UPAYA MEMBANGUN KELUARGA KATOLIK
YANG BAHAGIA DI DALAM KEMISKINAN
Mengawali pernyataan ini, pertanyaan besar bagi kita untuk direnungkan, apakah kemiskinan itu selalu diidentikan dengan ketidak bahagiaan di dalam keluarga? Kalau ia, kriteria-kriteria keluarga bahagia itu seperti apa? Haruskah semuannya itu terpenuhi di dalam keluarga?. Pernyataan yang mendasar yang dapat diartikan mengenai kemiskinan ialah, Kemiskinan itu terjadi dikarenakan ketidak mampuan sekelompok orang atau individu yang bersangkutan dalam melaksanakan aktivitasnya, tindakan sebagai manusia yang normal seperti biasanya.
Dewasa ini sering kali terdengar diberbagai media masa, seperti TV, koran-koran dan majalah, yang banyak sekali mengupas tentang keluarga dan dinamikanya. Kasus kemiskinan, perceraian dan sebagainya hampir di setiap waktu terjadi di kalangan masyarakat kita baik yang bersifat individu dan kelompok. Nah, pertanyaan lagi untuk kita refleksikan, apakah semuannya itu dikarenakan kemiskinan, kalau jawabannya “YA”, bagaimana kasus kekerasan dalam rumah tangga dan perceraiaan, serta perselingkuhhan yang terjadi dikalangan orang yang mampu, terutama dalam hal material, bahkan lebih, apakah kasus yang demiakina itu dapat digolongkan dengan orang yang kemiskinan. Meliahat masalah yang demiakian, adakah kebahagiaan di dalam keluarga tersebut?
Jika kemiskinan itu berhujud seperti manusia yang memiliki perasaan dan dapat bergerak, bernafas dan melakukan aktivitas, menurut saya sangat kasihan sekali kemiskinan itu, oleh manusia selalu saja dijadikan alasan, penyebab atau kambing hitam baik di dalam terbinanya keluarga bahagia, kasus perceraian dan sebagainya.
Pada kenyataannya, terjadinnya ketidak bahagiaan di dalam keluarga merupakan kurang mampu atau ketidak berdayaannya manusia terlebih-lebih keluarga dapat memaknai setiap peristiwa hidupnya sebagai suatu perjalanan hidup ini, artinya keluarga tersebut tidak memiliki kesadarran untuk membina diri sendiri. Alangkah berdosanya keluarga Katolik bila keluarga tersebut menyatakan ketidak bahagiaan atau keharmonisan di dalam keluarga mereka dikarenakan satu-satunya kemiskinan. Pada dasarnya, kebahagiaan di dalam diri manusia terutama di dalam keluarga itu adalah hak dan kewajiban masing-masing keluarga sejauh itu tidak melangar batasan-batasan moral atau hukum serta peraturan yang telah ditentukan.
Sebenarnya di dunia ini tidak ada keluarga yang tidak bahagia, karena pada dasarnya keluarga itu terbentuk atas dasar cinta. Cinta itu pada hakekatnya baik, kasih, pemurah, penyayang, dan penuh kesabaran. Nah, hendaklah keluarga katolik yang telah besatu di dalam sakramen perkawinan itu harus mengerti akan makna panggilan mereka untuk bersatu. Dengan melalui rahmat sakramen perkawinan itulah Allah telah memberikan kepada kita untuk selalu setia dalam segala perkara, kesetiaan itulah yang akan mendatangkan kebahagiaan di dalam keluarga kita.
Kebahagiaan itu adalah suatu situasi, kondisi dan tindakan yang selaras dengan kehendak hati yang paling dalam (cocok dengan panggilan hati). Individu atau keluarga yang bahagia ialah keluarga yang dapat melaksanakan tindakan yang di dasarkan cinta kasih, keluarga yang mampu untuk beraktivitas sesuai dengan kemapuan mereka dan tanpa melanggar hak, kewajiban serta moral yang berlaku. Jadi, kemiskinan bukanlah hal yang satu-satunya penyebab kurangnya terbina kebahagiaan di dalam keluarga. Yesus di dalam penginjil Lukas 6:20 pernah berkata “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah” artinya kemiskinan yang dimaksudkan oleh Yesus adalah kemiskinan dalam arti rendah hati, pengasih, penyayang, berbagi, hidup social, sedangkan mempunyai Kerajaan Surga artinya adalah Kerajaan Surga bukalah tempat atau rumah, atau istana yang memiliki kafasitas yang mewah, akan tetapi Kerajaan Surga adalah situasi, aktivitas dimana Allah itu meraja, sedangakan sifat-sifat Kerajaan Surag adalah adanya kedamaiaan, kebahagiaan, cinta kasih, ketentraman dan kebahagiaan, serta kesejahtraan dan sebagainya.
Hendaklah keluarga Katolik pada zaman ini, bukan mengatas namakan kemiskinan satu-satunya sebagai penyebab kurangnya kebahagiaan di dalam keluarga, akan tepapi hendaklah kemiskinan itu kita makanai akan sebuah panggilan bagi keluarga katolik sebagai montivasi untuk ikut, bagi yang mampu mau membantu orang yang berkekurangan, bagi yang kurang mampu sebagai pemberi motivasi akan keuletan dan kerja keras untuk menghadirkan Kerajaan Surga di tengah keluarga tersebut, dengan demiakian kemiskinan itu akan menjadi sesuatu yang mengembirakan di dalam keluarga anda, hal yang demikian hendakalah harus selalu kita syukuri secara terus menerus, serta memohon kekuatan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk turut hadiri di dalam keluarga kita agar IA memberikan kekuatan dalam menjalanani hidup ini.
Untuk membina keluarga yang bahagia, harmonis dan sejahtra bukalah sesuatu yang mudah, banyak orang atau keluarga gagal dalam hal ini, dan bahkan ada yang hancur. Sebenarnya akar dari aspek seluruh kehidupan ini, terutama kebahagiaan itu ada di dalam kita, tergantung bagaimana kita bisa menemukannya di dalam diri kita. Sebenarnya, bentuk-bentuk, cara kita atau keluarga kita untuk memperoleh kebahagiaan itu seperti harta yang terpendam, hanya dari diri kita yang kurang mengetahuinya dan kita tidak berniat untuk mengalinya, maka ia akan harta terpendam selama-lamanya.
Kebahagiaan merupakan dambaan setiap insan di jagat raya ini, karena dengan kebahagiaan itu manusia bisa merasakan indahnya hidup di dunia ini. Realitanya, setiap pekerjaan yang manusia lalui du dunia ini hanya untuk memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat nanti, contoh yang fakta ialah seorang teroris jika ditanyaan apa yang ia peroleh dari membunuh orang yang tidak bersalah dengan melakukan pengeboman dimana-mana, jika di telusuri lebih dalam kebahagiaan yang ia ingin capai ialah kebahagiaan di akhirat nanti, begitu juga dengan sekelompok orang yang tekun dalam menjalankan anggamanya. Juga kasus pencuriaan, pemerkosaan, percaraain dan masih banyak lagi tindakan-tindakan yang manusia lakukan untuk memperoleh kebahagiaan itu. Dalam hal ini, semuan tindakan, pekerjaan diarahkan untuk memcapai kebahagiaan di dalam hidup ini. Dalam hal ini, mengapa mereka dikatakan bersalah, karena cara mereka untuk mendapatkan kebahagiaan itu salah, artinya tindakan mereka melanggar moral dan hak hidup manusia.
Melihat situasi keluarga sekarang ada yang harmonis dan ada yang tidak di dalam keluarga, itu sangat memperihatinkan sekali, mengapa karena awal dari segalanya yang ada di dunia di mulai dari pembentukan, pembinaan, pengajaran, teladan dan lain-lain itu semuan diawali dari apa yang diterima dan dilaksanakan di dalam keluarga. Maka dari pada itu, ciptakanlah situasi dan kondisi yang harmonis, sejahtra, damai dan bahagiaan di dalam keluarga, supaya gambaran Gereja, Masyarakat dan Negara bisa cerah di dalam hidup ini, dan jika itu sudah dimulai dari keluarga, maka dunia ini akan menjadi taman Eden yang damai.
Dengan itu, ada beberapa cara, atau tips untuk sebagai upaya membangun keluarga yang harmonism, sejahtra, damai dan bahagia. Tentu hal ini tidak lah mudah, akan tetapi jika semuannya dijalankan, dilaksanakan dengan penuh cinta dan kasih maka semuannya akan menimbilakan efek yang sangat membahagiakan di dalam rumah tangga anda, khususnya keluarga katolik yang beriman. Ingat bahwa perkawinan itu merupakan ikatan yang dipersatukan oleh Yesus Kristus, yang di awali dengan cinta yang suci.
Tips-tips atau upaya membangun situasi keluarga miskin yang bahagia:
1. Jujurlah satu sama lain.
2. Dengarkan keluhan pasangan Anda dan anggap serius perasaannya
3. Bila ada ganjalan sebaiknya didiskusikan sehingga tidak menimbulkan kebencian
4. Tunjukkan pada pasangan bahwa Anda mencintainya dan katakanlah “I love You” minimal sekali sehari.
5. Ciptakanlah waktu berdua saja tanpa diganggu oleh anak-anak. Jadwalkan kegiatan berdua minimal setahun sekali (rekreasi keluarga).
6. Janganlah mengungkit-ungkit masa lalu dan belajarlah dari kesalahan.
7. Percayalah pada pasangan, dengan demikian telah terbukti bahwa anda menghormati pasangan anda.
8. Bila Anda ragu atau curiga ungkapkanlah hal tersebut padanya.
9. Pada saat pasangan Anda berbicara, pandanglah wajahnya sehingga ia tahu kalau Anda memperhatikan ucapannya, artinya jangan bermain di belakan dan jangan menuding dan menghakimi, dan pada saat bertengkar jagalah perkataan Anda (jangan sampai mengatakan sesuatu yang akan disesali nantinya) dan berusahalah tetap tenang dan tidak terbawa emosi, berusahalah tetap duduk.
10. Jagalah rahasia hubungan Anda berdua.
11. Jika ada kejenuhan di dalam keluarga, coba mengadakan rekreasi ketempat terindah yang masa lalu yang mengenangkan perjumpaan, contohnya ketempat pada waktu menyatakan cinta.
12. Hal yang terakhir adalah hadirkanlah Allah di dalam keluarga anda, mohonlah kekuatan dari pada-Nya supaya ia dapat memberikan cahaya-Nya di dalam membina keluarga. Dan ciptakalah situasi Kerajaan Surga di rumah anda dan saling menghormati, mempercayai satu samalain, karena itulah ajaran Yesus Kristus kepada kita untuk saling mengasihi.
Tips-tips atau cara ini adalah yang saya tawarkan dalam membina keluarga yang bahagia, tatapi akan lebih mudah atau ampuh jika keluarga anda dapat menemukan, atau menambah tips-tips atau cara yang lain dalam membina keluarga yang bahagai, tetapi ingat jangan melangar hak, dan moral yang dapat menimbulakan perpecahan. Semoga tips-tips ini dapat membantu anda membina keluarga yang benar-benar beriman kepada Yesus Kristus demi terhujutnya keluarga yang bahagia. Salam,....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar