Kamis, 16 Agustus 2012

PERAN ROH KUDUS DI DALAM DOA MENURUT CALVIN


PERAN ROH KUDUS DI DALAM DOA MENURUT CALVIN





By: Silvester Nyawai 
 
Sekilas tentang Calvin. Seorang teolog dari Princeton Theological Seminary yang bernama B. B. Warfield (1851-1921), pernah menjuluki Calvin (1509-1564) sebagai “teolog Roh Kudus.” Ia mengatakan bahwa doktrin tentang karya Roh Kudus merupakan hadiah dari Calvin kepada Gereja. Mengapa demikian? Karena Calvin adalah orang pertama yang mengaitkan seluruh pengalaman keselamatan orang-orang percaya dengan karya Roh Kudus, dan mengajarkannya secara detail. Ia juga memikirkan tahapan-tahapan karya Roh Kudus dalam menyelamatkan manusia.
Namun uniknya, hingga saat ini sangat jarang cendekiawan Calvinisme menulis tentang doktrin Roh Kudus menurut Calvin. I. John Hesselink mengatakan: “Hence it is a conundrum that so little has been written concerning Calvin’s doctrine of the Holy Spirit, especially in the English-speaking world where there has been so much Calvin research over the last forty years.” Mungkin disebabkan ada 2 hal yang melatar belakanginya, Pertama, Calvin sendiri hanya menulis satu bab yang pendek mengenai Roh Kudus di dalam Institutes-nya (III.1); dan kedua, karena ia mengaitkan hampir semua doktrin yang ia bahas dengan Roh Kudus. Karena itu, untuk membahas doktrin Roh Kudus menurut Calvin, kita perlu membahas seluruh teologinya. Ini bukan sesuatu yang mudah untuk dikerjakan sehingga tidak heran hanya sedikit pakar yang mampu melakukannya. Artikel ini tidak dimaksudkan untuk memenuhi kekosongan di atas, namun hanya ingin memperkenalkan sebagian kecil dari ajaran Calvin mengenai Roh Kudus, yaitu peranan Roh Kudus di dalam doa.
Menurut Calvin, peran Roh Kudus dalam doa ada 2, diantaranya Roh Kudus sebagai Inisiator Pendoa dan Roh Kudus Sebagai Penolong dalam Doa.
Peran Roh Kudus sebagai Inisiotor. Bagi Calvin, orang-orang tidak percaya dan tidak beriman mungkin saja berdoa memohon pertolongan dan pembebasan. Tetapi doa-doa mereka merupakan penghujatan kepada Allah. Ia mengatakan: “The unbelieving do indeed blab out their prayers, but they only trifle with God; for there is in them nothing sincere, or serious, or rightly formed.” Harus diakui bahwa kadangkala doa-doa mereka dijawab oleh Allah meskipun doa-doa tersebut tidak keluar dari iman kepada Allah yang benar. Namun baginya hal ini merupakan kasus khusus dan tidak dapat dijadikan hukum universal. Menurutnya, Allah mau menjawab doa-doa tersebut karena Ia berbelas kasihan kepada mereka sebagai orang-orang berdosa. Lagi pula, ada perbedaan antara orang-orang yang tidak beriman tersebut dan orang-orang percaya yang dibimbing oleh iman dan pengertiannya akan kebaikan Allah. Menurut Calvin, doa yang benar adalah doa yang lahir dari iman kepada Allah yang benar. Doa yang benar dan sejati bukan hanya sekadar mengangkat suara tetapi merupakan suatu permohonan yang keluar dari prinsip iman yang benar. Berdoa dengan benar lahir dari iman dan iman yang benar lahir dari firman Tuhan. Ia berpendapat, “faith grounded upon the Word is the mother of right prayer; . . . prayer rightly begun springs from faith, and faith, from hearing God’s Word (Rom 10:14, 17)”. Dengan demikian, hanya orang-orang percayalah yang dapat berdoa kepada Allah dan menerima berkat dari Allah, seperti yang ia nyatakan: For, deducing step by step the beginning of prayer from faith, he plainly asserts that God cannot be sincerely called upon by others than those to whom, through the preaching of the gospel, his kindness and gentle dealing have become known indeed, have been intimately revealed.
Di sinilah peran Roh Kudus diperlukan. Manusia tidak mampu menciptakan iman untuk dirinya sendiri. Roh Kudus yang menciptakan iman di dalam kehidupan orang percaya tersebut. Jadi, Roh Kuduslah yang memungkinkan manusia untuk berdoa kepada Allah. Jika kita bandingkan dengan karya Kristus di dalam doa maka dapat dikatakan bahwa Kristus, dengan karya penebusan-Nya, membuka jalan untuk kitaberdoa sedangkan Roh Kudus memampukan kita berjalan di jalan doa tersebut. Niesel mengemukakan demikian, Christ furnishes the objectives possibility of prayer, faith the subjective. Strictly speaking we should say the Holy Spirit rather than faith. Hence when Calvin comes to indicate the subjective presuppositions of prayer he emphasizes at times the work of the Holy Spirit instead of the power of faith.
Selain menciptakan iman di dalam diri orang percaya, Roh Kudus, yang adalah Roh Adopsi, bersaksi kepada orang percaya bahwa mereka adalah anak-anak Allah. Kesaksian Roh Kudus ini penting karena bagi Calvin, orang percaya tidak mungkin bisa berdoa dengan benar jika di dalam hati dan pikiran mereka tidak diyakinkan bahwa mereka adalah anak-anak Allah. “We do not rightly pray to God, unless we are surely persuaded in our hearts, that he is our Father,” dan lagi, “except the Spirit testifies to our heart respecting the paternal love of God, our tongues would be dumb, so that they could utter no prayer”.
Orang percaya sendiri tidak dapat menghasilkan keyakinan tersebut karena selalu terjadi kegelisahan dan ketidakpastian di dalam pikiran mereka. Roh Kuduslah yang memberikan jaminan ke dalam roh dan pikiran orang-orang percaya tersebut bahwa mereka telah menjadi anak-anak Allah. Tanpa kesaksian Roh Kudus orang-orang percaya tidak memiliki keyakinan tersebut. Ketika Roh Kudus bersaksi kepada kita bahwa kita adalah anak-anak Allah, pada saat yang bersamaan Ia memberikan kepada kita suatu keberanian untuk memanggil Allah, Bapa kita. Oleh karena itu, kita berdoa kepada Allah, Bapa kita, dengan berani dan dapat berdoa dengan benar.      
Roh Kudus Sebagai Penolong dalam Doa. Menurut Calvin, sebagai orang percaya kita adalah manusia yang lemah. Ada banyak kejahatan di luar kita yang dapat mengancam kita. Di samping itu, kita juga memiliki banyak beban penderitaan. Semua ini memang dapat menghalangi kita berdoa dengan sempurna dan baik. Pikiran kita dapat tertutup oleh kegelapan sehingga tidak dapat meminta apa yang bijaksana dan pantas kepada Allah. Pikiran-pikiran kita dibingungkan dan diganggu oleh kesulitan-kesulitan kita bahkan oleh kejahatan-kejahatan kita sendiri. Calvin mengatakan: “We are blind in our addresses to God; for though we feel our evils, yet our mind are more disturbed and confused than that they can rightly choose what is meet and expedient . . our thoughts nevertheless continue oppressed with darkness.”
Bukan hanya pikiran, tetapi keinginan hati atau emosi kita juga dapat salah dan tidak mengikuti perintah-perintah Tuhan. Sehingga, apabila kita berdoa dengan mengikuti keinginan hati kita semata-mata, maka kita tidak dapat berdoa dengan benar. Jika kita menjadikan keinginan hati membimbing doa-doa kita maka kita menjadikan Allah sebagai alat kejahatan kita daripada menjadikan Dia sebagai hakim. Allah mengutus Roh Kudus untuk menolong kita berdoa dengan benar dan mengangkat beban-beban kita. Ia adalah Rekan di dalam menanggung beban-beban kita. Ia juga menolong kita dengan cara memberi tahu apa yang benar dan mengontrol emosi kita.
Setidaktidaknya, di sini ada tiga peran Roh Kudus di dalam doa. Pertama, Roh Kudus mengajar pikiran kita apa yang seharusnya kita minta di dalam doa. Di sini peranan Roh Kudus dibandingkan dengan peranan-Nya di dalam memberikan pencerahan kepada kita untuk  memahami Alkitab. Roh Kudus memberi kita pengertian tentang apa yang seharusnya boleh dan layak kita doakan, serta bagaimana seharusnya kita berdoa. Karena itu, kita seharusnya tidak terburu-buru membuka mulut untuk berdoa sampai Roh Kudus mengajar kita bagaimana berdoa. Calvin mengatakan, “We cannot even open our mouths before God without danger unless the Spirit instructs us in the right pattern for prayer”. Karena itu, berdoa dengan benar adalah karunia Roh Kudus.
Kedua, Roh Kudus menggerakkan hati kita untuk berdoa. Roh Kudus bukan hanya memberikan pengertian yang benar kepada kita tetapi Ia juga mendorong hati kita untuk mau berdoa. Calvin mengatakan: “he stirs up in our hearts those desires which we ougth to entertain”. Keinginan mula-mula untuk berdoa pun berasal dari Roh Kudus; doa sebenarnya merupakan buah sulung Roh Kudus di dalam diri kita. Bahkan ketika kita berdoa meminta agar Roh Kudus datang memenuhi kita, inipun terjadi karena kita telah memiliki Roh Kudus. Karena itu Calvin mengatakan: “to beg at God’s hands that he will increase in us his Holy Spirit: increase, (I say), because before we can conceive any prayer we must need have the first-fruits of the Spirit.” Di sini kita melihat bahwa Roh Kudus membimbing hati dan pikiran kita agar dapat berdoa dengan benar. Roh Kudus inilah yang kemudian menimbulkan di dalam diri kita keyakinan, keinginan, dan keluh kesah kepada Allah. Keluhan-keluhan yang diucapkan di bawah pimpinan Roh Kudus inilah yang disebut keluhan yang tak terucapkan (Rm. 8:26).
Di samping kedua peran tersebut, ada peran yang ketiga, yaitu Ia mengilhami doa-doa kita dengan kesungguhan dan ketekunan. Kesungguhan dan ketekunan untuk berdoa merupakan ciri-ciri dari doadoa Kristen. Roh Kuduslah yang mempengaruhi hati kita dengan kesungguhan dan ketekunan sehingga doa-doa kita sampai ke surga. Bagi Calvin doa-doa yang digerakkan oleh Roh Kudus akan didengar oleh Allah karena Allah mengenali keinginan-keinginan kita di dalam doa sebagai keinginan yang berasal dari Roh-Nya sendiri. Roh Kudus akan membimbing pendoa-pendoa tersebut agar berdoa sesuai dengan kehendak Allah. Doa seperti ini akan didengar Allah dan tidak akan dikecewakan oleh Allah. Kendati demikian, bukan berarti kita hanya menunggu gerakan dan dorongan Roh Kudus untuk berdoa, sehingga tidak diperlukan usaha dan upaya manusia lalu kita dapat bermalas-malasan berdoa. Bagi Calvin justru seharusnya kita berdoa memohon agar Roh Kudus menolong kita berdoa. Dorongan Roh Kudus tidak meniadakan upaya manusia karena di dalam hal ini iman kita teruji, apakah iman kita sungguh-sungguh dapat menggerakan hati kita


Tidak ada komentar:

Posting Komentar