INDAHNYA KEBERAGAMAN AGAMA DALAM MENJALIN HIDUP KEBERSAMAAN
Di manakah peran Pancasila dan Agama di Negara Indonesia tercinta ini jika di negara ini ada perbedaan, perpecahan, perselisihan, pertengkaran dll? Perlu untuk kita sadari bahwa pancasila itu ada dan menjadi idiologi atau landasan negara kita, kerana adanya perjuangan yang bertumpakan darah dari para nenek moyang kita. Sementara itu dimengerti sebagai sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan atau dewa (Kamus Bahasa Indonesia). Dari sisi Pancasila, manusia Indonesia dipersatukan dengan tidak melihat berbedaan ras, suku dan agama. Dari sisi agama, manusia menimba kekuatan yang ilahi atau spirit sebagai kerinduaannya akan ke damaian hati atau yang ilahi.
Pancasila yang menjadi landasan konseptual kenegaraan Indonesia dimulai dengan sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa”, yang dipahami sebagai “menjiwai sila-sila lainnya”. Dalam Undang-Undang Dasarnya pun, satu pasal berbicara khusus tentang agama, dengan adanya fakta penting ini haruslah kita akui secara sadar bahawa adanya kemajemukan agama.
Jika kita telusuri dan kita mengerti lebih dalam lagi, Pancasila sebagai dasar atau landasan negara Indonesia dan Agama sebagai sebuah kepercayaan, keduannya memiliki paham yang sama dalam tataran hidup manusia Indonesia. Tentu kita bertanya-tanya, manakah yang patut kita ikuti, pancasila atau agama? Seperti yang kita alami, dengar, dan kita lihat pada masa sekarang ini, pertanyaan besar bagi kita manusia Indonesia, sudahkah kita menjadi manusia pancasila dan manusia beragama yang sesungguhnya? Realitanya, masih ada dikalangan masyarakat Indonesia terjadi pertengkaran, perselisihan di mana-mana hanya karena permasalahan kecil saja, permasalahan diremehkan, dilecehkan.
Ada sebuah lagu yang berjudul “Ku Lihat Ibu Pertiwi Sedang Bersusa Hati” dari syair lagu ini, sudah tentu penyair ingin menggungkapkan perasaannya atas kejadiaan yang menimpa masyarakat Indonesia ini. Nilai-nilai pancasila dan nilai-nilai agama sudah tidak ada lagi, semua orang pada menganggap agama, dirinya yang benar, dan sementara orang lain itu salah. Dari anggapan-anggapan dan pendapat inilah yang sangat memicu sekali perselisihan dan pertengkaran diantara manusia Indonesia.
Pernyataan tentang manusia Indonesia memiliki makna yang amat mendalam sekali jika kita renungkan dalam kehidupan kita. Manusia adalah makhluk yang memiliki martabat, moral yang harus di hormati, dihargai dan karena martabatnya itulah manusia diberi kemampuan untuk menjadi manusia yang beriman atau manusia yang beragama, sedangakan Indonesia adalah suatu ikatan atau kerinduaan manusia yang ingin mempersatukan diri dalam senasif dan sepenanggungan. Jadi, kesejahtraan Negara Indonesia itu terletak pada bagaimana kita menghormati, menghargai dan mencintai martabat kita sebagai manusia Indonesia.
Kenyataannya, manusia Indonesia memiliki beragam ras, suku dan agama. Keberagaman itu bukanlah sebuah persainagan hidup, akan tetapi keberagaman itu merupakan sebuah kekayaan yang ada di Negara Indonesia ini. Hubungannya dengan pancasila adalah pancasila dan agama mengajarkan dan menghormati Moral, martabat dan hakekat serta hak-hak manusia untuk menjalankan hidupnya sesuai dengan imannya dan caranya masing-masing tampa ada perpecahan dan perselisihan di antara Manusia Indonesia. Namun, hal tersebut masih sangat jauh sekali dalam diri manusia Indonesia. Banyak perselisihan dan percecokan yang terjadi. Haruskan ada ciptaan lagu, puisi atau tulisan-tulisan dari para seniman-seniman tentang ”Ibu Pertiwi Menangis Lagi yang kedua”?
Sebenarnya, jika kita telah memeluk atau menganut agama dan menjalankan perintah agama dengan baik, sudah tentu kita telah mengsukseskan tujuan pancasila dengan baik. Kebersamaan dalam keberagaman beragama merupakan kerinduan dari tujuan terbentuknya Pancasila, mengapa demikian, karena Pancasila merupakan dasar atau landasan Negara kita yang memberikan kepada kita manusia Indonesia untuk bebas dalam memilih dan menentukan agama sesuai dengan hati nuraninya. Dengan melalui pernyataan ini, patulah agama-agama yang ada di Indonesia ini saling terbuka, saling bersatu, saling memberi peneguhan dan saling bekerjasama dalam membentuk negara Indonesia yang damai dan sejahtra.
Kenyataan terpait dalam umat beragama di Indonesia ini adalah terjadinya konflik-konflik yang bukan bernuwangsa agama, akan tetapi lebih pada nuwansa sosial, ekonomi, dan politik. Akan tetapi, kasus-kasus yang sering terdengar dan muncul di berbagai media masa yang mengakibatkan konflik adalah agama. Dari kenyataan yang demikian, pertanyaan besar yang muncul untuk kita lihat, renungkan, mengapa agama menjadi begitu mudah dijadikan pembenaran untuk konflik-konflik itu? Apakah ada sesuatu yang salah dalam agama, atau dalam pemahaman agama, atau apa? Karenanya, selain ada persoalan penegakan hukum yang menjadi tanggungjawab negara, kaum agamawan pun memikul tanggung jawab besar di sini. Melihat kenyataan yang ada, seorang tokoh agamawan Frans Magnis-Suseno mengatakan atau menegaskan bagi para pemimpin atau tokoh-tokoh agama untuk bertobat, karena dengan bertobat dapat menjadi titik awal yang baik untuk menciptakan kemaslahatan umat, dan dengan ada penyadaran diri dari orang-orang yang beragama maka keberagaman dalam membina kebersamaan dalam beragama akan menjadi suatu alinan syair lagu yang indah, bagus dan bisa dinikmati dengan demikian kesejukan hati kita akan membawa kita pada kedamaiaan dan kesejahtraan hidup di Negara Indonesia tercinta ini.
Dalam hal ini, sangat dibutuhkan peran dan tanggungjawab dari para tokoh-tokoh agama untuk menyadarkan dirinya sendiri, setelah dirinya sadar maka ia hendaklah menyadarkan umatnya yang lain, para tokoh-tokoh agama haruslah memiliki :
1.Harus menjadi teladan bagi para pemeluk agama yang lainnya, dengan teladan yang baik dalam hidup beragama makan agama bukan lagi mejadi sumber konflik akan tetapi agama menjadi sumber penyelesai konflik yang terjadi.
2.menjalin hubungan yang baik dengan pemeluk agama lain seperti dialog dan bekerja sama dalam membangun dan mengembangkan kesejahtraan bagi negara indonesia tercinta ini.
3.para tokoh-tokoh agama harus sadar bahwa agama adalah akhlak. Agama adalah perilaku. Agama adalah sikap. Semua agama tentu mengajarkan kesantunan, belas kasih, dan cinta kasih sesama. Bila kita cuma puasa, shalat, baca al-quran, pergi kebaktian, misa, datang ke pura, menurut saya, kita belum layak disebut orang yang beragama. Tetapi, bila saat bersamaan kita tidak mencuri uang negara, meyantuni fakir miskin, memberi makan anak-anak terlantar, hidup bersih, maka itulah orang beragama.
4.harus mempu melihat agama lain sebagai patner sebagai teman kerja dan teman pengembangan iman jemaatnya.
5.hal yang terakhir adalah yakinkanlah bahwa perbedaan atau keberagaman merupakan keindahan atau kekayaan yang Tuhan anugerahkan kepada kita, jadi hendaklah diantara kita sebagai pemeluk agama yang mengimani Tuhan haruslah salin mengasihi dan mencintai, karena ajaran agama yang terutama adalah cinta kasih.
Hal yang demikian belum kita sadari, apalagi kita lakukan hanya segelintir orang saja yang mampu untuk melakukannya, maka dari pada itu agama begitu mudah sekali dikatakan sebagai virus, atau penyebab sumber konflik-konflik di tanah air kita tercinta ini. Ibu pertiwi menghimbaukan kepada kita untuk selalu bergandengan tanggan dalam kedamaian dan cinptakanlah kedamaian dan keberagaman ini, maka indahnya keberagaman ini akan menjadi surga di dunia ini, terutama si negara Indonesia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar