Kamis, 16 Agustus 2012

MEDIA MASSA MENJADI SARANA EVANGELISASI YANG KONTEKSTUAL DALAM ERA GLOBALISASI


MEDIA MASSA MENJADI SARANA

EVANGELISASI YANG KONTEKSTUAL DALAM ERA GLOBALISASI




Oleh: Silvester Nyawai


1.1  Pendahuluan
Siapa yang tidak kenal “media masa”, seperti TV, HP, internet, surat kabar dan lain sebagainya. Pada masa sekarang, sarana-sarana komunikasi ini bukan lagi menjadi sarana untuk menonjolkan atau memamerkan status ekonominya, akan tetapi lebih dari pada itu. Sarana yang semacam ini, pada masa sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok hidup manusia. Jika dulu, kebutuhan pokok manusia adalah sandang, pangan dan papan. Hal yang demikian, pada masa sekarang semakin diperluas, dimana kebutuhan pokok manusia tidak hanya pada sandang, pengan dan papan, akan tetapi kebutuhan sarana dan pra sarana, seperti transpotasi, TV, HP dan sebagainya. Kebutuhan yang semacam ini harus dipenuhi, karena kebutuhan semacam ini tidak hanya menyangkut identitas seseorang, akan tetapi kelancaran dan kemudahan dalam melaksanakan aktivitas yang menunjang dan memberikan kemudahan dalam beraktivitas.
Selain dari pada itu, kemajuan dalam era globalisasi juga menawarkan banyak hal, seperti semuannya menjadi baru dan mudah (instan). Jika kita melihat, HP, TV dan tempat-temapt yang menyediakan pasilitas seperti, tempat internetan menjadi sasaran yang empuk dikonsumsi oleh semua orang, tidak hanya yang tua, dewasa tetapi juga anak-anak yang sudah mulai mengenai hal yang demikian.
Salah satu situs yang masih naik daun atau tren pada masa sekarang adalah facebook dan twitter. Pasilitas ini, tidak hanya digunakan orang untuk hal-hal yang berbau asmara saja, gossip, berita akan tetapi juga sebagai lahan bisnis, lahan bagi orang memberikan dan mendapatkan inspirasi, motivasi dan dorongan kepada semua orang. Salah satu yang saya kenal, dan dia mengunakan media ini untuk berbagi, memberikan motivasi dan inspirasi kepada semua orang yang berteman dengannya adalah ibu Ignasia Jessica. Tidak cukup mewartakan dengan berdiri dihadapan semua orang dalam acara seminar, motivator, pembinaan, beliau juga mengalirkan kata-kata bijaknya dari situas facebook yang setia hari selalu ada hal-hal yang baru, dan kata-kata indah yang baru dan menyentuh.
Tidak jarang juga, beliau mengutif dari ayat-ayat Kitab Suci sebagai sarana baginya memberikan inspirasi, motivasi bagi semua orang. Menurut pengamatan saya, yang berteman dengannya dalam dunia maya (facebook), saya terispirasi sekali, dan hal ini tidak hanya saya, tetapi juga semua orang yang berteman dengannya.
Ini adalah gambaran sekilas bagaimana orang yang memfaatkan perkembangan zaman dalam era globalisasi sebagai sarana baginya untuk mewartakan kebaikan, terutama kasih Allah dalam kehidupannya.
Hasus kita akui, bahwa antara diri kita pada saat ini dengan keduabelas Para Rasul dulu mengemban tugas yang sama, yaitu menyampaikan kabar gembira. Menurut tuliasan penginjil Matius, sebelum Yesus naik ke Surga, Ia menyampaikan amanat-Nya “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku ………….ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28:19-20). Ayat ini dari zaman dulu sampai sekarang tidak berubah, masih seperti ini. Di sini, apa yang membedakannya?. Menurut permenungan saya, yang membuat ayat ini menjadi berbeda adalah cara yang digunakan dalam melaksanakannya. Hal yang sederhana, kita sebagai seorang Kristiani dalam kenyataannya dipanggil untuk mewartakan Kabar Gembira tersebut, demikian juga dengan Para Rasul terdahulu. Jika para Rasul dulu mewartakan dengan berkobar-kobar, menyerukan pertobatan, dikejar-kejar bahkan ada yang mati dibunuh. Pada masa sekarang hal yang demikian hampir tidak mungkin terjadi, apalagi di negara kita tercinta ini, dimana kebebasan beragama dijunjung tinggi seperti yang tertuang dalam butur-butur Pancasila.
Saya masih ingat dulu, ketika masih kecil, dimana para Pastor SMM yang datang mengunjungi kampung saya, yang letaknya diperdalaman Kalimantan. Mereka harus berjalan berhari-hari, bahkan sampai berbulan-bulan untuk mewartakan Injil Allah. Hal yang demikian tidak lagi terjadi pada masa sekarang, meskipun berjalan, tetapi kita sudah naik bertingkat-tingkat dari cara mereka. Jika dulu, berkatekese tidak mengunakan banyak metode, yang ditonjolkan adalah metode ceramah, bacakan Kitab Suci dan refleksi, pada masa sekarang ada banyak metode yang keseluruhannya menekankan adanya media masa.
Berdasarkan pada masalah ini, maka tema “Media massa menjadi sarana Evangelisasi yang kontekstual dalam era globalisasi  saya rasa cocok untuk dikembangkan bagi seorang katekis, guru agama Katolik dan para petugas pastoral yang lainnya dalam mewartakan dalam era globalisasi pada masa sekarang. Mengapa ini ditekankan, karena media massa memiliki dampak yang cukup dalam bagi setiap pribadi dalam membangun hubungannya dengan dirinya, sesama dan terutama dengan Allah yang ia imani.  

1.2  Orang Kristiani Dipanggil Untuk Mengemban Tugas Evangelisasi
Sekilas tentang evangelisasi. Evangelisasi berasal dari kata Yunani yakni Evangelion, artinya mewartakan Injil kabar baik atau penginjilan. Dalam konteks ajaran orang Kristiani tugas ini merupakan sebuah keharusan, karena Yesus sendirilah yang memerintah untuk mewartakannya (bdk. Mat 28:19-20). Evangelisasi tidak hanya dilakukan dengan kata-kata saja, akan tetapi dengan tindakan atau kesaksian hidup orang yang beriman (Hipolitus K. Kewuel dan Gabriel S. 2010).
Romo Agustinus Supriyadi, Pr dalam buku “12 Pintu Evangelisasi: Menebar Garam Di Atas Pelagi” (2012) mengatakan bahwa mewartakan Injil Kerajaan Allah kepada segala bangsa merupakan sebuah perutusan yang harus dilaksanakan oleh setiap orang beriman. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa Evangelisasi sebagai aktivitas Gereja.
Tugas ini, pada dasarnya merupakan perintah Yesus Kristus kepada para murid-murid-Nya, dan pada akhirnya dilanjutkan oleh Gereja sepanjang masa. Pemberitaan Injil Kerajaan Allah (Evangelisasi) adalah aktivitas Gereja (bdk. RM 65). Sebab setelah diprakarsai dan diwujudkan oleh Sang Kepala, dengan cara masing-masing, mereka yang telah menyatukan diri menjadi satu tubuh juga mewartakan Injil. Mereka adalah Gereja. Gereja secara sadar mengetahui dan menghayati kekayaan perlunya memberitakan Injil kerajaan Allah (bdk. EN 14). Dalam hal ini, mewartakan Injil Allah sesunggunya merupakan aktivitas Gereja dan sekaligus merupakan rahmat dan panggilan yang khas bagi Gereja.
Madam Sarup (1994) mengatakan bahwa mewartakan Injil Allah merupakan identias Gereja yang terdalam. Dalam hal ini, Gereja ada tugasnya adalah untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah, dan dengan demikian juga menjadi saluran karunia rahmat, yakni untuk mendamaikan para pendosa dengan Allah. Dalam hal ini, mewartakan Injil menjadi sarana atau alat untuk membangun kembali hubungan, kesatuan antara manusia dengan Allah. Tindakan ini juga memberikan sebuah gambaran hubungan yang amat erat sekali antara evangelisasi (mewartakan) dan rokonsiliasi (pertobatan).
Jadi, evangeliasi (pewartaan) merupakan tindakan, aktivitas, identitas Gereja yang harus selalu menjadi tugas utama yang tidak biasa lepas dari kehidupan orang yang beriman kepada Tritunggal Maha Kudus. Tugas untuk mewartakan Injil bukanlah yang terpaksa harus kita lakukan sebagai murid-murid Yesus, tetapi merupakan sebuah keharusan bagi setiap orang berimana kepada Yesus Kristus. Panggilan untuk mewartakan Injil telah kita terima pada waktu menerima sakramen Baptias. Rahmat sakramen Baptis tidak hanya membawa pada relasi yang personal dengan Trinitas, akan tetapi dengan rahmat ini juga kita dipanggil dan diutuas untuk mewartakan keselamatan, kabar gembira yang telah kita alami kepada semua orang, dimanapun kita ada.
   Seperti yang telah dipaparkan dalam pendahuluan, zaman kita dengan zamannya pada Rasul sudah jauh berbeada. Dunia Para Rasul-Rasul adalah dunia yang penuh penindasan, dengan iman yang teguh akan pernyertaan Yesus Kristus kepada mereka, dan dengan Roh Penolong (bdk. Yoh 16:4b-15) yang diberikan kepada mereka pada hari Pentakosta (bdk. Kis 2:1-13), inilah yang membuat mereka semangat, berkobar-kobar dalam berkotbah, tanpa mereka harus merasa takut untuk diacam bahkan dibunuh, karena bagi mereka adalah keselamatan, kabar gembira yang dijanjikan oleh Yesus haruslah dialami oleh semua orang. Rasul Paulus salah satunya. Dalam tulisannya kepada jemaat di Filipi, ia mengatakan “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Fip 1:21). Ayat ini mengatakan bahwa, jika ia mati karena mewartakan Kristus bukanlah hal yang membuatnya rugi, atau hina atau takut, akan tetapi kematiannya karena mewartakan Kristus merupakan sebuah kegembiraan baginya. Yang jelas, ayat ini bukanlah ayat yang digunakan oleh rasul Paulus untuk memberikan penghiburan terhadap dirinya, akan tetapi ayat ini merupakan sebuah permenungan yang amat mendalam, yang dibangun dalam relasi dan komunikasi dengan Yesus Kristus sebagai Putra Allah yang hidup.
Zaman kita sudah berbeda dengan zamanya Rasul Paulus dan Rasul-Rasul yang lainnya. Zaman kita adalah zaman era Globalisai. Sebenarnya apa Era Globalisasi yang sedang kita alamami atau kita nikmati pada masa sekarang?
 
1.3  Asal-Usul Serta Dampak Globalisasi
Ola Rongan Wilhelmus, M.Sc dalam sebuah buku yang diterbitkan oleh Kampus STKIP Wdya Yuwana Madiun (WINA PRESS) tahun 2011 mengatakan Globalisasi mewartakan banyak berkat dan kemudahan, tepi juga globalisasi memberikan tidak hanya sedikit tantangan berat bagi kehidupan umat manusia, terutama dalam kehidupan iman dan moral. Globalisasi membuat dunia ini seakan-akan tidak memiliki batas territorial dan geografis antara Negara dan masyarakat. Hubungan antara individu, Negara, masyarakat yang satu dengan yang lain menjadi menyatu. Hal yang semacam ini sangat nampak sekali dalam media elektronik (media massa) yang digunakan, seperti Televisi, setelit, internet dalam era global ini semakin mempermudah, dan mempercepat arus komunikasi antar sesama manusia di dunia ini.
Kata globalisasi diambil dari global yang maknanya universal. Globalisasi belum memiliki definisi atau pengertian yang pasti kecuali sekedar definisi kerja sehingga maknanya tergantung pada sudut pandang orang yang melihatnya.
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005). Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal. september 2005). Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-lain.
Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-lain akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.
Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dalam zaman modern ini, nasionalisme lebih merujuk kepada amalan politik maupun kesatriaan dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan. Secara teori, nasionalisme dapat dilihat sebagai sebagian paham negara atau gerakan yang populer berdasarkan pendapat warga negara, etnis, budaya, keagamaan, dan ideologi dengan terminologinya masing-masing. Pengkategorian tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan beberapa atau semua elemen tersebut. Selain itu, nasionalisme juga disebutkan sebagai prinsip, rasa dan usaha yang patriotik serta dengan segala daya siap pula untuk mempertahankannya. Sedangkan semangat nasionalisme diartikan sebagai suasana bathin yang melekat dalam diri setiap individu sebagai pribadi maupun sebagian bagian dari bangsa dan negara, yang diimplementasikan dalam bentuk kesadaran dan perilaku yang cinta tanah air, kerja keras untuk membangun, membina dan memelihara kehidupan yang harmonis dalam rangka memupuk dan memelihara persatuan dan kesatuan, serta rela berkorban harta, benda bahkan raga dan jiwa dalam membela bangsa dan negara.
Para pendiri bangsa Indonesia sangat menyadari bahwa bangsa Indonesia ini terbentuk berlandaskan persamaan nasib, persamaan sejarah, persamaan perjuangan, serta persamaan cita-cita yaitu hidup dalam kebebasan, aman, serta adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, berwawasan nasional, bukan berwawasan suku, ras, dan bukan pula berwawasan agama atau golongan. Dalam konteks inilah semangat nasionalisme yang menghargai perbedaan, kemajemukan dan keanekaragaman harus dijunjung tinggi dan ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa, termasuk kepada seluruh individu warga negara Indonesia, baik generasi sekarang, terlebih lagi kepada generasi penerus bangsa Indonesia, agar mereka menyadari hakikat bangsa Indonesia yang besar ini.
Namun demikian krisis multidimensi yang berkepanjangan membawa dampak perubahan tantanan kehidupan sosial bangsa Indonesia, mengakibatkan perubahan perilaku, moral, dan etika masyarakat tertentu dengan merasa paling benar dan menyalahkan masa lalu. Euforia reformasi yang berkepanjangan, cenderung menjadi liar, tanpa memperhatikan norma dan etika dalam kehidupan bermasyarakat, sebagaimana telah diwariskan oleh nenek moyang kita jauh sebelum generasi saat ini lahir. Arah reformasi telah berbelok, tidak lagi sesuai dengan tujuan semula, sebagaimana slogan awal reformasi yaitu kebebasan, demokraktisasi, hak azasi manusia serta supremasi hukum, bahkan telah menampilkan potret kelabu dengan telah mengakibatkan rendahnya semangat nasionalisme warga negara. Transformasi dan reformasi secara menyeluruh di segala bidang telah membawa perubahan pola hidup masyarakat Indonesia, yang menuntut kemampuan beradaptasi dalam menerima perubahan yang sangat cepat, namun tetap berpegang teguh pada norma atau kaidah kadiah tertentu yang diyakini tepat untuk dijadikan sebagai falsafah pandangan hidup, pedoman bersikap, bertingkah laku, dan berbuat dalam mengarungi dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian implementasi semangat nasionalisme warga negara saat ini paling tepat dianalisis berdasarkan berbagai aspek dinamis kehidupan, yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan termasuk kearifan lokal dari masyarakat Aceh yang telah keluar dari kemelut dan meretas hidup baru yang lebih damai.
Perlu diketahui, bahwasanya upaya memupuk nasionalisme agar tidak rentan, mudah pudar dan bahkan terkikis habis dari “dada bangsa Indonesia” tentu perlu keseriusan dan optimisme dalam implementasinya dengan langkah awal menanamkan semangat merah putih lebih dulu, baru kecakapan intelektualitas dan kecendikiawanan yang tinggi untuk melengkapinya. Walaupun pengaruh globalisasi “mendera” dan “melarutkan” apa saja yang ada dimuka bumi ini, tentu tidak boleh melarutkan dan menyapu semangat nasionalisme bangsa Indonesia.
Dalam hal ini, dapat kita simpulkan sementara bahwa globalisasi berarti proses menyatunya Negara dan masyarakat dunia, karena sekat-sekat teritorial dan geografis antar Negara dan masyarakat dunia diobrak abrik oleh kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi politik perdagangan bebas serta jasa transportasi dan sarana yang semakin cangih. Globalisasi juga mendapat sebuah pengertian sebagai intensifikasi dan penyebaran tata nilai serta gaya hidup sosial dan budaya masyarakat maju yang terus menerobos sekat-sekat geografis ruang dan waktu pada berbagai pelosok dunia.
   Ditegaskan lagi oleh Ola Rongan Wilhelmus, M.Sc bahwa, globaliasi tidak hanya terjadi secara alami, tetapi lebih merupakan sebuah hasil yang direkayasa oleh Negara-negara maju, seperti Amerika Utara dan Eropa barat, dalam bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi.
Ciri-ciri yang menandakan semakin berkembangya globalisasi di dunia: 1). Adanya sikap saling ketergantungan antara satu negara dengan negara lain terutama di bidang ekonomi. 2). Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup. 3). Berkembangnya barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya. 4). Peningkatan interaksi kultural (kebudayaan) melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, berita, dan olahraga internasional). 5). Saat ini, kita mendapatkan gagasan dan pengalaman baru mengenai halhal tentang beranekaragamnya budaya, misalnya dalam hal pakaian dan makanan.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Berikut pengaruh positif dari perkembangan era globalisasi, Kemajuan di bidang komunikasi dan transportasi, meningkatnya perekonomian masyarakat dalam suatu Negara, meluasnya pasar untuk produk dalam negeri, dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik, menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi. Sedangakan pengaruh negatifnya adalah gaya hidup bebas, narkoba, dan kekerasan menjadi mudah masuk dalam kehidupan masyarakat Indonesia.  masyarakat cenderung mementingkan diri sendiri, dan Karena banyaknya barang yang dijual, maka masyarakat menjadi konsumtif.
Yang harus kita sadari adalah bahwa kita sebagai orang Kristiani tidak bisa lepas dari kehidupan dalam dunia globalisasi, kita saat ini berada di dalam perkembangan tersebut. Dalam hal ini, yang harus kita lakukan adalah;

1.4  Orang Kristiani Merespon Tentangan Globalisasi.
Globalisasi mambawa tantangan besar dan tersendiri bagi Umat Kristiani dewasa ini. Dalam menghadapi tantangan global ini, hendaklah orang Kristiani harus semakin arif, dewasa dan bijaksana dalam menghadapinya. Bagi seorang pewarta Injil Kerajaan Allah (para Clerus, Biarawan-biarawati, katekis, petugas pastoral, guru agama dan orang Kristiani), perkembangan dan kemajuan yang semacam ini semakin membuat orang beriman kepada Allah untuk selalu bersandar pada Allah, dan memohon kepada Allah supaya menurunkan Roh Kudus selalu menyertainya dalam segala tugas dan pewartaannya.
Dengan tindakan yang arif dan dewasa, dan dengan pikiran dan sikap yang bijaksana para pewarta sabda Allah mampu memfaatkan media-media yang menjadi prodak dalam menyampaikan sabda Allah. Seorang jurnalis Andi F Noya mengatakan pada masa sekarang, media masa (audiovisual) menjadi hal yang menarik dan menjadi konsumsi oleh semua orang dari segala usia. Menurutnya juga, media massa seperti televis memberikan efek psikologis yang luar biasa bagi orang yang sedang menyaksikan betapa ganasnya bencana tsunami dalam melandan Kota Aceh. Melalui tayangan tersebut, banyak orang yang menjadi sukarelawan atau memberikan bantuan, sumbangan kepada masyarakat di Aceh, jika orang hanya mendengar berita dari mulut ke mulut menurutnya orang memiliki keperihatianan, akan tetapi tidak respon orang tidak seperti pada waktu ia mendengarkan dan melihat sendiri, terutama melihat jenazah-jenazah yang terapung di air. Hal yang demikianlah yang menunjukkan bahwa media massa memiliki efek yang luar biasa bagi psikologis seseorang.
Orang Kristiani harus merespon perkembangan dalam dunia globalisasi bukanlah sebuah tindakan yang melawan atau mempertentangkan kemajuan zaman, akan tetapi yang dimaksudkan dengan merespon adalah secara sadar, dewasa, dan bijaksana hendaklah orang Kristiani harus memanfaatkan perkembangan tersebut sebagai media baginya untuk menyampaikan kasih karunia Allah yang telah ia rasakan, hayati dan hidupi dalam kehidupannya kepada sesamanya.
Menyikapi dengan sikap dewasa artinya dalam mengunakan media massa yang di dipromosikan oleh era globalisasi orang Kristiani diminta untuk selalu selektif, dan mengarahkan prodak-prodak media massa tersebut untuk menyuarakan atau mendatangakan keadilan, kesejahteraan dan kedamaian bagi sesama. Menyikapinya dengan sikap yang bijaksana, contohnya adalah jika membeli HP, beliah sesuai dengan kebutuhan, jangan berlebihan, dan mengunakannya sebagai alat yang mempermudah komunikasi. Serta tidak demi kepentingan dan tujuan yang lain. Jika memiliki akun Facebook atau twitter, tujuannya bukan menceri sebanyak-banyaknya teman atau kenalan, akan tetapi yang menjadi tujuan yang utama adalah membangun persaudaraan sejati, karena kualitas dari persaudaraan sejati bukan terletak pada banyaknya teman, akan tetapi sajauhmana kehadiran kita yang berteman dengannya menjadi penyejuk dikala hati sedang tidak tenang, menjadi pendamai dalam pertengkaran, membawa kebahagiaan di dalam ketidaktenteraman hidup. Itulah yang menjadi tujuan utama. Dengan demikan, kita tidak menjadi korban era globalisasi, akan tetapi bagaimana kita dapat mewartakan keutamaan-keutamaan kardinal dan Teologal di dalam kemajuan era globalisasi tersebut.
Dengan gagasan ini, media massa menjadi hal yang amat relevan atau kontekstual dalam mewartakan Injil Kerajaan Allah pada zaman ini.

1.5  Mewartakaan Melewati Media Masa
Dalam bukunya yang berjudul “Merasul Lewat Internet”, yang ditebitkan oleh penerbit-percetakan Kanisius Yogyakarta tahun 2009, Reynaldo Fulgentio T, SX diceritan tentang sebuah anekdot. Begini anekdotnya;
  Seorang Superior, suatu kali dalam sebuah visitasi pribadi, memanggil konfreternya untuk sebuah penugasan baru setelah cukup lama bekerja di kota.
“Romo……, Romo akan mendapat penugasan baru. Apakah Romo bahagia dan siap dipindahkand ari kota ini”
“Saya siap diutus kemana saja, yang penting…….,” jawaban konfrater tadi terputus sambil memandang langit-langit.
“Yang penting apa Romo?” Tanya superior ingin tahu.
“Yang penting ada sinyal…….” (supaya bisa SMS dan chatting).
Adapun maksudnya seperti yang dikatakan oleh Reynaldo Fulgentio T, SX adalah dengan membaca tulisan ini, kita tidak lagi berpikir seperti anekdot tadi, tetapi dengan yakin kita berkata “saya siap diutus ke mana saja yang penting bisa biat sinyal”. Harapannya adalah supaya dalam keadaan dan situasi apapun kita harus bisa menjadi sakramen bagi sesama kita, terutama dalam maraknya perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi dewasa ini (Dikutip dari buku Reynaldo Fulgentio T, SX. 2009; 17).
Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat merasul, mewartakan atau berevangelisasi dengan melalui media massa. Inilah yang menjadi hal yang pokok dalam karya ilmiah ini. Namun sebelum membahas lebih dalam lagi, haruslah dikatehui apa itu media massa, jenis-jenis media massa, apa pandangan Gereja terhadap media massa, dan apa kelebihan jika mewartakan melalu media masa.

1.5.1       1.5.1  Pengertia Macam-Macam Media Massa
Media massa merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Selain itu juga, media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi (Rakhmat, 2001).
Menurut DeWitt C. Reddick, (1976) fungsi utama media massa adalah untuk mengkomunikasikan kesemua manusia lainnya mengenai perilaku, perasaan, dan pemikiran mereka; Dan dalam mewujudkan hal itu, pers tidak akan lepas dengan responsibilitas dari kebenaran informasi (Responsibility), kebebasan insan pers dalam penyajian berita (Freedom of the pers), kebebasan pers dari tekanan-tekanan pihak lainnya (Idependence), kelayakan berita terkait dengan kebenaran dan keakuratannya (Sincerity, Truthfulness, Accuracy), aturan main yang disepakati bersama (Fair Play), dan penuh pertimbangan (Decency). Jadi intinya kebebasan pers sekarang ini dapat dilaksanakan dengan baik, jika kebebasan pers itu diimbangi dengan tanggung jawab dan kode etik sebagai landasan profesi, untuk menghindari ada pemberitaan yang menjurus anarkis.
Effendy (2000), media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunkan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif yang dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikasi.
Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007).
Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa yaitu tidak ditujukan pada kontak perseorangan, mudah didapatkan, isi merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. Peran utama yang diharapkan dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai pengetahuan pertama. Media massa merupakan jenis sumber informasi yang disenangi oleh petani pada tahap kesadaran dan minat dalam proses adopsi inovasi (Fauziahardiyani, 2009)
Dibawah ini adalah Jenis-jenis media massa diantaranya adalah;
1.      Media Massa Cetak (Printed Media). Media massa dicetak dalam lembaran kertas. Isi media massa umumnya terbagi tiga bagian atau tiga jenis tulisan: berita, opini, dan feature.
2.      Media Massa Elektronik (Electronic Media). Jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film.
3.      Media Online (Online Media, Cybermedia), yakni media massa yang dapat kita temukan di internet (situs web)
Seiring dengan permebangan ilmu pengatahuan dan teknologi dalam era globalisasi, perkembangan media massa menjadi semakin hari semakin meningkat. Hal ini haruslah menjadi sebuah kegembiraan bagi para pewarta pada zaman ini, karena dengan sikap arif, dewasa dan bijaksana ia mendapat kemudahan dalam mewartakan Injil Kerajaan Allah.

1.5.2        1.5.2 Pandangan Bapa-Bapa Gereja Tentang Media Massa.
Oleh karena itu Gereja Katolik mempunyai perhatian besar terhadap media komunikasi sosial. Berikut ini adalah beberapa kutipan pengajaran Magisterium tentang hal komunikasi tersebut:
a.      Paus Pius XII: Pada tahun 1957 menekankan pentingnya media-baik radio, televisi, film-untuk dapat digunakan dalam mengekspresikan kebenaran (bdk. Miranda Prorsus).
b.      Paus Paulus VI: di tahun 1971 mengatakan bahwa Gereja melihat media sebagai karunia Tuhan, yang dapat dipergunakan manusia sebagai alat untuk persatuan di dalam persaudaraan dan juga sebagai alat agar manusia dapat menanggapi warta keselamatan. Media modern dapat menawarkan cara-cara baru untuk menghadapkan manusia dengan pesan Injil. Selanjutnya, ia mengatakan, “Gereja akan merasa bersalah di hadapan Kristus bila gagal menggunakan media untuk evangelisasi” (bdk. CP 2&128, EN 45).
c.       Konsili Vatikan II: Dalam Dekrit Konsili tentang Media Komunikasi Sosial, ditegaskan bahwa media sosial dapat memberikan kontribusi kepada umat manusia dan Gereja dapat menggunakannya untuk menyebarkan Injil Kerajaan Allah (bdk. Inter Mirifica, art 2).
d.      Paus Yohanes Paulus II: “Gereja belumlah cukup untuk menggunakan media sekedar untuk menyebarkan pesan Injil dan ajaran otentik Gereja. Namun juga perlu mengintegrasikan pesan Injil ke dalam kebudayaan baru yang diciptakan oleh komunikasi modern” (bdk. RM, 37). “(Meskipun dunia komunikasi sosial) sering nampak tidak cocok dengan pesan Kristiani, ia menawarkan kesempatan- kesempatan yang unik untuk mewartakan kebenaran yang menyelamatkan dari Kristus kepada seluruh keluarga besar umat manusia. Pertimbangkanlah …. kemampuan-kemampuan positif dari internet untuk menyampaikan informasi dan ajaran religius yang melampaui segala batas dan penghalang. Luasnya para pendengar akan menjadi sesuatu yang melampaui batas imajinasi mereka yang mewartakan Injil jauh sebelum kita …. Umat Katolik tidak perlu takut untuk membuka lebar- lebar pintu komunikasi sosial kepada Kristus, sehingga Kabar Gembira-Nya dapat terdengar dari atap- atap rumah di dunia” (bdk. Paus Yohanes Paulus II, Pesan di Hari Komunikasi Sedunia ke-35, 27 Mei, 2001).
e.       Paus Benediktus XVI: menyerukan agar umat Katolik secara khusus kaum muda, untuk menggunakan media digital dalam memberitakan kabar gembira, yaitu: Tuhan yang telah menjadi manusia, yang menderita, wafat, dan bangkit untuk menyelamatkan kita manusia (bdk. Paus Benediktus XVI, Pesan di Hari Komunikasi Sedunia (HKS) ke-43, 24 Mei 2009).  Paus juga meminta agar para pastor mempergunakan media ini untuk melayani dunia, untuk memperkenalkan Gereja dan membawa wajah Kristus kepada dunia modern ini (bdk. Paus Benediktus XVI, Pesan di HKS ke-44,16 Mei 2010). Kemudian di tahun berikutnya, Paus kembali menyerukan agar kita sebagai umat Kristen menyerukan kebenaran di dalam dunia digital, bukan berdasarkan sensasi atau mencari popularitas, namun memberitakan Kristus sesuai dengan dinamika kehidupan saat ini, sehingga mereka sendiri dapat berhadapan dengan kebenaran, yang adalah Kristus sendiri (bdk. Paus Benediktus XVI, Pesan di HKS ke-45, 2011).

1.5.3        1.5.3 Kelebihan pewartaan dalam Mengunakan Media Massa
Singkatnya, media massa sebagai sebuah peluang dalam membangun komunikasi dan mewartakan Injil Kerajaan Allah dalam situasi zaman ini. Salah satunya adalah internet. Di bawah ini ada beberapa khasan media internet, diantaranya;
a.       Informasi dapat disampaikan dengan langsung, segera, bersifat interaktif dan mengundang partisipasi pembaca.
b.      Informasi interaktif dua arah ini mengakibatkan hal positif seperti menjadikan komunikasi tidak kaku dan bersifat top-down, tetapi menjadi lebih hidup karena dapat terjadi dialog.
c.       Karena terbuka untuk umum, maka pendidikan/pengajaran yang disampaikan melalui internet berpotensi untuk membentuk penilaian banyak orang tentang ukuran moral yang benar dan membentuk hati nurani yang benar.
Media ini menjadi sangat relevan, kontekstual dan diminati oleh semua orang. Salah satu akun yang menjadi kunjungan yang laris pada masa sekarang adalah akun blog, facebook, dan twitter. Akun-akun ini, pada masa sekarang banyak sekali menyita waktu orang. Ketika orang tidak lagi bisa mengfungsikannya dengan baik, maka tidak jarang juga akun-akun ini membuat orang jatuh dalam tindakan yang salah. Di dunia maya ini juga tidak hanya hal-hal yang baik yang ditonjolkan, banyak juga hal-hal yang dapat jatuh dalam tindakan yang kriminal. Dengan berdasarkan realita inilah Reynaldo Fulgentio T, SX dalam bukunya mengajak para kaum religius untuk merasul lewat internet, karena ini barang baru. Menurutnya, media internet akan membawa seorang religius kepada pengenanal akan diri, orang lain, masyarakat, pengalaman akan dunia dan kehidupan.
Pengaruh internet bagi seorang pewarta Injil Kerajaan Allah adalah memberikan sebuah kemudahan dalam melayani. Sebagai contoh, akun facebook. seorang religius bisa membimbing orang yang membutuhakan motivasi, inspirasi darinya dengan tidak langsung datang menemuinya, akan tetapi dengan pertemanan dan percakapan lewat akun facebook akan sangat membantu. Dalam situasi dan kemudahan seperti ini, yang debutuhkan adalah lagi-lagi soal kearifan, kedewasaan dan kebijaksanaan dalam mengunakannya, karena jika hal tersebut tidak digunakan dengan sikap arif, bijaksana dan dewasa akan membawa seorang pewarta sabda Allah terjerumus kedalam tindakan yang tidak mencerminkan cirinya sebagai citra Allah yang sempurna.
Media massa bagi hidup seorang pewarta Injil Kerajaan Allah adalah sahabat. Dengan memandangnya sebagi sahabat, maka seorang pewarta Injil Kerajaan Allah selalu bisa dan dapat mengunakannya sebagai media untuk mewartakan cinta kasih Allah di dalam dunia ini.

1.6  Menciptakan Evangelisasi yang Kontekstual.
Pada masa sekarang, tidak jarang dan bukan sesuatu yang aneh, langka atau gengsian bagi bagi seseorang pewarta sabda (evangelisasi) dalam memberanikan diri untuk menguasiai media-media massa tersebut. Media massa yang menjadi prodak era globalisasi adalah dunia baru dan masa depan yang harus digarami dan diterangi dengan kebaikan, keutamaan-keutamaan dan Injil Kerajaan Allah. Di berbagai Paroki, terutama menurut kesaksian dari Romo Antonius Adji Prabowo, Pr yang telah saya wawancara, Paroki-Paroki yang di Keuskupan Agung Jakarta sudah mengembangkan atau mengfungsikan media cetak, elektronik dan Online sebagai sarana pewartaan (evangelisasi). Di sini juga, saya yakin bahwa Keuskupan-Keuskupan dan Paroki-Paroki yang lainya juga sudah mengfungsikan media tersebut sebagai media mewartakan. Salah satu Paroki yang berada di daerah perbatasan, yang terletak di keuskupan Sintang, Paroki St. Montfort Badau sudah memiliki akun Facebook.
Menurut hemat saya, ada beberapa media yang juga harus dikembangakan di Paroki-Paroki diantarannya media cetak, media elektronik, dan media Online.
  
1.6.1        1.6.1 Media Massa Cetak.
Media ini dapat dikembangakan dengan baik dan menurut saya sangat efektif. Salah satunya yang harus dikembangan adalah membuat majalah yang isinya seputar lingkup Paroki-Paroki atau Keuskupan-Keuskupan. Dalam media ini juga dapat diisi dengan berbagai macam-macam hal. Alangkah lebih efektifnya jika media ini diisi dengan serangakaian kegiatan, berita yang ada di Paroki dan Keuskupan tersebut, renungan, motivasi, inspirasi dan banyak hal. Hendahlah ada yang mengkoordinatur, supaya dapat berjalan dengan lancar dari bulan ke bulan. Bisa juga diisi dengan tajuk dan rencana sebuah Paroki Dan Keuskupan kedepannya dalam meningkatakan kehidupan beriman dan sosial umat.
Media cetak ini juga membantu umat untuk mempertajam opininya dengan tulisan-tulisan yang dibaca dan dibuat. Umat semakin menjadi kreatif, dan sebagai media untuk berbagi pendapat, dan refleksi iman mereka akan kasih Allah yang mereka rasakan.

1.6.2        1.6.2 Media Massa Elektronik (Electronic Media).
Beberapa bulan ini, saya sering sekali mendapat SMS dari beberapa teman-teman saya, dan saya juga mendapatkan SMS dari dosen saya yang bernama Aloysius Suhardi, S.Pd. SMS yang amat berbeda, karena isinya merupakan hasil permenungan dan refleksi mereka terhadap bacaan liturgi pada hari itu. Sering kali SMS yang dikirimkan kepada saya sekitar jam 4 subuh, awalnya saya menggira bahwa teman saya ini menghabiskan bonus pulza SMSnya, tetapi ketika saya tanya, ternyata jawaban mereka lain dari apa yang saya pikirkan. Hal yang demikianlah mengugah hati saya untuk melakukan hal yang sama.
Saya yakin, ini bukanlah ajang untuk menonjolkan bahwa kita memiliki pulza yang banyak, akan tetapi ini merupakan salah satu bentuk kedewasaan, kearifan dan bijaksanaan yang dianugerhkan Tuhan kepada umat-Nya. Tidakan yang semacam ini amat perlu untuk dikembangakan di Paroki-Paroki. Salah satu Paroki yang saya kenal, yang berada di Keuskukapan Surabaya, yakni Paroki St. Cornelisu Madiun. Paroki ini memiliki komunitas tersendiri. Sampai sekarang ada banyak orang, yang terlibat didalamnya. Hal yang demikianlah yang harus dikembangkan.
Bagaiman mewartakan melalui media massa elektronik yang lainnya, seperti televisi. Bagi seorang pewarta sabda, televisi adalah media yang memiliki efek yang luar biasa. Ambil saja contoh, ketika seorang katekis memberikan suatu pembinaan bagi orang muda katolik (OMK) yang temanya “Bersyukur atau mnembangun persaudaraan sejati”. Ada beberapa tayangan yang bisa digunakan sebagai media pengantar atau sebagai media penjelasan, atau media peneguhan terhadap materi tersebut.
Menurut saya, berdasarkan beberapa kali memberikan pembinaan, rekoleksi, motivasi kepada orang muda, pelajar yang saya damping, keseluruhan proses kegiatan dapat diikuti oleh peserta dengan baik dan tekun. Dalam hal ini, tugas seorang pemateri hanya membawa peserta dalam sebuah penyadaran saja akan situasi yang konkrit terjadi pada saat ini.
Begitu juga dengan materi yang akan disajikan harus dimuat dalam bentuk power poin, dan disertai dengan gambar-gambar yang masih memiliki hubunganya dengan materi yang disampaikan. Dalam keseluruhan proses pembinaan, hendaklah media yang kita gunakan mengarahkan kepada peserta untuk semakin menghayati kasih Allah yang begitu besar dalam hidup mereka.
      
1.6.3        1.6.3 Media Online (Online Media, Cybermedia).
Banyak juga terdapat beberapa Paroki atau Keuskupan yang sudah memiliki blog, facebook, twitter, dan renungan harian yang disebarkan dengan melalui SMS. Ini bukanlah sesuatu yang harus Paroki takuti, akan tetapi hendaklah paroki atau keuskupan menjadikannya sarana pengembalaan iman umat. Selain mengunakan media massa cetak, informasi tentang berbagai kehidupan menggereja dapat ditampilakan didalamnya. Supaya media ini dapat menjadi hal yang relevan dengan kebutuhan umat, hendaklah ada kotak sarannya. Adapun tujuannya adalah supaya media ini benar-benar dari umat, untuk umat dan oleh umat.
Tidak aneh lagi bagi seorang Clerus, biarawan-biarawati, katekis dan petugas pastoral untuk membuat atau memiliki akun tersebut yang ada dalam internet, karena ini akan mempermudah bagi mereka untuk membangun hubungan dan komunikasi dengan umat, dan siapa saja.

1.7   Kesimpulan
Akhirnya, perkembangan dan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia era globalisasi tidak selalu membawa dampak yang negatif saja. Di  lain sisi, perkembangan ini membawa kemudahan bagi para pewarta sabda zaman ini untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah.
Dari pemaparan yang ada di atas, kita dapat melihat dan mengalami bahwa situasi dan kondisi dunia pada masa sekarang penuh dengan arus informasi dan teknologi untuk membangun komunikasi, yang dibutuhankan disini adalah sikap arif, dewasa dan bijaksana.
Dengan kondisi yang semacam ini, bukan beararti Gereja harus berhenti atau menunda untuk mewartakan Injil Allah. Justru dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemamjuan dibidang teknologi ini, Gereja mempunyai tugas untuk menggunakan kesempatan ini sebagai sarana mewartakan Injil Kerajaan Allah.
Gereja tidak bisa memisahkan diri dari era globalisasi tersebut, akan tetapi Gereja dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia, dengan demikian dinamika Gereja ada di dunia era tersebut. Tentu cara dan bentuk Gereja pada masa sekarang sudah mengalami perubahan. Akan tetapi, hendaklah semangat para Rasul terdahulu harus menjadi motivasi dan inspirasi bagi Gereja dewasa ini dalam mewartakan kasih Allah kepada semua orang.
Jika media massa menjadi prodak era globalisasi yang menjamur dalam kehidupan masyarakat, umat beriman maka dengan sikap arif, dewasa dan bijaksana pula Gereja mengunakannya untuk menyampaikan Firman Allah, tujuannya adalah supaya dalam segala hal umat Allah selalu saja tertuju atau terpusat pada Allah. Kasih dan kesetiaan Allah itulah yang menjadi keharusan bagi Gereja untuk menyampaikannya kepada jemaat Beriman Kristiani.
Pada intinya tugas kita sebagai seorang pewarta sabda adalah mewartakan kasih Allah yang begitu besar pada kita. Gunakanlah media massa sebagai sarana untuk kita memuliakan nama Agung Tuhan di dalam era globalisasi.



DAFTAR PUSTAKA


_____. 1975. Evangelii Nuntiandi (Mewartakan Injil). KWI

AL. Bagus Irawan (Ed). 2011. Gereja Misioner Diterangi Sabda Allah. Yogyakarta: Kanisius

Cahyadi, Kristpurwana. T. 2007. Paus Yohens Paulus II “Gereja, Teologi Dan Kehidupan”. Jakarta: OBOR

Hardawiryana, R. 2008. Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: OBOR.

Jamli, Edison dkk. 2005. Kewarganegaraan.Jakarta: Bumi Akasara

Kewuel, Hipolitus. K & Gabriel Sunyoto (Ed). 2010. 12 Pintu Evangelisasi: Menebar Garam di Atas Pelangi. Madiun: STKIP Widyan Yuwana (WINA PRESS)

Tardell, Fulgentio. Reynaldo. 2009. Merasul Lewat Internet. Yogyakarta: Kanisius

Wegig, R Wahana. 2001. Pewartaan Iman Kontekstual. Yogyakarta: Kanisius

Wilhelmus, Ola Rongan & Hipolitus. K Kewuel. 2011. Keluarga Kristiani Dalam Badai Globalisasi. Madiun: STKIP Widyan Yuwana (WINA PRESS)

Paus Benediktus XVI, Pesan di Hari Komunikasi Sedunia (HKS) ke-43, 24 Mei 2009

Paus Benediktus XVI, Pesan di HKS ke-44,16 Mei 2010

Paus Benediktus XVI, Pesan di HKS ke-45, 2011

Paus Yohanes Paulus II, Pesan di Hari Komunikasi Sedunia ke-35, 27 Mei, 2001

Setyawan,  Susilo Adi. 2010. Peran Media Massa Dalam Usaha Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2012. Dari http://danangprianggoro.student.umm.ac.id/2010/07/28/jenis-jenis-media-massa/ 




IDENTITAS PENULIS

1.      Nama                  : Silvester Nyawai.
2.      Asal                     : Janting, Kec. Badau. Kab. Kapuas Hulu. KALBAR
3.      Status Sekarang   : Mahasiswa STKIP Widya Yuwana Madiun.
4.      No HP                 : 081234137462
5.      Alam Email          : snywai@yahoo.co.id
6.      Alamt Kampus   :
Jln. Soegijopranoto (d/h.Jln. Mayjend. Panjaitan), Tromol Pos 13. Madiun 63102.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar