkatnya supaya kita dimampukan terutama untuk selalu memuji dan bersyukur atas apa yang kita terima. |
Dalam perayaan Ekaristi, Allah yang kita imani itu hadir dengan berbagai bentuk melalui pemimpin kita (imam), sabdanya yang menjadi pedoman hidup kita, sakramen yang menjadi tubuh dan darahnya dan dari persekutuan kita yang pada waktu itu memohon kepada Allah. Nak, itulah jawaban atas segala yang kamu lakukan. Menjadi orang beriman bukan hanya dengan kata-kata saja, akan tetapi dalam segala tindakan. Kita telah diberi waktu yang cukup untuk bekerja, nah pada hari minggu kita wajib mensyukurinya dan memohon berkat dari Tuhan supaya kita tetap bertahan hidup. Coba kamu lihat apa yang terjadi pada tetangga kita yang kaya itu, mereka bukan tidak mengenal Tuhan akan tetapi mereka melupakan Tuhan. Tuhan yang memberikan keyamanan kepada mereka, setelah mereka mendapatkannya mereka lupa untuk mensyukurinya, hal yang demikianlah yang tidak boleh.
Ikut dan datang kegereja belum cukup, akan tetapi hendaklah kita harus berperan akibat dalam segala kegiatan Gereja, dengan demikian kita bukan hanya melayani sesama kita, akan tetapi kita ikut ambil bagian dalam melayani Tuhan yang hadir dalam hidup kita. Nak, sadarlah karena dengan kamu sadar maka kamu akan dicintai oleh Tuhan sepanjang usiamu, ibu mampu membesarkan kamu itu semua karena kekuatan dan belas kasih yang ibu dapatkan dari Tuhan. Maka dengan demikian, rajinlah kamu berdoa, pergi kegereja pada hari minggu dan ikut ambil bagian dalam tugas gereja, maka kamu akan dicintai oleh Tuhan. Jawab si anak, maaf bu atas kebodohan saya, saya berjanji akan pergi kegereja dan berdoa serta bersyukur atas apa yang saya dapatkan dan mohon berkatnya atas segala usaha saya. Dengan peristiwa itu, bertambahlah sukacita dan damai kedalam kehidupan sang ibu dan anak tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar