Sabtu, 31 Maret 2012

MAKNA MUKJIZAT YOHANES 2:1-11 BAGI HIDUP PELAYANAN KETEKIS DEWASA INI


MAKNA MUKJIZAT YOHANES 2:1-11 BAGI HIDUP PELAYANAN KETEKIS DEWASA INI

Silvester Nyawai



1.1  PENDAHULUAN
Pada dasarnya, hidup manusia merupakan sebuah panggilan. Allah sejak awal mula telah hidup bersama dengan manusia (bdk. Kej 2:1-24), akan tetapi karena kesalahan dan dosa yang manusia lakukan, makanya Allah mengusir manusia dari hadapan Allah (bdk. Kej 3:1-25). Setelah tindakan manusia pertama yang bertantangan dengan kehendak Allah, manusia tidak hanya berhenti sampai di situ saja dalam melakukan pengkhianatan terhadap Allah.
Ketidaksetiaan manusia akan kehendak Allah telah membuktikan betapa manusia adalah orang yang tegar hatinya. Ketidaksetiaan manusia kepada kasih Allah telah terbukti dari cara manusia memperlakukan para untusan Allah (para Nabi) semasa hidup bersama dengan mereka.
Meskipun Allah telah banyak melakukan mukjizat terhadapa hidup manusia, akan tetapi masih ada saja alasan atau perbuatan manusia yang tidak mencerminkan dirinya sebagai citra Allah yang sempurna. Mukjizat demi mukjizat yang Allah berikan kepada manusia, akan tetapi manusia tetap saja menjadi pengkhianat. Karena tindakan manusia yang demikian, pada akhirnya Allah menugutus Putra Tunggal-Nya yaitu Yesus Kristus ke dunia ini, dengan menggemban amanat dari Bapa-Nya untuk memberitakan tentang Kerajaan Surga sudah datang.
Ada banyak mukjizat yang dibuat oleh Yesus, semasa Ia berada di tenggah-tengah umat Allah. Salah satunya dalam Injil Yohanes 2:1-11 yaitu tentang mukjizat pada pesta perkawinan di Kana. Amat jelas sekali, bahwa mukjizat tersebut bukanlah pekerjaan atau yang dikehendaki oleh manusia, akan tetapi tanda atau simbol dari Allah yang selalu mencintai dan mengasihi manusia sepenuhnya. Tujuannya adalah supaya manusia semakin percaya dan diselamatkan.
Bagi seorang katekis yang tugas utamanya sebagai pelayan dan pewarta sabda Allah, mukjizat adalah bukti atau tanda dari Allah yang selalu menyertai, menerangi dan mencintai mereka. Dalam hal ini, setiap orang boleh mengalami mukjizat Allah setiap hari, termaksud seorang katekis.
Dari uraian latar belakang yang ada di atas, maka tujuan dari peper yang bertemakan “Makna Mukjizat Yohanes 2:1-11 Bagi Hidup Pelayanan Ketekis Dewasa Ini” supaya katekis mampu mengalami kasih Allah setiap hari yang terjadi dalam dirinya, membaut imannya semakin kokoh, dan mentap dalam melayani sesama. Dan selalu setia terhadap panggilannya sebagai pewarta sabda Allah.

1.2  PENGERTIAN MUKJIZAT DAN KATEKIS
Kitab Suci Perjanjian Baru mengatakan bahwa, salah satu pekerjaan Yesus adalah mukjizat. Dalam hal ini, apa mukjizat itu? bagaimana pengertian mukjizat menurut Kitab Suci? apa makna mukjizat yang dilakukan oleh Yesus? bagaimana seorang katekis harus memaknai mukjizat, baik bagi dirinya sendiri, ataupun bagi karya pelayanannya?

1.2.1        Pengertian Mukjizat Menurut Kitab Suci
Santo Agustinus mengatakan dalam buku yang dikarang oleh Reginald H. Fuller (1991; 9-10), yang bertemakan “Menafsirkan Mukjizat” adalah sebagai sesuatu kejadian yang bertentangan dengan apa yang diketahui tentang alam. Gagasan ini menarik baik bagi ketidaksempurnaan ilmiah, maupun ketidaklengkapan teologis. Definisi yang semacam ini ingin mengatakan kepada manusia yang belum mengetahui segala-segalanya, akan tetapi definisi ini juga dipersiapkan untuk menaruh kepercayaan kepada mukjizat tertentu, walaupun mukjizat tersebut merupakan suatu kejadian alamiah. Berdasarkan definisi ini juga, yang mengatakan bahwa pada suatu hari nanti manusia akan mengetahui begitu banyak tentang alam, yang tidak memberikan tempat lagi bagi sebuah mukjizat. Dalam hal ini harus dimengerti bahwa, Alkitab tidak memahami alam sebagai sebuah sistem hukum yang tertutup. Kata alam di sini sungguh tidak Alkitabiah. Bagi Alkitab, dunia adalah ciptaan Allah. Seluruh isi yang ada di dunia ini diakui oleh Alkitab sebagai ciptaan Allah (bdk. 1: 1-31).
Nico Syukur D (1987; 96-99) dalam bukunya berjudul “Kristologi Sebuah Sketsa” memaknai mukjizat dengan membaginya menjadi 2 peristiwa (mukjizat secara umum dan khusus). Mukjizat secara umum adalah suatu keadaan atau suatu peristiwa yang di dalamnya orang dapat melihat Allah sedang bekarya. Sebagai contoh, cakrawala yang dipenuhi oleh bintang-bintang yang sangat indah, sebenarnya ini adalah mukjizat, jika orang memandangnya sebagai karya Allah (bdk. Mzm 89:9). Sedangkan mukjizat secara khusus adalah peristiwa-peristiwa yang dengan amat jelas memperlihatkan kuasa Allah yang menyelamatkan (bdk. Kel 14:21-22; Mzm 106:7-9). Oleh Alkitab, peristiwa-peristiwa yang menyelamatkan hidup manusia selalu dihubungkan dengan Allah.
Ada banyak mukjizat yang dilakukan oleh Yesus, yang dicatat di dalam Injil. Intinya adalah perbuatan ini merupakan tanda yang nyata bahwa kuasa Allah bekerja dalam Yesus. Dalam hal ini, Kitab Suci memandang bahwa mukjizat adalah sebuah kejadian di mana Allah bertindak dengan cara yang luar biasa, demi mencapai pada tujuan yang luar biasa. Ada tiga kata yang dapat digunakan untuk memahami mukjizat dalam Perjanjian Baru, diantaranya adalah; 1) orang yang menyaksikannya, yang menyadari kehadiran Allah di antara mereka. 2) “tanda” adalah bukti yang nyata bahwa Allah sendang bekerja di dunia, dan 3) “kuasa” adalah suatu perbuatan yang menunjukkan kehendak dan kuasa Ilahi. Mukjizat yang dikerjakan oleh Yesus bertujuan memulihkan kembali kepercayaan manusia bahwa Allah sedang bekerja secara ajaib melalui Dia, sebagai mana Allah telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib di masa lampau (Michael Keene. 2006; 18).
Jadi, mukjizat adalah suatu peristiwa yang di dalamnya orang dapat melihat Allah sedang bekarya, kuasa Allah yang menyelamatkan, atau sebuah kejadian di mana Allah bertindak dengan cara yang luar biasa, demi mencapai pada tujuan yang luar biasa.

1.2.1.1  Makna Mukjizat-Mukjizat Yesus
Dalam bukunya  Michael Keene (2006;19) yang berjudul “Kristianitas” mengatakan bahwa mukjizat yang diperbuat oleh Yesus dimaksud sebagai pewartaan kepada umat manusia bahwa Ia adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan, dan  datang ke dunia ini untuk membawa orang kembali kepada Allah Bapa yang ada di Surga. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus dalam Perjanjian Baru dapat digolongkan kedalam 3, kategori, diantaranya adalah 1) mukjizat alami (berjalan di atas air dan meredakan angin ribut), 2 mukjizat penyembuhan (menyembuhkan orang buta atau menyembuhkan orang bisu dan tuli), dan 3) mukjizat kebangkitan (menghidupkan kembali Lazarus dan anak seorang janda). Akan tetapi, mukjizat yang paling besar seperti yang diceritakan oleh Perjanjian Baru adalah mukjizat kebangkitan Yesus dari kematian. Mukjizat-mukjizat tersebut amat jarang terjadi tampa penyertaan iman yang teguh. Dalam melakukan mukjizat penyembuhan, imanlah yang menjadi ukuran yang pertama dan Yesus sangat menghargai iman tersebut (bdk. Luk 5: 19-20).
Tanda-tanda mukjizat yang dikerjakan oleh Yesus memperlihatkan bahwa dalam diri Yesus genaplah nubuat para nabi tantang Sang Mesias yang kedatangan-Nya telah dijanjikan kepada umat manusia. Sama seperti Injil yang menjadi pokok pemberitaan Yesus, begitu pula mukjizat yang telah diperbuat oleh-Nya, hal tersebut merupakan tanda-tanda zaman Mesias. Dalam pekerjaan-Nya, Kerajaan Allah sedang menerobos masuk ke dunia ini (Nico Syukur D. 1987; 99-100).
Dalam masa Yesus, umat manusia memandang dunia mereka sebagai medan pertempuran antara Allah dan si jahat (iblis), atau antara kuasa terang dan kuasa kegelapan. Dalam hal ini, penderitaan dan kejahatan dialami sebagai tanda bahwa dunia dikuasai kejahatan, dan pelakunya adalah setan atau iblis. Yesus yang diurapi oleh Allah dengan Roh Kudus (bdk. Kis 10:38), Ia berbuat baik, Ia membebaskan si penderita dari penderitaannya, dan Ia juga menyembuhkan orang, baik dari sakit jasmani maupun rohani. Artinya, dengan mengerjakan mukjizat, berarti menjadikan segalanya baik (bdk. Mrk 7:37), dalam hal ini, Yesus menjelmakan kerajaan Allah dan menghentikan kerajaan setan. Hal ini dapat dilihat dari cara setan menarik diri ketika Yesus muncul (bdk. Mrk 9: 14-29).
Keempat Injil menceritakan mukjizat-mukjizat Yesus yang memaklumkan bahwa Yesus tidak hanya menyampaikan saja kabar yang menggembirakan itu, akan tetapi Ia sendiri adalah kabar gembira itu. Jadi, Yesus sendiri adalah keselamatan, penyembuhan bagi manusia yang sedang sudah.

1.2.1.2  Ciri-Ciri Mukjizat Yesus
Nico Syukur D (1987; 101-103) mengatakan bahwa, mukjizat yang dikerjakan oleh Yesus ditandai ciri-ciri sebagai berikut;
1.      Cara Yesus dalam bertindak untuk melakukan mukjizat sangat sederhana. Jika tukang sihir mengunakan rumusan tertentu dalam melakukan penyembuhan, akan tetapi Yesus hanya dengan firma-Nya saja. Ini juga mengan dung makna bahwa, mukjizat yang dikerjakan oleh Yesus tidak ada hubungannya dengan “magic”. Selain itu, Agama Yahudi melarang keras ilmu sihir (bdk. Ul 18:10; Im 19:31;20:27) karena amat berlawanan dengan iman akan Allah sebagai pencipta langit dan bumi. Di masa hidup-Nya, Yesus sendiri menganut agam Yahudi, dan Ia menawarkan kepada manusia untuk takluk kepada Allah (bdk. Mrk 4: 10), menganggap Allah sebagai Bapa (bdk. Mrk 14:36).
2.      Mukjizat Yesus selalu altruistis, artinya Yesus hanya memanfaatkan muasa-Nya demi kepentingan orang lain, dan tidak pernah mengadakan mukjizat demi kepentingan diri-Nya sendiri. Hal yang amat jelas sekali terlihat pada waktu Ia di olok-olok di tempat penyaliban-Nya “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya tidak dapat Ia selamatkan” (Mat 27:42; Mrk 15: 31; Luk 23:53).
3.      Yesus tidak pernah mengerjakan mukjizat untuk menghukum orang.
4.      Yesus selalu bertindak untuk menanggapi prakarsa orang lain dan tidak atas prakarsa-Nya sendiri. Artinya orang lainlah yang meminta kepada Yesus untuk bertindak, atau situasi yang meminta Yesus untuk turun tanggan, akan tetapi Yesus tidak pernah menonjolkan diri-Nya atau kebolehan-Nya dengan mengerjakan mukjizat.
5.      Yesus tidak pernah memanjatkan doa (permohonan) sebelum mengadakan mukjizat, Ia yakin dan percaya bahwa Allah sebagai Tuhan langit dan bumi, dan mengakui ketergantunggan-Nya kepada Allah, Bapa-Nya. Hal tersebut berbeda dengan mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh nabi-nabi dalam PB. Sebelum mengadakan mukjizat, mereka berdoa sebelum mengadakan mukjizat.

1.2.2        Tafsir Makna Mukjizat Yohanes 2:1-11
Dalam bagian ini, penulis akan menafsirkan makna mukjizat dalam Injil Yohanes 2:1-11, dengan melalui analisis teks, konteks, simbol dan tokoh yang terlibat di dalamnya.

1.2.2.1  Analisi Teks
Dalam Injil Yohanes 2:1-11 ini menceritakan tentang tentang Yesus, Maria dan murid-murid-Nya yang menghadiri upacara pernikahan di Kana yang di Galilea (bdk. Yoh 2:1-2). Teks ini juga mengisahkan tentang tuan rumah kehabisan anggur, sementara upacara perkawinan masih berlangsung (bdk Yoh 2:3).
Pada ayat 1-2 dikatakan ”pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ, Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu.” pada hari ketiga biasanya dihubungkan dengan kebangkitan Yesus, akan tetapi penginjil Yohanes “waktu” jarang memiliki makna simbolik yang jelas, dan begitu juga dalam injil Yohanes ini. Yang jelasnya adalah pada dua ayat 1-2 ini ingin menampilkan tentang tokoh-tokoh yang akan terlibat dalam rangkaian cerita yang berikutnya.
Dalam injil Yohanes ini, ibu Yesus jarang disebut atau disapa dengan nama Maria, kerap kali Yesus memanggil Maria dengan kata Ibu. Mengenai murid-murid, penginjil tidak jarang menyebut mereka keduabelas, terkecuali pada pada Yohanes 6:67 dan 20:24.  Dalam kenyataannya, sebuat pada murid dalam injil Yohanes memiliki arti “orang beriman”.
Penginjil menceritakan cerita dengan amat singkat. Dikisahkan bahwa persediaan anggur hampir habis, dan Yesus diberitahu akan hat tersebut (bdk Yoh 2:3-4a). Atas jawaban yang diberikan kepada ibu-Nya, nada tersebut terdengar kasar. Dalam bahasa Yunai, kata “gunai artinya perempuan”. Secara harafia bahasa Yunani berbunyi “apa mengenai Aku dan engkau” aertinya masalah kehabisan anggur dalam perta perkawinan tidak ada hubungannya dengan kehadiran Yesus, Maria dan murid-murid-Nya dalam pesta tersebut.
 Saat-Ku belum tiba” kata ini adalah jawaban atas pertayaan Maria yang lebih lanjut atas permintaannya. Dalam hal ini, yang dibutuhkan oleh Maria adalah iman yang kuat akan kemampuan Yesus untuk memenuhi kebutuhan dalam hidup manusiawi saat itu. Atas darar iman yang kuat inilah mukjizat tersebut terjadi (A.S. Hardiwijaya; 2008: 39-41).
Jadi, peristiwa di kana adalah peristiwa yang pertama kelalinya Yesus membuat mukjizat. Mukjizat terjadi dikarenakan ada hubungan yang medalam antara manusia dan Tuhan, seperti hubungan Yesus dan ibu-Nya. Iman yang kuat, teguh dan kokoh akan memberikan pertologan kepada manusia yang memiliki iman yang kuat kepada Allah. Hal tersebutlah yang terjadi pada Maria, dalam Injil Yohanes 2:1-11.  Karana iman Marialah mukjizat tersebut terjadi. Sosok Maria menjadi dasar dan telada bagi hidup manusia dalam mengimani Yesus Kristus.

1.2.2.2  Analisi Konteks
Sekilas Injil Yohanes 2;1-11 menceritakan tantang Yesus , Ibu-Nya, dan murid-murid-Nya menghadiri undangan pada waktu ada perkawinan di kana yang di Galilea (bdk. Yoh 2:1-2). Sementara pesta perkawinan masih berlangsung, mereka kekuarangan anggur. Dalam perjanjian lama, anggur sering dihubungkan dangan pesta dan acara-acara, anggur juga memiliki hubungan antara kegembiraan dan bencana. Dalam konteks injil Yohanes 2:6, anggur melambangkan sebuah kembiraan bagi umat manusia, karena terhindari dari kehabisan anggur dalam sebuah pesta perkawinan (W.R.F. Browning. 2008: 23-24).
Perbincangan Maria dan Yesus terjadi dengan amat singkat, meskipun nada yang tidak semetinya diungkapkan seorang anak terhadap ibunya, akan tetapi dalam hal ini Maria percaya penuh akan kemampuan putranya.
Dalam hal ini, perlu dimengerti bahwa Yohanes dalam injilnya memahami tanda-tanda sebagai peristiwa yang mendua, yang menunjukkan kadapa identitas Yesus. Hanya mereka yang berani memahaminya dalam iman, artiya dalam kondisi iman mukjizat-mukjizat tersebut menyikapkan kemualiaan Kristus.

1.2.2.3  Analisis Simbol
Pada bagian ini, penulis akan membahas mengenai simbol-simbol yang terdapat dalam teks Injil Yohanes 2:1-11. Memahami simbol-simbol yang ada, tentu dapat mempermudah untuk memahami pesan yang tersingkap di dalam teks ini. Simbol-simbol yang terdapat dalam Yohanes 2:1-11 adalah Kana, Galilea, Anggur, dan Enam tempayan.
A.    Kana asal dari kata ”qane  yang terletak di kota Galilea. Qana terletak 14 km di sebelah barat laut Nazaret (Xavier Leon-Dufour. 1990:316). W.R.F. Browning (2008: 169-169) mengatakan bahwa Kana adalah sebuah desa, dan dalam perjanjian Baru, hanya Injil Yohaneslah yang mengatakan desa ini. Di desa Kana inilah Yesus membuat mukjizat air menjadi anggur dalam suatu pesta perkawian (bdk Yoh 2:1-11). Mengubah air menjadi anggur adalah tanda Yesus yang pertama dalam injil ini. Adapun tujuannya bahwa Yesus mulai menggenapi dan bahkan melebihi harapan Yudaisme.
B.     Galilea adalah wilayah bagian utara Palestina.  Suatu dareah yang sempit sepanjang 72 km (45 mil) dan , di sebelah barat dataran tinggi Golan dan tenggah Libanon. Dalam PL, daerah ini pertama kalinya terlihat dalam Yos 20:7, dan disebut oleh Yesaya wilayah bangsa-bangsa lain (bdk Yes 9:1) (W.R.F. Browning. 2008: 113-114). Dalam konteks Injil Yohanes 2:1-11, Yesus merubah air menjadi anggur bertempat di Kana. Kana merupakan desa kecil yang ada di Galilea (bdk Yoh 2:1-2). Jadi, mukjizat yang pertama Yesus di buat atau diadakan di Galilea, yaitu tepatnya di desa Kana.
C.    Anggur: Dalam PL anggur sering kali dihubungkan dengan perta atau acara-acara, dan atau ungkapan kegembiraan atau kehancuran. Dalam Yesaya 63:2, anggur merupakan lambang darah, karena merehnya. Penginjil Matius mengatakan ”begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya” (Mat 9:17), artinya adalah iman yang baru tidak dapat ditempatkan pada tempat yang lama, akan tetapi harus ditempatkan pada tempat yang baru juga (W.R.F. Browning. 2008; 23-24). Dalam konteks Yohanes, ”..dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang” (Yoh 2:10), anggur melambangkan sebuah kembiraan, karena peristiwa perubahan air menjadi anggur menyebabkan manusia terhindari dari bencana, maksudnya bencana malu. dalam hal ini, kehabisan anggur juga membuat acara tersebut tidak berjalan dengan lacar.
D.    Enam Tempayan. Dikatakan ”di situ ada enam tempayan...... ” (ay 2:6), fungsi tempayan dalam perkawinan adalah untuk menyediakan air bagi pembasuh menurut adat Yahudi, pada waktu sebelum dan sesudah mereka makan. Pada umumnya, tempayan tersebut dibuat dari batu, dan tidak dari tanah, karena demi menyamin kebersihannya (bdk Im 19:25-27). Sedangkan angka 6 merupakan lambang yang tidak penuh dalam tradisi orang Ibrani-Yahudi. Nampaknya hal tersbeut tidak perlu, karena penginjil sering membesar-besarkan mukjizat-mukjizat yang diperbuat oleh Yesus. Namun yang pastinya adalah bahwa tempayan beserta isinya melambangkan tradisi orang Ibrani-Yahudi (A.S. Hardiwijaya; 2008; 41).

1.2.2.4  Analisis Tokoh
Di bawah ini penulis akan memaparkan beberapa hal yang terkait dengan tokoh-tokoh di dalam Injil Yohanes 2:1-11. Penulis hanya menganalisis beberapa tokoh yang memiliki peran sentral dalam teks ini. Tokoh-tokoh yang penulis maksud adalah sebagai-berikut:
1.      Yesus: Bagi penginjil Yohanes, Yesus adalah dari Allah dan telah naik kepada Allah. Yohanes mengatakan Yesus adalah Allah (bdk Yoh 1:1 & 20:8), Kristus itu ada sebelum adanya penciptaan (bdk Yoh 1:1), dan sebelum Ia tampil sebagai manusia yang hidup di dunia ini (bdk Yoh 17: 24) dan masih banyak lagi penyebutan Yesus dalam injil Yohanes (A.S. Hardiwijaya; 2008; 12). Dalam peristiwa perkawinan di kana ini, Yesus sebagai Anak Allah menunjukan kuasa-Nya atas segala kehidupan manusia, artinya Yesus menunjukkan Ke-Allah-an-Nya. Memahami Yesus yang datang dari Allah dan kembali kepada Allah merupakan pusat Kritologi dalam injil Yohenes. Jadi, Yesus sebagai Putra Allah yang turun ke dunia hidup diantara umat manusia dan pada akhirnya kembali kepada Bapa menjadi peran yang amat penting dalam injil Yohanes ini. 
2.      Maria: adalah ibu Yesus. Dalam kerangka penyelamtan Allah bagi umat-nya, Maria mengemban tugas yang mulia, yaitu mengandung dari Roh Kudus. Keterlibatan Maria dalam reksa penyelamatan memiliki peran yang amat penting. Sebagai sosok yang rendah hati, Maria menyerahkan dirinya sepenuh kepada kehendak Allah (bdk. Luk 1:38). Dalam Injil Yohanes 2:1-11, dikisahkan bahwa Maria juga bersama dengan Yesus dan para murid pergi ke undangan perkawinan di Kana.
3.      Para Murid: Yesus datang ke dunia ini tidak mendirikan agama yang baru, akan tetapi kedatangannya ke dunia ini untuk memberitakan kerajaan Allah, dan memanggil semua orang yang mau mendengarkannya dan menjadikan murid-Nya untuk mengikuti Dia dalam pelayanan. Kata “murid”, dalam bahwa Yunani adalah “mathetes”, ada 250 kali, dan kebanyakan dalam Injil dan Kisah Para Rasul. Kata “memanggil” dalam bahasa Yunani “akolouthe” terdapat 70 kali. Dalam hal ini, mejadi murid artinya mengikuti Yesus (Thomas P. Rausch. 2001; 169). Dalam Injil Yohanes, ciri-ciri menjadi murid Yesus adalah orang memiliki cinta yang penuh pengorbanan (bdk. 15: 12-13). Dalam konteks Injil Yohenas 2:1-12, tujuan dari mukjizat tersebut adalah untuk meyakinkan para murid akan ke-Allahan Yesus sebagai Putra Allah yang diutus ke dunia ini, dan membuat mereka semakin beriman kepada Allah sebagai juruselamat (A.S. Hardiwijaya; 2008; 42-23).

1.2.2.5  Tafsir Injil Yohanes 2:1-11
Dalam kehidupan-Nya di dunia ini, Yesus sangatlah berbeda dengan para pemimpin agama yang lain di jaman-Nya. Ia makan dan minum bersama orang-orang kebanyakan. Jika Yohanes Pembaptis adalah manusia yang tersendiri dari padang belantara, Yesus adalah orang yang bergaul di masyarakat dengan orang-orang biasa.
Mukjizat pertama-Nya sangatlah bersifat kekeluargaan. Kepedulian dan perhatian Yesus terhadap orang biasa menjadi ciri Yesus sebagaimana juga kemarahan-Nya terhadap kaum agamawi, yang membenarkan diri sendiri yang mencerminkan sisi lain dari sifat-Nya. Prioritas kepada orang, bukan tradisi atau keharusan-keharusan ibadah, menyatakan kemerdekaan Yesus yang tetap menghormati nilai-nilai budaya.  Ini adalah yang pertama dari tujuh mukjizat yang menyatakan sifat dan kuasa Yesus (bdk. Yoh 2-11).
A.    Perkawinan Di Kana (ay 1-2)
Dikatakan pada ayat 1-2 ”Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu”. Dalam injil Yohanes, petujuk waktu jarang memiliki makna simbolis yang jelas. Dalam konteks ini, kata “waktu” berasal dari sumber atau tanda yang digunakan.
Dalam dua ayat yang pertama dalam injil Yohanes ini rupanya ingin menyoroti tokoh-tokoh yang sekiranya ikut terlibat dalam mukjizat ini. Dalam ayat ini juga, pengarang tidak mengunakan kata “Maria” akan tetapi Ibu.
Di Kana ada perkawinan” di desa, perkawinan merupakan peristiwa sosial yang utama, dan acara besar ini sering melibatkan seluruh anggota masyarakat. Acara perkawinan ini juga bisa berlangsung beberapa hari lamanya.
Dalam pesta perkawinan tersebut, “ibu Yesus ada di situ” kalimat ini mengandung makna bahwa Maria (ibu Yesus) sedang membantu perancangan acara perkawinan tersebut. Hal yang semacam ini dapat ditemukan (1) caranya memerintah para pelayan-pelayan (lih. ay 5) dan (2) kepeduliannya atas minuman (lih. ay 3). Ini mungkin adalah saudara atau rekan-rekan dari keluarga (A.S. Hardiwijaya; 2008; 40-41).
Jadi, ayat 1-2 ini hanya menceritakan di Kana ada sebuah perkawinan dan Yesus, Ibu-Nya dan para murid-murid-Nya berada di situ. Ayat ini juga menceritakan tentang nama-nama tokoh-tokoh yang ikut terlibat dalam pesta tersebut.

B.     Mau Apakah Engkau dari Pada-Ku, Ibu (ay 3-4)
Seperti kebiasaan Yohanes, carita tentang perbincangan antara Yesus dan Ibu-Nya diceritakan olehnya dengan sangat cingkat. Dalam percakapan tersebut, Ibu-Nya hanya memberi tahukan kepada Yesus tentang persediaan anggur yang sudah menipis. Atas pemberitahuan tersebut, (bdk. ay 4) ”Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu?” at-Ku belum tiba” , sekilas didengar bahwa nada jawaban ini kasar, terutama dalam konteks berbicara dengan orangtua. Di sini Yesus mengungkapkan kebebasan-Nya dari segala macam kuasa manusia.
Harus diketahui bahwa Yesus adalah raja Ilahi yang kedaulan-Nya membuat Yesus berada di atas segala kuasa manusia. Ayat ini juga merupakan pola pengarang yang menceritakan Yesus dalam menghadapi terlebih dahulu dengan bersikap keras terhadap orang yang meminta-Nya dan kemudian meluluskan-Nya. Pola tersebut juga terdapat denga jelas juga dalam Injil Yohanes 4: 48, 11:13 (A.S. Hardiwijaya; 2008; 41).
Di katakana Mereka kehabisan anggur”. Adat istiadat Ibrani untuk menyuguhkan anggur bagi para tamu. Anggur ini secara jelas adalah hasil fermentasi, sebagaimana terlihat dalam (1) komentar dari pemimpin pesta bdk. ay 9-10), (2) adat istiadat Yahudi di jaman Yesus, dan (3) kelangkaan akan proses-proses penyehatan atau campuran bahan-bahan kimia (Bob Utley. 1996; 31-34).  Jadi, hal yang ditekankan di sini adalah tentang ke Ilahian Yesus sebagai Putra Allah yang melebihi kuasa dari manusiawi.

C.    Saat-Ku Belum Tiba
Atas pertanyaan Maria, saat-Ku belum tiba” menurut tafsiran Bob Utley (1996; 31-34) ayat Ini menunjukkan pemahaman diri Yesus mengenai maksud pengutusan-Nya (bdk. Mrk 10:45). Yohanes menggunakan istilah “saa atau waktut” ini dalam beberapa cara: (1) untuk waktu atau jam (bdk. 1:39; 4:6,52,53; 11:9; 16:21; 19:14; 19:27), (2) untuk jaman akhir (bdk. 4:21,23; 5:25,28), dan (3) untuk hari-hari terakhir-Nya (penangkapan, persidangan, kematian, bdk. 2:4; 7:30; 8:20; 12:23,27; 13:1; 16:32; 17:1).
A.S. Hardiwijaya (2008; 41) dalam bukunya mengatakan  saat-Ku belum tiba” adalah jawaban yang implisit atas pertanyaan Maria. Dalam masa hidup-Nya, Yesus sering kali berbicara mengenai saat (bora) sebagai suatu cara untuk menunjuk pada peristiwa penyaliban (bdk. Yoh 7:30; 8:20; 12:23; 13:1; 17:1). Ungkapan yang menunjukkan tentang waktu yang menentukan, di mana dalam peristiwa penyaliban dan kebangkitan Ia di muliakan oleh Bapa.
Jadi, dalam karya-Nya, Yesus selalu memberikan tanda kepada para pengikut-Nya untuk mengetahui tantang kematian-Nya. Jawaban yang diberikan Yesus kepada Ibu-Nya, memiliki makna akan peristiwa yang akan lebih besar terjadi dalam diri-Nya. Peristiwa yang dimana Ia di salibkan dan kemudian dimuliakan oleh Bapa-Nya.  Dalam hal ini, Ibu atau para pengikut Yesus harus menguatkan imannya, dengan demikian mereka akan mengalami hal-hal yang lebih besar dari pada peristiwa tersebut (bdk. ay 5).

D.    Tempayan untuk Pembasuhan (ay 6)
Bagi adat istiadat orang Yahudi, tempayan memiliki fungsi tersendiri. Dalam pesta perkawinan, tempayan memiliki fungsi untuk menyediakan air untuk pembasuh sebelum dan sesudah makan. Pada umumnya, tempayan orang Yahudi terbuat dari batu, tujuannya demi kebersihan (bdk. Im 21:29). Dalam peristiwa ini, enam tempayan memiliki makna simbolik.
Jumlah enam kemungkinan memiliki makna tidak penuhnya tradisi Iberani-Yahudi. Kapasitas ini hanya mau menunjukkan betapa agungnya karya mukjizat yang dilakukan oleh Yesus. dalam hal ini juga, dapat dikatakan bahwa terkadang pengarang sering membesar-besarkan mukjizat-mukjizat yang diperbuat oleh Yesus, seperti mukjizat yang dialami oleh Lazarus (bdk. bab 9). Yang jelasnya adalah bahwa tempayan dan isinya adalah melambangkan tradisi orang Ibarani-Yahudi (A.S. Hardiwijaya. 2008; 41).

E.     Anggur yang Baik (ay 7-10)
Pada ayat 7, nampaknya Yesus menguasi sitasi yang terjadi, dan meminta kepada para pelayan-pelayan supaya tempayan-tempayan yang telah ada itu untuk diisi dengan air, serta memberikannya kepada pemimpin pesta. Dalam adat kebiasaan orang Yahudi, pemimpin pesta bertanggungjawab atas berlangsungngnya sebuah pesta.
Dikatakan pada ayat 10 ”..... setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang….”, dalam hal ini, pengarang Yohanes hendak menekankan kelimpahan, melainkan kualitas atau mutu dari anggur tersebut. Berubahnya air menjadi anggur dalam peristiwa pernikahan di Kana memiliki makna yang mendalam bagi orang bariman. Namun, dalam hal ini yang menjadi tekenan atau intinya adalah kelimpahan dari anggur tersebut menandakan kelimpahan anugerah yang terjadi pada masa Mesias (bdk. Yer 33:6; Yes 60:5).
Air yang dalam terdisi adat Yahudi sebagai pembasuh kaki diubah menjadi anggur, artinya pemberiaan diri Allah yang murah hati kepada umat manusia, dan anggur melambangkan pewahyuaan diri Allah dalam diri Yesus Kristus. Dalam hal ini, pengaran Yohanes hanya menekankan bahwa mukjizat adalah simbol yang memiliki makna yang mendalam (A.S. Hardiwijaya. 2008; 41-42).

F.     Tanda (ay 11)
Dalam bahan kuliahnya Bob Utley (1996 ;34) menafsirkan ayat 11 sebagai berikaut perwujudan dari kemuliaan Yesus (bdk Yoh 1:14) adalah maksud tujuan dari mukjizat-mukjizat tersebut. Mukjizat ini, sebagaimana banyak yang lainnya, sepertinya diarahkan terutama pada murid-murid-Nya. Ini tidak menunjuk pada tindakan iman mula-mula mereka, namun pemahaman yang berkelanjutan mengenai pribadi dan pekerjaan-Nya.
Sementara A.S. Hardiwijaya (2008; 42-43) mengatakan bahwa ayat 11 ini merupakan sebuah kesimpulan dari cerita peristiwa mukjizat pernikahan di Kana, seperti yang ditemukan pengarang Yohanes dalam sumber tanda-Nya yang pertama. Dalam hal ini, mukjizat dimengerti sebagai kewibawaan dari si pelaku mukjizat tersebut dan menghubungkannya dengan si pelaku tersebut.
Menurut Yohanes, otoritas ke-Ilahian Yesus tampak dari mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya, karenanya iman dibangiktkan, artinya orang semakin percaya akan kuasa yang dimiliki oleh Yesus. Hal tersebut juga terjadi dalam perubahan air menjadi anggur, tujuannya adalah supaya para murid-murid Yesus semakin percaya akan kekuasaan dan Ke-Ilahian Yesus. Dalam hal ini, penginjil Yohanes memberikan pemahaman bahwa tanda-tanda sebagai peristiwa yang memadukan, dan memunjukkan identitas Yesus yang sebenarnya. Dan hal tersebut hanya terjadi atau dapat dipahami oleh orang-orang yang beriman kepada Yesus (melihat semuannya dalam kacamata iman).
Jadi, kesimpulannya, hanya dalam kondisi orang berimanlah mukjizat-mukjizat tersebut memiliki makna. Makna mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus mau mengatakan atau menyikapkan akan kemuliaan Yesus Kristus, maka dalam hal ini, dengan tanda yang diperbuat oleh Yesus dari mukjizat mengandaikan iman dan dapat mendatangkan iman kepada setiap orang yang yakin dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Putra Allah yang hidup.

1.2.3        Pengertian Tentang Katekis
Dalam kenyataannya, setiap orang katolik yang telah dibaptis secara pribadi dipanggil oleh Roh Kudus ikut terlibat dalam mewartakan kedatangan kerajaan Allah di dunia ini. Dengan rahmat sakramen baptis inilah sumber panggilan seorang katekis. Dalam hal ini, menjadi katekis adalah orang yang memiliki sebuah panggilan khusus (KWI. 1997: 15).
Sebenarnya apa katekis itu? seperti apakah spiritualitasnya? bagaimana kedudukannya dalam gereja dan apa tugas pokohnya?
Katekis adalah semua umat beriman kristiani, baik klerus maupun awam yang dipanggil dan diutus oleh Allah menjadi seorang pewarta Sabda Allah. Katekis juga mendapat pengertian mereka yang memiliki spiritualitas kenabian dan memiliki relasi erat dengan Allah Tritunggal, umat, penganut agama lain, serta masyarakat. Seorang katekis juga harus mencintai tugasnya sebagai panggilan khusus dan memiliki kegembiraan dalam menjalankan panggilan dan perutusannya (L. Prasetya. 2007: 21-23).
Dalam reksa pelayanannya, seorang katekis harus keterampilan menganalisa, berkomunikasi, berdialog, dan berefleksi dalam terang Kitab Suci. Selain memiliki ketrampilan dalam kepemimpinan dan manajemen, seorang katekis juga harus menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi program kateketik dan pastoral. Dalam hal ini, dapat dikatekan profesi sebagai seorang katekis mengajar dan mewartakan sabda Allah.
Jadi, katekis adalah orang beriman Kristiani yang telah dibaptis didalam nama Tuhan Yesus Kristus, dipanggil oleh Roh Kudus untuk mewartakan kasih Allah. Profesi yang utama seorang katekis adalah mengajar dan mewartakan Allah. Dasar panggilan seorang katekis adalah ”Pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19). 

1.2.3.1  Spiritualitas Katekis Dewasa Ini
Selayaknya seorang klerus, katekis juga memiliki spiritualita dalam menjalani hidup pelayanannya. Spiritualitas katekis adalah hidup dalam Roh Kudus. Bagi seorang katekis, Roh Kudus membantu dan memperbarui hidup seorang katekis seraca terus-menerus dalam identitas panggilan khusus, terutama dalam panggilan, pewartaan dan tugas perutusannya. Dengan bantuan, dorongan dan pembaruan dari Roh Kudus, seorang katekis mengalami terus-menerus suatu motivasi dan inspirasi yang baru dan khusus, suatu panggilan kepada kesucian hidup. Spiritualitas katekis sangat terkait dengan amat erat dalam status meraka sebagai pewarta sabda, yang bertugas sesuai dengan tingkat mereka sehari-hari sebagai nabi, imamat dan raja.
Dalam hal ini juga, spiritualitas katekis disesuaikan dengan oleh panggilan kerasulan mereka. Karena keterbukaan itu, ciri-ciri seorang katekis adalah terbuka dengan firman Allah, kepada Gereja, dan terhadap dunia. Dalam menjalani hidup mereka, mereka memiliki hidup yang autentik, memiliki semangat misioner, dan membangun relasi yang baik dan mendalam dengan Bunda Gereja, Bunda Maria di dalam devosi (KWI. 1997:22)..
1)      Bagi seorang katekis, Bunda Maria adalah teladan dalam hal iman. Sikap menyerah pada penyelenggaraan ilahi menuntunnya pada misteri penyelamatan. Sikap yang demikian lah yang merasuki semangat kerasulan seorang katekis, yakni membiarkan karya Allah terlaksana melalui dan dalam diri mereka.
2)      Dalam menjalankan karyanya, seorang katekis melibatkan seluruh hidupnya. Artinya, sebelum mereka mewartakan sabda Allah, mereka terlebih dahulu harus memiliki sabda dan menghidupinya dalam kehidupan mereka.
3)      Semangat misioner, dalam karya pelayanannya, seorang katekis seperti para gembala yang mencari domba yang hilang (bdk. Luk 15:4). Keyakinan menjadi sumber semangat bagi mereka dalam melayani.
4)      Keterbukaan terhadap dunia. Harus disadari bahwa tugas seorang katekis adalah mewartakan sabda Allah, oleh karena itu sikap rohani yang paling dasar, yang harus dihayati oleh seorang katekis adalah keterbukaan terhadap sabda Allah, yang ada dalam wahyu dan selalu diwartakan oleh Gereja, dan dirayakan dalam ekaristi suci dan dihayati oleh orang kudus. Sikap yang semacam ini memiliki arti keterbukaan terhadap Tuhan, Gereja dan Dunia.

1.2.3.2  Kedudukan Katekis dalam Gereja
Prasetya (2007: 21-24) dalam bukunya yang berjudul ”Mejadi Katekis Siapa Takut” mengatakan bahwa kedudukan seorang katekis dalam Gereja adalah sebagai mitra hierarki. Dengan rahmat sakramen pembaptisan, krisma dan Ekaristi yang telah diterimanya, katekis ikut ambil bagian dalam tri tugas Kristus sebagai imam, nabi dan raja.
Konsili Vatikan II dalam konstitusi dogmatis tentang gereja mengatakan;
“…semua orang beriman kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius yang diakui dalam Gereja. Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat Babtis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi Umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, dan dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan perutusan segenap Umat kristiani dalam Gereja dan di dunia…” (LG 31)
Dengan melalui tugas atau peran ini, katekis dipanggil untuk ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang lebih mengarah pada bentuk kehidupan dan perkembangan integral Gereja. Dengan aneka cara bentuk kehidupan mereka, para katekis diharapkan untuk terlibat dalam tugas perutusan Allah bagi pewartaan keselamatan dunia ini.
Adapun maksud dari keterlibatan para katekis dalam hidup menggereja adalah supaya Gereja katolik hidup berkembang serta menghasilkan buah yang berkelimpahan bagi seluruh umat katolik.
1.2.3.3  Tugas Pokok Seorang Katekis
Selayaknya para klerus, seorang katekis juga memiliki tugas yang pokok dan harus dijalankan oleh seorang katekis. Prasetya (2007: 32-42) mengatakan bahwa dalam karya pelayanannya seorang katekis diharapkan dapat memahami kegiatan pewartaan sebagai mewartakan Yesus Kristus yang pertama dan utama, baik kepada orang yang belum beriman ataupun orang yang telah beriman. Mewartakan Yesus Kristus berarti mewartakan kabar gembira kepada semua orang secara berkesinambungan, dari tahap pengajaran sampai pendewasaan iman.
Dalam Kitab Hukum Kanonik KHK, 1983 kan. 773: dikatakan Menjadi tugas khusus dan berat, terutama bagi para gembala rohani, untuk mengusahakan katekese umat kristiani agar iman kaum beriman melalui pengajaran agama dan melalui pengalaman kehidupan kristiani, menjadi hidup, disadari dan penuh daya”. artinya, tugas pokok seorang katekis adalah
1.      Mewartakan Sabda Allah: pewartaan ini dilakukan dengan pengajaran agama (katekese), membagikan pengalam dalam hidup bersama Kristus sebagai juruselamat dan menghayatinya sebagai kekuatan dalam kehidupan dan pewartaannya.
2.      Memberikan kesaksian: tujuannya adalah agar umat semakin diperteguh imannya kepada Yesus Kristus sebagai terang dan juruselamat dunia.

1.3  MAKNA MUKJIZAT YOHANES 2:1-11 BAGI HIDUP PELAYANAN KATEKIS
Bagi orang yang beriman Kristiani, setiap pekerjan dan pewartaan Yesus Kristus memiliki makna supaya orang semakin percaya dan diselamatkan (bdk. Yoh 20:31). Demikian juga mukjizat yang diperbuat oleh Yesus. Bagi seorang katekis, mukjizat yang dikerjakan oleh Yesus selalu mereka rasakan setiap hari.
Dalam hal ini, apa makna mukjizat yang diadakan oleh Yesus pada waktu pernikahan di desa Kana, baik bagi kehidupan maupun bagi pewartaan seorang katekis dalam mengemban atau melaksanakan tugas kegembalaannya.

1.3.1        Bagi Kehidupan Katekis Sendiri Dewasa Ini
Makna mukjizat pada pernikahan di desa kana bagi seorang katekis dalam kehidupannya adalah menambah keyakinan atau keimanan seorang katekis akan Ke-Allah-an Yesus Kristus sebagai Putra Allah yang Tunggal. Dengan iman yang mantap kepada Yesus Kristus sebagai juruselamat, seorang katekis dapat menjadi anggur yang baik, yang dimana orang dapat merasakan kedatangan, kehadiran dan kesejukan Sang Juruselamat yang ia wartakan dan hayati dalam hidupnya.
Seorang katekis juga mempelai Allah yang selalu setia dalam menemani, mewartakan dan menjadi pelayan Allah yang setia. Karena imannya yang besar, seorang katekis selalu merasakan mukjizat kasih Allah setiap hari dalam hidupnya. Kasih itulah yang memberikan motivasi, dorongan dan inspirasi bagi seorang katekis dalam selalu semangat dalam melayani Allah.
Sosok Bunda Maria dalam mukjizat tersebut menjadi panutan bagi seorang katekis dalam membangun kepercayaan kepada Yesus Kristus akan mukjizat yang dilakukan oleh Allah setiap hari dalam dirinya. Keterbukaan terhadap karya dan penyelamatan Allah menjadikan situasi hidup katekis menjadi gembira setiap waktu, terutama dalam tugas dan pelayanannya.
Situasi yang panik dan cemas, sepeti yang dirasakan dalam situasi menipisnya anggur dalam pernikahan di kana, memberikan gambaran bahwa dalam perjalanan hidup seorang katekis tidaklah selalu gembira seperti yang diinginkan atau direncanakan. Dalam kehidupan selalu saja ada sesuatu yang kurang. Dalam hal ini, keteladanan Bunda Maria yang memohon dengan rendah hati kepada Putra-nya haruslah menjadi sikap seorang katekis dalam menanggapi atau merespon situasi dalam hidupnya (bdk. Yoh 2: 3).
Dalam hal ini, seorang katekis harus menjadi tempayan yang menjadi tempat anggur yang baik, yang selalu memberikan kesegaran bagi setiap orang yang merasakan anggur di dalamnya. Artinya, Seornag katekis harus selalu memberikan sebuah pelayanan yang baik kepada umatnya, karena ia adalah gembala yang membawa dombanya kepada padang rumput yang hijau, dan selalu menjaga dombanya dalam keadaan apapun.
Dalam melayani, sikap seorang katekis haruslah selalu menghidupi dan menghayati sabda Allah sebagai penyemangat hidupnya. “Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu” (Yoh 2:5), kepasrahan pelayan-pelayan tersebut terhadap perintah Yesus itulah harus menjadi sikap seorang katekis dalam melayani Allah. 
Jadi, makna mukjizat dalam Yohanes 2:1-11 bagi hidup seorang katekis adalah membuat iman mereka semakin diperteguhkan. Dengan iman yang teguh tersebut, membuat mereka semakin terdorang akan kasih Allah yang selalu nyata dalam hidup mereka. dengan usaha dan kerja keras mereka, dalam situasi apapun kasih Allah yang mengembirakan tersebut selalu mereka rasakan di dalam hati sanu bari mereka. Dalam hal ini, sikap seorang katekis haruslah meneladani Bunda Maria yang selalu yakin akan Putra-nya, Karena kayakinan yang tumbuh dari hati terdalam akan membawa kepada seorang katekis mampu melihat mukjizat yang diadakan oleh Yesus setiap hari dalam hidupnya. Yang dibutuhkan dalam diri seorang katekis dalam hal ini adalah bersyukur atas anugerah yang selalu ia sarasakan setiap hari.

1.3.2        Bagi Pelayanan Kateksi Dewasa Ini.
Bagi karya pelayanan dan pewartaan seorang katekis, mukjizat perkawinan di desa Kana melambangkan sebuah kegembiraan dalam seorang katekis melayanai dan mawartakan Allah. Katekis yang menjadi anggur yang baru, harus selalu memberikan sebuah pelayanan yang baik kepada umatnya.
Situasi hidup pada masa sekarang yang membawa kepada seorang katekis harus selalu memiliki iman yang kuat akan Ke-Allah-an Yesus Kristus akan membuat mereka dapat melayani dengan sukacita. Seorang katekis harus meneladani penuh sikap Bunda Maria dalam melayani. Memiliki kepekaan hati akan sitasi yang terjadi. “ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur” (Yoh 2:3) artinya seorang katekis selalu dengan sikap rendah hati meminta kekuatan dari Allah, dengan meneladani sikap kerendahan hati Bunda Maria, dan dengan setia mentaati perinta Yesus Kristus, seperti yang dilakukan oleh para pelayan-pelayan (bdk. Yoh 2:5-7), maka dalam pelayanan dan pewartaannya, seorang katekis akan selalu merasakan kegembiraan yang luara biasa seperti yang dirasakan oleh seluruh orang yang hadir dalam pesta pernikahan di desa Kana (bdk. Yoh 2:10).

1.4  KESIMPULAN
Peristiwa perkawinan di Kana adalah sebuah pernyataan diri Yesus Kristus sebagai Anak Allah. Peristiwa perubahan air menjadi anggur adalah sebuah peristiwa yang luar biasa. Mukjizat adalah sebuah peristiwa atau kejadian yang luar kodrat hidup manusia, dan sifat dari mukjizat itu sendiri adalah adikodrati, yang melibatkan terjadinya campurtangan Ilahi.
Tujuan utama dari mukjizat yang dilakukan oleh Yesus adalah supaya orang semakin percaya bahwa Yesus Kristus adalah Putra Allah yang hidup. Dengan meyakini atau percaya, maka orang tersebut diselamatkan.
Bagi seorang katekis, mukjizat adalah pangalam pribadi seorang katekis yang bergulat dengan Allah sebagai panduan hidupnya. Dalam hal ini, sikap seorang katekis dalam menyikapi mukjizat adalah
1.      semakin bertambah imannya akan Ke-Allah-an Yesus Kristus sebagai Putra Allah yang menyelamatkan.
2.      Dalam pewartaannya, seorang katekis dimampukan untuk selalu setia terhadap panggilannya dan termotivasi untuk selalu mewartakan di dalam nama Tuhan.




DAFTAR PUSTAKA


Dister, Syukur. Nico. 1987. Kristologi. Yogyakarta: Kanisius

Fuller, H. Keginald. 1991. Menafsirkan Mukjizat. Yogyakarta: Kanisius

Keene, Michael. 2006. Kristianitas. Yogyakarta: Kanisius

Hadiwiyata, S,A. 2008. Tafsir Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius

KWI. 1997. Pedoman Untuk Katekis. Yogyakarta: Kanisius

Prasetya, L. 2007. Menjadi Katekis Siapa Takut. Yogyakarta: Kanisius.

Browning, W.R.F. 2008. Kamus Alkitab. Jakarta: Gunung Mulia.

Raucsh, Thomas. P. 2001. Katolisisme. Yogyakarta: Kanisius.

Utley, Bob.1996. Kumpulan komentari panduanbelajar Perjanjian baru, vol. 7. East Texas Baptist University

LBI. 1976. Kitab Suci Katolik. Ende: Percetakan Arnoldus Ende

KWI. 2004. Konsili Vatikan II. Jakarta: OBOR



Tidak ada komentar:

Posting Komentar