MENGENAL PENGARANG
INJIL MATIUS
Siapakah pengaran Injil Matius itu, sehingga ia menjadi salah satu pengarang Injil yang menjadi dasar dari Iman kita? Jika pertanyaan ini dilontarkan kepada kita sebagai orang katolik, apa yang seharusnya kita jawab? Di sini saya akan memaparkan tentang, apa yang telah saya dapatkan dari perkuliahan sebagai calon pewarta sabda.
“Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia”
Matius 9:9
Dari perikop injil ini sangat jelas sekali, apa yang Yesus ingikan dari kita sebagai anak-anak-Nya, mengikuti Yesus bukan bearti kita hanya mengikuti Dia dengan mengagungkan nama-Nya, akan tetapi hendaklah kita juga menjadi pewarta dan pelayan-Nya. Dalam mengikuti dan mewartakan sabda Yesus, hendaklah kita harus benar-benar mengerti akan apa yang harus kita lakukan, yang amat terpenting adalah siapa itu Yesus, mengapa Ia rela mati untuk kita? Dengan kematiaan-Nya kita harus berbuat apa?
Dari ke empat injil yang kita miliki, salah satunya injil Matius telah menjawab pertanyaan tersebut, Cuma yang menjadi masalah sekarang siapa itu Matius, apakah ia salah satu murid Yesus atau salah satu orang yang mendengarkan pewartaan dari murid-murid Yesus tentang perbuatan Yesus selama Ia berada di dunia ini.
A. LATAR BELAKAN INJIL MATIUS
Dalam dokumen aslinya, Injil Matius tidak menyebut nama pengarangnya (anonim). Secara tradisional pengarang injil Matius diakui sebagai pemungut cukai yaitu seorang lewi, jika pernyataan tradisional ini benar, sangat jelas sekali bahwa Matius adalah seorang murid Yesus atau saksi mata akan apa yang Yesus buat pada masa Ia berada di dunia ini. Tradisi Gereja mencatat ucapan Papias, uskup dari Hierapolis di Asia Kecil (c. 110 M): “Matius mengumpulkan ucapan-ucapan dalam dialek Ibrani (Aram) dan setiap orang menerjemahkannya sesuai kemampuan masing-masing.” Karya Papias telah hilang, tetapi banyak dikutip oleh sejarawan Eusebius. Ada kemungkinan Rasul Matius mengumpulkan ucapan-ucapan Yesus dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Aram, lalu orang-orang lain menerjemahkannya “menurut kemampuan masing-masing.” Judul “menurut Matius” ditambahkan sekitar abad kedua. Tradisi Gereja sejak abad kedua dengan suara bulat menerima Matius sebagai pengaran.
Ada beberapa petunjuk yang dapat kita gunakan yaitu intern dari Injil untuk Matius sebagai pengarangnya:
1) Mat 9:9, nama Matius menggantikan nama Lewi, pemungut cukai yang dipanggil untuk menjadi murid Yesus (bdk. Mk 2:14; Lk 5:27);
2) Mat 10:3, nama Matius dalam daftar nama 12 murid diberi keterangan “pemungut cukai” (bdk Mk 3:18; Lk 6:15).
3) Injil yang banyak menyebutkan tentang pajak, dan itu lebih cendrung kepada pemungut cukai seorang lewi
4) Dari daftar ke 12 murid pada injil Matius, ada tertulis ”si pemungut cukai” yang terletak pada urutan ke delapan, lain halnya dengan injil yang lain, nama Matius terletak pada urutan ke 7, ini memberikan petunjuk bahwa seorang penulis ingin menunjukan kerendahan hatinya.
B. TAHUN PENULISAN
Menurut keterangan yang didapatkan, injil Matius di tulis sebelum tahun 70 M, untuk memperkuat pernyataan ini ada beberapa faktor yang dapat kita gunakan, diantaranya adalah
a) Mat tidak mengubah pernyataan Mrk 13:14 tentang kejatuhan Yerusalem, sedangkan Luk meredaksinya sebagai berikut: “Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat” (Luk 21:20). Andaikata Injil Mat ditulis sesudah 70 M, Mat pasti akan berbuat sama seperti Luk. Mat malah Menambahkan “segera sesudah siksaan itu” (Mat 24:29), yang memberi kesan ia berharap parousia Anak Manusia segera terjadi sesudah kejatuhan Yerusalem.
b) Keterangan Mat tentang Bait Allah: “meninggalkan persembahan di atas mezbah” (5:23-24), keharusan bagi orang benar “membayar bea Bait Allah” (17:24-27), dan “bersumpah demi Bait Suci” (23:16-22). Lebih sulit dipercaya jika anachronisme ini ditambahkan oleh penulis sesudah Bait Allah dihancurkan, daripada mempercayai bahwa ayat-ayat ini relevan karena Bait Suci masih berdiri ketika Injil Mat ditulis. Demikian pula penambahan Mat, “berdoalah supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat” (24:20), akan tidak berarti jika kehancuran Yerusalem sudah terjadi.
Dalam hal ini, penulis tahun injil ini hanya kira-kira dan itu juga dilihat berdasarkan situasi yang terjadi pada waktu itu. Jika kita telah memahami tentang tahun penulisan injil Matius ini, pertanyaan lebih lanjut yang diberikan kepada kita, Matius menulis injilnya untuk siapa, apa dasar Matius menulis injilnya ini.
C. SASARAN PEMBACA
1) Data intern Injil Mat mendukung hipotesa bahwa pembaca pertamanya adalah orang Kristen asal Yahudi, berdasarkan unsur2 berikut:
· Penekanan seluruh Injil pada penggenapan PL, terutama melalui “kutipan penggenapan” yang didahului oleh formula: “supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi” (1:22-23; 2:15, 17-18; 4:14-16; 8:17; dst). Kutipan penggenapan ini bertujuan untuk menyatakan Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan dalam PL, dan pelayanan-Nya merupakan fajar zaman mesianik;
· Pentingnya kesetiaan Yesus terhadap Taurat (5:17-19) dan penekanan Yesus pada kebenaran (righteousness);
· Mat menghilangkan keterangan2 Mk tentang adat-istiadat Yahudi (15:2, bdk Mk 7:3-4);
· Tampak jelas pola pemikiran rabinik dalam beberapa percakapan (mis. 19:3-9 tentang perceraian);
· Motif apologetik dari narasi kelahiran Yesus (menyanggah tuduhan orang Yahudi tentang kelahiran Yesus secara tidak sah) dan narasi kebangkitan (eksplisit menyanggah tuduhan orang Yahudi bahwa tubuh Yesus dicuri; 28:8-15)
2) Meskipun tampaknya ditujukan khusus kepada orang Kristen Yahudi, namun Mat memiliki sifat universal yang melampaui batas2 sasaran pembaca tertentu. Bisa jadi pembaca pertamanya adalah orang Yahudi Helenistik atau orang Yahudi dalam diaspora, yang tetap akan menimba manfaat dari penjelasan Matius tentang kontinuitas dan diskontinuitas dengan wahyu yang diberikan dalam masa perjanjian (covenant) sebelumnya.
D. GENRE DAN TUJUAN PENULISAN
Adanya beberapa penekanan yang unik dan unsur-unsur yang khas Matius menyatakan tujuan penulisan Injil ini dan menentukan apakah genre Injil Matius.
- Injil: Matius adalah pertama-tama sebuah Injil, yaitu suatu catatan atau laporan tentang hidup Yesus, semacam biografi kuno tetapi bukan biografi dalam arti modern. Kini semakin disadari bahwa Injil Matius banyak kemiripannya dengan biografi dalam sastra Yunani-Romawi. Seperti Injil2 lainnya, Matius adalah perluasan kerygma (proklamasi) tentang penggenapan Kitab Suci yang dibawa oleh Yesus, terutama melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Inilah inti Injil, yakni manifestasi puncak dari tindakan penyelamatan Allah bagi manusia di dalam kematian dan kebangkitan Yesus.
- Propaganda misi: Penekanan yang kuat di dalam seluruh Injil Matius pada penggenapan nubuat PL untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias, telah membuat Injil ini dilihat sebagai sarana atau alat dalam misi penginjilan Gereja kepada orang Yahudi.
- Polemik melawan para rabi: Seringnya Yesus mengritik orang Farisi dengan pedas (terutama Mat 23) menuntun kepada kesimpulan bahwa baik sang penulis Injil maupun pembacanya sedang menghadapi masalah dalam hal pembelaan mereka terhadap tuntutan sinagoge. Perdebatan itu menyangkut pertanyaan, siapakah yang memberikan interpretasi yang benar tentang hukum Taurat. Dalam pandangan ini, Injil Mat telah memanfaatkan berbagai tradisi tentang Yesus dan orang Farisi, dan memakai materi ini dalam pertentangan dengan Yudaisme Farisi di kemudian hari.
- Koreksi terhadap Gereja: Ada pendapat bahwa penulis Matius bertujuan memberi koreksi terhadap komunitas yang sedang menghadapi kesulitan yang serius. Petunjuk tentang hal ini dapat dijumpai di dalam beberapa teks berikut. Dari penelitiannya tentang Mat 17:22-18:35, W.G. Thomson menyimpulkan bahwa komunitas Matius mengalami perpecahan yang serius dan berbagai skandal sering terjadi. Di dalam Mat 13 Kingsbury menemukan indikasi bahwa komunitas Mat sedang bermasalah, bukan saja akibat pertikaian intern tetapi juga karena kemunduran rohani yang tercermin dalam materialisme, sekularisme, dan sikap tidak menghiraukan hukum Taurat. Polemik melawan nabi palsu (7:15-23), menurut Minear dan Trilling, mencerminkan keprihatinan penulis tentang para pemimpin komunitas Mat yang cenderung menjadi nabi palsu atau jatuh dalam kemunafikan; juga mencerminkan keprihatinan terhadap orang-orang “kharismatik” di dalam jemaat yang tidak hidup dalam ketaatan kepada hukum Taurat. Penulis Mat mengakui adanya nubuat dan penyembuhan ilahi di dalam Gereja, namun ia tidak bersikap toleran terhadap orang yang melayani dengan manifestasi karunia2 rohani tetapi tidak menunjukkan ketaatan kepada hukum Taurat.
- Berbagai pendapat tentang genre ini menunjukkan bahwa penulis Mat mungkin saja mempunyai beberapa tujuan. Paling tidak hal ini sangat jelas: Injil Mat adalah sebuah kitab untuk komunitas, yang ditulis terutama untuk memenuhi berbagai kebutuhan jemaat2 yang dilayani oleh penulis, dalam masa interim antara peristiwa2 sejarah yang terjadi waktu itu dengan kedatangan Kristus yang kedua. Penulis bertujuan menolong pembacanya yang asal Yahudi itu untuk memahami iman Kristen sebagai kontinuitas dari iman bapa-bapa leluhur Israel, sebagai penggenapan Kitab Suci, dan sebagai awal dari realisasi pengharapan Israel. Penulis juga bertujuan menolong Gereja dalam pengajarannya, dan selain itu juga untuk mengajar serta membangun umat Kristen, baik dalam generasinya sendiri maupun generasi mendatang.
E. KERANGKA STRUKTUR INJIL MATIUS
Pada dasarnya, para ahli kitab suci membagi injil Matius ke dalam struktur dengan berdasarkan tempat pewartaan Yesus semasa hidup-Nya. Struktur injil Matius sebagai berikut:
1) Mat 1-4:11 pendahuluan
2) Mat 4:12-15 Karya Yesus Di Galelia
3) Mat 15 Karya Yesus di Utara
4) Mat 16:12-28 Perjalanan ke Yerusalem
Kerangka utama pada injil matius yang didasarkan pada 5 kotbah Yesus:
5-7 di bukit | 10 pada para rasul | 13 Tentang perumpamaan | 18 Tentang menjadi anggota gereja | 24-25 Akhir zaman |
Selingan |
Yang mau di perlihatkan oleh Matius dalam injilnya ini adalah penginjil Matius ingin melihat Yesus sebagai Musa baru. Jika kita melihat Mat 5-7, Yesus di dalamnya berkotbah di bukit, hal tersebut juga dilakukan oleh Nabi Musa yang pada waktu itu berkotbah di bukit sinai, maka dari pada itu kelima kotbah Yesus di atas bukut itulah yang menjadi pndasi injil Matius.
F. TEOLOGI INJIL MATIUS
Jika kita telah mengenal atau mengetahui latar belakang, tahun penulisan, sasaran serta struktur injil Matius, hal yang amat terpenting adalah pokok-pokok teologi injil Matius, di dalamnya penginjil Matius ingin mengatakan kepada kita siapa Yesus itu sebenarnya dan apa yang Ia lakukan semasa hidupnya.
Ada beberapa petunjuk tentang siapa itu dalam injil Matius, dintaranya
a) Yesus adalah Mesias: Yesus adalah Mesias (yang diurapi) keturunan Abraham, Anak Daud, Dia adalah Juru Selamat yang dijanjikan Allah. Yusuf harus menamai Dia; Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Matius 1:21) Dan melalui Dialah, Allah menggenapi apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Orang Yahudi menantikan Mesias sebagai seorang raja yang memiliki kekuatan militer yang besar untuk membebaskan bangsanya dari penindasan bangsa lain. Oleh karena itu Orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias, sebab Yesus sang Mesias tidak mengandalkan kekuatan militer, melainkan mengandalkan kekuatan Kasih. untuk memenangkan peperangan rohani yaitu menang atas maut. Dengan Demikian umat manusia diberi pengharapan bahwa manusia tidak harus binasa dalam dosa, melainkan barangsiapa yang percaya kepada Yesus Kristus Sang Mesias itu, ia akan beroleh Keselamatan. Perintah-Nya adalah: Beritakan injil ( 9:35 , 11:1, 24:14, 26:13).
b) Yesus adalah Guru Agung: Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru Agung, Yesus mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya.Ada lima kelompok :
1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (5-7);
2) Ajaran kepada kedua belas Murid Yesus untuk melaksanakan tugas (10)
3) Ajaran melalui perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan Allah memerintah sebagai Raja (menggunakan istilah Kerajaan Allah/Kerajaan Sorga) (13)
4) Ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (18)
5) Ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (24-25).
Orang percaya diperlengkapi agar dapat menjadi murid Tuhan sejati. Yaitu murid yang melakukan Firman di dalam hidupnya. Perintah-Nya adalah "Jadikanlah semua bangsa Murid-KU"...dan Ajar mereka untuk melakukan setiap firman ... (28:19-20)
Dalam injil Matius, Yesus sering mengatakan Bapa sebagai Bapa-Ku, Bapa itulah yang dilukiskan oleh Yesus sebgai Bapa yang baik hati, sehingga Bapa itu tahu memberi yang baik kepada anak-anak-Nya serta sangat memperhatikan kebutuhan anak-anak-Nya. Melihat hal yang demikian, maka inti dari injil Matius adalah pewartaan tentang Yesus sebagai penggenapan dari Kitab suci perjanjian lama, dan itu dapat kita lihat dari kata-kata atau rumusan “supaya genapah….” Dan bukan hanya itu saja, dalam injil Matius kita juga dapat melihat silsilah tentang Yesus begitu diceritakan amat detil sekali, maka oleh para ahli injil Matius diletakan pada bagian pertama dalam keempat injil yang kita miliki.
Ditulis oleh Silvester Nyawai
Mahasiswa STKIP Wadya Yuwana Madiun
Jln. Soegijopranoto (d/h.Jln. Mayjend. Panjaitan), Tromol Pos 13.
Madiun 63102
Tidak ada komentar:
Posting Komentar