Rabu, 26 Oktober 2011

LATAR BELAKANG KOTA TESALONIKA ZAMAN PAULUS


LATAR BELAKANG
KOTA TESALONIKA ZAMAN PAULUS


Silvester Nyawai


A.     SITUASI KOTA TESALONIKA
Tesalonika merupakan satu dari kota-kota utama dalam kekaisaran Romawi. Kota ini didirikan tahun 315 SM dan berkembang semenjak zaman Hellenis (Yunani) menjadi kota besar dan makmur. Tesalonika menjadi ibu kota provinsi Macedonia. Rasul Paulus tiba di kota Tesalonika pada tahun 50. Sebagai kota yang besar di Macedonia, Tesalonika menempati posisi strategis sebagai pusat kebudayaan dan perekonomian, selain itu juga, kota Tesalonika sebagai kota pelabuhan dan pusat perdagangan, diperkirakan bahwa dimasa kehidupan Paulus, penduduk Tesalonika mungkin berjumlah 200.000 orang. Paulus mendirika jemaat Kristen di Tesalonika pada saat mengadakan perjalanan misinya yang kedua dan pada waktu itu ia ditemani oleh Timotius dan Silas.
Dengan cepat Tesalonika mengungguli kota-kota tetangganya yang lebih tua dan menjadi kota besar Makedonia yang utama. Terletak dipersimpangan jalan darat utama dari Italia ke Timur dengan jalan utama dari daerah Laut Egea ke S Danube, maka kedudukannya pada jaman kerajaan Roma terjamin, dan Tesalonika merupakan kota utama sampai hari ini. Kota Tesalonika sangat penting untuk pekerjaan pemberitaan injil dari Paulus. Hidup keagamaan, baik yang kafir maupun yang Yahudi sangat berkembang dan penghormatan ilahi diberikan keapda dewa/I Romawi bukti dari rasa berutang mereka kepada pelinding Romawi. Ada ditemukan perasasti yang menyatakan bahwa pemerintah kota Tesalonika disebut Politarkh, suatu sebutan yang tak lazim.
Tesalonika adalah jemaat kedua di daratan Eropa yang dibangun oleh Paulus pada penginjilan II ( Kis 17:1-10). Rasul paulus pergi ke Tesalonika yang terletak 3 hari perjalanan jauhnya dari filipi. Sebuah kota pelabuhan strategis, yang dihuni berbagai suku bangsa: Makedonia, Yunani, Romawi dan Yahudi karena penginjilannya yang sangat berhasil. Selain orang Yahudi, orang-orang kafir termasuk para wanita menjadi percaya akan injil. Kebanyakan dari jemaat Tesalonika adalah golongan masyarakat rendah, yaitu para saudagar dan tukang. Paulus rupanya tidak lama tinggal bersama jemaat Tesalonika, karena orang Yahudi mengusir Paulus secara tidak langsung dengan merekayasa keributan dengan bantuan para preman pasar. Sampai teman Paulus, Gernaus Yason, yang menampung Paulus di rumahnya mendapat ancaman untuk tidak bersahabat lagi dengan Paulus. Pelayanan Paulus sangat berhasil di Tesalonika, dalam waktu singkat Paulus sudah familier dengan jemaat itu, dan rupanya Paulus juga meningkatkan penggembalaan jemaat atau perkunjungan keluarga ( 1 Tes. 2:7-11)
Kaum Yahudi Tesalonika merasa asing dengan ajaran Paulus, sehingga mereka memutuskan untuk bergabung dengan beberapa penentang Paulus lainnya. Karena situasi telah menjadi begitu menegangkan, Paulus melarikan Timotius dan Silas secara sembunyi-sembunyi pada malam hari menuju Berea. Tetapi Paulus tidak menigaalkan kota ini dengan percuma, ia telah mendirikan suatu gereja atas namanya sendiri. Pendirinya adalah beberapa Gentile, diantaranya Jason (Kis Ras 17:9), Aristarkus dan Secundus (Kis Ras 20:4).
B.     SITUASI JEMAAT TESALONIKA PADA WAKTU PAULUS MENULIS SURATNYA.
Datangnya Paulus di Tesalonika untuk mengabarkan Injil, berarti juga menjadi pusat sejarah dunia, karena mendatangi Tesalonika untuk mengabarkan Injil itu berarti berhasil menginjili seluruh dunia. Semua orang pada waktu itu meyakini, jika Injil atau kekristenan tiba di Tesalonika berarti akan tersebar ke seluruh Asia, seluruh Eropa dan seluruh dunia. Kedatangan Injil / kekristenan di Tesalonika merupakan titik penting yang menjadikannya sebagai agama dunia.
Melihat situasi yang amat darurat, acaman dari orang Yahudi di Tesalonika, maka Paulus dan Silas terpaksa menyingkir ke Berea. Karena tidak berhasil menemukan Paulus dan Silas, orang-orang Yahudi ini menyerbu rumah Yason dan menangkap beberapa saudara Kristen serta menghadapkan mereka pada sidang rakyat. Kepada Yason dan saudara-saudara Kristen dituduhkan dua tuduhan: a) bahwa mereka merupakan bagian dari usaha untuk merusak damai dan keamanan (pax et securitas) Romawi dan b) bahwa dengan mengatakan Yesus sebagai raja (dan bukan Caesar) mereka melanggar ketentuan Caesar.
Setelah mereka bertobat, orang-orang Kristen menolak untuk terlibat di dalam kultus tradisional di kota tersebut, meninggalkan semua bentuk kultus terhadap dewa-dewi Roma, terhadap Yulius Caesar, terhadap Agustus, atau juga terhadap dewa-dewi kultus misteri seperti Serapis, Dionysius, Cabirus. Penolakan untuk terlibat dalam kultus tradisional ini tentu saja membuat mereka disingkirkan dari keluarga dan masyarakat. Inilah situasi berat yang mereka tanggung karena Injil.
Situasi yang demikian terdengar oleh Paulus, walaupun demikian di tidak dapat untuk pergi langsung ke kota Tesalonika karena situasi yang tidak memungkinkan untuk ia berangkat kesana (2,18). Dalam situasi yang demikia, Paulus tidak pernah menyerah, ia mengutus Timotius untuk mengunjungi kota tersebut serta mencari tahu situasi yang mereka hadapi (13,2).
Timotius juga diutus untuk menguatkan hati jemaat dan menasihati jemaat tentang iman. Timotius kembali kepada Paulus dengan berita baik mengenai iman, kasih dan harapan jemaat Galatia (3,6s). Timotius membawa kabar baik mengenai jemaat di Tesalonika bahwa mereka bertekun dalam iman dan merindukan Paulus. Meskipun sudah mengutus Timotius dan memperoleh kabar darinya, Paulus masih sangat berharap bisa bertemu muka dengan orang-orang Tesalonika. Ia ingin bertemu dengan mereka untuk menambahkan apa yang masih kurang dalam iman mereka (3,10). 
Setelah Timotius kembali, pada waktu itu Paulus sedang berada di Kota Korintus. Timotius membawa kabar baik: “Perasaan orang-orang Tesalonika terhadap Paulus masih tetap kuat dan mereka tetap berdiri teguh dalam iman. Walaupun pelayanan Paulus di kota Tesalonika tidak lama, akan tetapi hal tersebut sangat membekas di hati mereka, cukup membuat orang-orang Tesalonika bisa berdiri teguh dalam iman mereka. Dalam hal ini, Ternyata Timotius tidak hanya membawa berita yang baik saja, ada berita yang kurang enak untuk di dengar oleh Paulus, diantaranya
Ø      Kelompok ekstrim yang meresponi pengajaran Paulus tentang ‘second coming’. Mereka tidak bekerja lagi karena mananti kedatangan Kristus kedua kali.
Ø      Mereka bingung dengan orang-orang yang sudah mati sebelum kedatangan Kristus.
Ø      Ada juga yang masih terikat dengan tradisi nenek moyang bahkan tradisi kafir sehingga cenderung kembali ke hidup lama mereka.
Ø      Tetap ada fitnahan  terhadap Paulus walupun sudah tidak di sana. Ada yang menuduh Paulus melayani di Tesalonika demi keuntungandiri sendiri.
Ø      Dalam jemaat masih ada perselisihan-perselisihan kecil.

Situasi yang semacam inilah yang terjadi di dalam jemaat di Tesalonika. Mendengar hal tersebut, Paulus kembali menulis surat kepada jemaat di Tesalonika.
C.     ISI DAN IKHTISAR- IKHTISAR SURAT RASUL PAULUS
Secara umum, Surat I-II Tesalonika diterima sebagai surat yang ditulis oleh Paulus dan diterima di Korintus tahun 50-51 ( 1Tes 1:1,7; 2:18; 3:1-2; II Tes 1:1). Bahkan surat I Tesalonik diyakini para ahli sebagai surat Paulus yang tertua, bahkan tertua dari seluruh suratnya dalam Perjanjian Baru. Namun sebagian para ahli Perjanjian Baru menggolongkan II Tesalonika pada Deutero Pauline bersama dengan Kolose dan Efesus.
1.      Surat 1 Tesalonika
Surat Tesalonika 1 dikirim dengan asumsi bahwa jemaat Tesalonika yang masih muda itu mengalami berbagai kesulitan setelah ditinggalkan Paulus. Hal itu sejalan dengan laporan-laporan yang disampaikan oleh Timotius bahwa di antara jemaat masih terdapat pemahaman yang salah tentang beberapa pokok kepercayaan Kristen:
1)      Kesalah pahaman tentang parousia:
ü      Sifat malas dengan menanti-nantikan Parousia dengan berpangku tangan tidak melakukan pekerjaan sehari-hari( I Tes. 1:10, 2:12, 19; 3:13; 4:13- 5:11)
ü      Keberadaan orang percaya yang telah meninggal sebelum parousia
ü      Ketidakpastian waktu kedatangan Kristus.
ü      Pengaruh paham kekafiran yang mempengaruhi jemaat
2)      Pemahaman tentang “ Kerajaan Allah” yang dirasakan tidak sesuai dengan kenyataan dimana terjadi berbagai penghambatan dan kesukaran.
3)      Tuduhan-tuduhan terhadap Paulus sebagai tukang sihir yang hidup dari   pertolongan orang yang mempercayainya.
Adapun tujuan surat Rasul Paulus yang pertama kepada Jemaat di Tesalonika adalah  menekankan bahwa hari Tuhan akan datang seperti pencuri di malam hari, sehingga mereka harus berjaga-jaga (I Tes 5:2;5:6). Namun, hal ini melahirkan suatu keadaan yang tidak sehat sebab orang tidak berbuat apa-apa kecuali berjaga-jaga. Kitab I Tesalonika ditulis oleh Paulus. Ada beberapa hal yang membuktikan bahwa Pauluslah penulisnya, yaitu: 1. Palus memakai “aku” (2:8) dan menyinggung Timotius (3:2,6).
2.      Surat 2 Tesalonika
Penulisan surat ini dilatar belakangi kondisi jemaat yang semakin tertindas, serta pertentangan hebat soal pengharapan akan penyataan Kerajaan Allah ( Hari Tuhan). Selain menghibur dan menguatkan hati jemaat yang tertindas, surat II Tesalonika juga menjawab atau meluruskan beberapa masalah yang timbul akibat kesalahpahaman terhadap Surat I Tesalonika, antara lain:
1)      Menyangkut tanda-tanda akan kedatangan hari Tuhan, yaitu munculnya pendurhaka dengan berbagai keajaiban dan mujizat-mujizat palsu ( II Tes. 2:1-12)
2)      Menyangkut  ketidakdisiplinan anggota jemaat, yang mengabaikan tanggungjawab sehari-hari ( II Tes 3:6-15).
Adapun tujuan penulisan surat kedua ini adalah dikhususnya untuk menghapuskan kesalah pahaman tentang kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Dalam surat yang kedua Paulus menjelaskan tanda-tanda yang akan muncul mendahului kedatangan Yesus yang kedua kalinya (II Tes 2:3-12). Orang-orang Tesalonika mempunyai pandangan yang keliru tentang kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Surat yang kedua berusaha untuk menempatkan semuanya itu secara seimbang dan memperbaiki pandangan-pandangan umat Tesalonika yang begitu bersemangat mengenai kedatangan Yesus yang kedua kalinya.
Dikatakan bahwa surat II Tesalonika tidak ditulis oleh Paulus, melainkan ditulis oleh seorang yang mempunya kesulitan dengan surat I Tesalonika. Bukan berarti bahwa surat II Tesalonika ditulis segera setelah surat I Tesalonika. Sehingga tidak ada kemungkinan bahwa Paulus sendiri akan membaca surat itu, dengan kata lain surat II Tesalonika ditulis sesudah kematian Paulus. Namun jika dilihat di dalam II Tesalonika 2:17, seolah-olah Pauluslah yang menuliskan surat ini. Tetapi yang mau ditekankan dari ayat itu adalah keaslian surat II Tesalonika itu sendiri. Kalau diandaikan bahwa II Tesalonika ditulis oleh Paulus dalam kurun waktu yang sedikit setelah penulisan surat I Tesalonika karena ketergantungan literer, maka ayat ini sangat aneh. Orang Tesalonika yang baru menerima surat dari Paulus, pasti mengetahui bagaimana Paulus menulis sebuah surat, dan mereka juga pasti mengenal tulisan Paulus kembali juga di dalam surat II Tesalonika.



DAFTAR PUSTAKA


Bergant, Dianne & Robert J. Karris (ed). Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius

Holyland, Wisata. (n.d). Kota Tesalonika. 2 April 2011, dari http://www.archipeddy.com/tour/tesalonika.html

Jacobs, Tom.1983. Paulus (Hidup, Karya dan Teologinya). Yogyakarta: Kanisius

LAI. 1974. Kitab Suci Katolik. Ende: Arnoldus Ende.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar