MEMAHAMI PEMIHAKAN GEREJA TERHADAP ORANG MISKIN DALAM TERANG INJIL LUKAS
Oleh: Silvester Nyawai
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemiskina merupakan masalah terbesar dalam hidup manusia dari sejak dulu sampai sekarang. Jika melihat fenomena hidup yang seperti ini banyak sekali tangapan, opini dari para pejuang untuk menghadapi kemiskinan. Permasalahan sosial yang tidakan ada hentinya ini bukan hanya terjadi pada zaman Yesus saja, akan tetapi seiring dengan perkembangan dunia yang semakain hari semakin menuntut manusia untuk selalu cenderung menuju kepada sikap individualisme dan konsumerisme.
Jika dikaji lebih dalam lagi, seolah-oleh kemiskinan merupakan topik terbesar manusia yang tak pernah terselesai untuk dibahas. Sebagai permaslahan sosial dalam hidup manusia, kemiskinan tersebut dapat membuat manusia jauh dan kedak dengan Allah sebagai penyelamat dunai. Dalam hal ini, hendaklah gereja dengan tugas atau berdasarkan panggilannya yang ia peroleh dari Yesus Kristus dengan melalui para murid-muridnya, hendaklah gereja memberi perhatian yang khusus kepada orang miskin.
1.2. Tujuan Penuliasan
Ada beberapa alasan penulis mengambil tema tentang ”Memahami Pemihakan Gereja Terhadap Orang Miskin Dalam Terang Injil Lukas” alasan pertama, mengingat semakain banyaknya tingkat kemiskinan yang terjadi pada masa sekarang, seolah-oleh kemiskinan tersebut adalah jurang yang memisahakan antara manusia dengan manusa dan dengan Tuhan.
Kedua, kemiskinan merupakan nilai hidup yang mengarahkan kepada penghayatan hidup akan peristiwa penyelamatan Yesus Kristus ke dunia ini. Kemiskinan yang seperti ini merupakan penghayatan bagi para kaum klerus, yang tidak memusatkan tumpuan hidup mereka kepada hal atau harta dunia.
1.3. Metode penulisan
Dalam menulis peper ini, penulis mengunakan metode studi kepustakaan yang digunakan sebagai sumber utama, dan kemudian penulis juga mengunakan sumber-suber pendukung lainnya, seperti artikel, dokumen, kitab suci, kamus dan kenyataan hidup serta pengalaman penulis dalam melihat kenyataan-kenyataan yang ada terjadi dalam masyarakat, baik melaloi TV dan penglihatan langsuang.
BAB II
MEMAHAMI PEMIHAKAN GEREJA TERHADAP ORANG MISKIN DALAM TERANG INJIL LUKAS
2.1.PENGERTIAN KEMISKINAN
2.1.1. Pengertian Kemiskinan
Secara harafiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin diberi arti “tidak berharta-benda” (Poerwadarminta, 1976). Dalam pengertian yang lebih luas, kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidak-mampuan baik secara individu, keluarga maupun kelompok, sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial yang lain
Kemiskinan merupakan situasi di mana adanya kekurangan akan hal-hal yang dimilikinya, contohnya adalah sandang, pangan dan papan. Dilain sisi kemiskinan dapat juga berarti tidak adanya akses atau pemasukan terhadap pendidikan dan pekerjaan yang dapat mengatasi atau menyelesaikan masalah kemiskinan serta mendapatkan kehormatan yang sepentasnya sebagai warga negara.
Dalam kamus Bahasa Indonesis kemiskinan memiliki pengertian situasi yang ada pada penduduk atau sebagian penduduk yang hanya dapat memenuhi kebutuhan misalnya makanan, pakaian, dan perumahan yang sangat dibutuhkan untuk mampu bertahan pada tingkatan yang minimum (Depdakdipbur, 1991.2.660). Dalam kamus Teologi, kemiskinan dimengerti sebagai suatu pilihan hidup. Teologi ini dipelopori oleh para tokoh Teologi pembebasan dengan maksud untuk mengajak orang-orang Kristiani dengan tujuan supaya ada keadilan sosial bagi mereka yang pada waktu itu belum dapat memenuhi kebutuhan seperti sandang, pangan dan papan, serta pelayanan yang lainnya. Kesejahteraan, pendidikan, pekerjaan, serta kebutuhan dasar yang lainnya (O’Collins dan G. Farrugia. 1996: 200).
Miskin juga dapat berarti mereka yang mendapat tatanan yang paling bawah dalam hal ekonomi di dalam masyarakat, dan oleh situasi tersebut bahkan ada yang menjual dirinya untuk dijadikan budak oleh sekelompok orang yang mampu sebagai meringankan beban hidup mereka dalam hal persaingan. Dalam perjanjian Lama, kemiskinan merupakan hukuman atas kejahatan (Browning. 2008. 272).
”Amsal 13:18 Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang mengabaikan didikan, tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati”
Kemiskinan dapat dipahami dengan berbagai macam cara, diantaranya adalah kemiskinan merupakan gerbang kekurangannya materi yang dapat mencakupi segala kebutuhan seperti makanan sehari-hari, pakaian, rumah serta pelayanan kesejahteraan (kesehatan), dalam hal ini kemiskinan dapat diartikan sebagai adanya kelangkaan keperluan-keperluan serta pelayanan yang mendasar. Kemiskinan yang menjadi tantangan akan kebutuhan sosial seperti dikucilkan dari kehidupan sosial, memiliki ketergantungan terhadap orang lain, dan tidak mampu untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat contohnya pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Orang yang dikatakan miskin dapat juga dikatakan bahwa orang yang kurang mengalami nasib yang baik didalam hidupnya. Pada istilah ada dua pengandaian yang dapat saling melengkapi seperti, kemiskinan dalam arti ekonomi merupakan pernyataan orang yang miskin tidak dapat dilepaskan dari kehidupan yang ada di dunia ini, istilahnya kemiskinan merupakan bagian dari kehidupan di dunia. Kemiskinan dalam arti religius merupakan keadaan yang dialami ia alami. Pada pernyataan ini dapat diartikan sebagai keterbukaan orang-orang miskin akan kedatangan Allah secara khusus serta mengalami kerajaan Allah sebagai suatu daerahnya sendiri (Dufour. 1990: 400).
2.1.2. Konsep Tentang Kemiskinan
Kemiskinan itu muncul ketika ada sekelompok orang yang tidak mampu untuk mencukupi kebutuhannya secara ekonomi, kebutuhan ini oleh publik dianggap sebagai kebutuhan yang minimal dari standar kehidupan manusia. Ada beberapa konsep pemahaman tentang kemiskinan diantaranya:
1. Menurut Superlan (1995:xi) kemiskinan merupakan standar tingkat kehidupan yang rendah, seperti tingkat kemiskinan yang memiliki kekurangan materi dalam sekelompok masyarakat. Dari standar materi yang kurang ini memiliki dampak pada orang yang bersangkutan, pada hal pendidikan, moral, kesehatan dan menganggap diri mereka sebagai orang miskin.
2. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Kemiskinan merupakan situasi yang tidak dapat dielakkan dari seseorang, dan tidak mampu untuk mengatasinya.
3. Kemiskinan menurut BKKBN (1996:10), kemiskinan diartikan sebagai ketidak mampuan seseorang untuk memelihara diri sendiri pada taraf kehidupan yang dipunyai dan tidak bisa memanfaatkan tenaga, mental atau fisik untuk mencukupi kebutuhan hidup (http://forumteologi.com).
2.1.3. Penyebab Kemiskinan
A. Menurut Kuncoro (2000: 107) kemiskinan disebabkan oleh tidak samanya kepemilikan pola sumberdaya yang memiliki akibat distribusi yang tidak seimbang (secara mikro), memiliki keterbatasan sumber pendapatan yang rendah dan mengakibatkan kualitas rendah. Kuncoro juga mengatakan bahwa kemiskinan muncul dikarenakan kualitas sumberdaya manusia, dan memiliki ketidak samaan dalam akses dalam modal.
B. Timbulnya kemiskinan juga dapat disebabkan individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin; penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga; penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar; penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi; penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
2.2.PEMIHAKAN GEREJA TERHADAP KEMISKINAN
Pada kenyataannya, di dunia ini begitu banyak orang yang miskin. Kasus kemiskinan hampir di setiap negara itu ada, terutama di Negara Asia ini kemiskinan yang semakin hari semakin meningkat. Gereja sebagai pilihan Allah memiliki peran yang amat penting dalam memberantas kemiskinan tersebut, artinya kehadiran Gereja dan pelayanannya haruslah berperan aktif untuk mewartakan Kabar Gembira kepada semua orang terutama kepada mereka yang berkurang dalam sandang, papan dan pangan (miskin).
Melihat kenyataan itu harusnya seperti apakah pelayanan Gereja terhadap orang miskin. Dalam pewartaan-Nya, Yesus pernah berkata bahwa Kerajaan Allah sudah datang dan berkarya, dengan demikian orang yang miskin diajak untuk menyadari kekuatan Allah diantara mereka, tindakan yang demikian ingin menyadarkan bahwa kekuatan Allah itu hadir dalam diri semua orang. Kerajaan Allah bukanlah suatu penyembuh bagi semua orang, akan tetapi Kerajaan Allah merupakan usaha yang menuntut untuk bekerja keras.
Kedatangan Yesus ke dunia ini memang membawa damai, akan tetapi damai yang dibawa oleh Yesus sering mendapat perlawanan, maka dari pada itu hendaklah Gereja sebagai mempelai Yesus harus meneladani Yesus dalam segala pewartaan-Nya terutama Gereja harus memiliki keberpihakan terhadap orang yang terlantar atau miskin. Dalam hal ini, Gereja dituntut bukan menjadi suatu himpunan atau perkumpulan yang hidup kerohaniaannya baik atau saleh, melainkan Gereja merupakan persekutuan orang yang beriman kepada Yesus sebagai sumber inspirasi dan sekaligus merupakan sumber kekuatan dalam menjalankan tugas pastoral tugas Gereja.
”Lukas 12: 51 Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan”
Beriman kepada Yesus, artinya seluruh kepenuhan hidup Gereja harus menjadi seperti Yesus yang selalu semangat dalam pelayanan dan tidak memilih siapa dan di mana, terlebih-lebih sikap kepada kaum miskin. Dalam hal ini, Gereja dituntut bukan hanya sekedar teori melainkan tindakan yang nyata atau kongkret. Gereja yang berada di tengah dunia ini harus menjadi garam dan terang dunia, artinya kekuatan Gereja bukan terletak pada finansial atau ekonominya, akan tetapi kekuatan Gereja terletak pada Roh Kudus yang selalu memberi kekuatan dan semangat Iman kepada seluruh umat manusia (KWI, 2007: 456).
Keberpihak Gereja terhadap kaum miskin merefleksikan solidar Allah sendiri terhap mereka yang menderita dan “hina” maka dari pada itu, dalam Injil Matius 25:42-45 di situ jelas Yesus mengidentifikasikan dirinya dengan mereka yang menderita (yang lapar, haus, telanjang dan penjara). Pada umumnya di dunia ini orang menderita kemiskinan dan penindasan, karena situasi yang tidak adil, atau karena struktur di dalam masyarakat itu tidak berpihak kepada kelompok orang-orang yg terpinggirkan. Dewasa ini di dunia kita ini, ada sekiat satu miliar orang yang terjerumuskan dalam kemiskinan. Maka salusinya disampai diakonia karitatif, Gereja juga harus melaksanakan diakonia reformatif dan transformatif . Gereja harus memberdayakan kelompok marginal dan memperjuangan perubahan struktur yang kurang adil di dalam dunia ini (exploitatif).
2.3.KEMISKINAN MENURUT INJIL LUKAS
Dalam injil Lukas, tema mengenai orang miskin amat banyak dikisahkan, bahkan ada kata-kata cerita untuk orang miskin. Dalam injil Lukas ia ingin mewartakan bahwa Yesus yang memiliki kuasa sebagai Tuhan dan Mesias. Penginjil Lukas mengatakan bahwa Tuhan yang datang ke dunia ini merupakan Allah yang penuh belas kashih. Dalam injil Lukas, Yesus selalu digambarkan sebagai orang yang baik hati, berkasihan, dan berbelas kasih. Tindakan Yesus yang baik hati itu oleh penginjil Lukas tampak dalam sikap dan tindakan-Nya terhadap orang-orang yang pada waktu itu kurang dihargai atau miskin.
Dalam tindakan dan pengajaran-Nya itulah tampak bahwa Tuhan Yesus itu merupakan orang yang baik hati dan penuh belas kasih sayang, dan itu terlihat pada sikapn-Nya yang selalu memberi pujian kepada mereka, karena walaupun mereka miskin akan tetapi mereka telah mendapatkan pemerintahan Allah (Luk 6:20).
Lukas 6: 20 “Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.”
Sehingga dengan demikian, miskin menurut injil Lukas dapat bearti mereka yang merasa diri tidak memiliki kemampuan dalam hal ekonomis dan sambil percaya akan pengajaran Yesus Kristus, dan ini dialami oleh orang-orang yang sakit (Groenen. 1984: 141). Selain itu, penginjil Lukas juga mengatakan bahwa orang yang membagikan sebagaian dari miliknya atau hartanya bagi orang yang miskin merupakan orang yang menyimpan hartanya di Kerejaan Surga.
Lukas 19: 8-9 “Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” Tuhan Yesus begitu senang dan membenarkan ucapan dan tindakan Zakheus: “Kata Yesus kepadanya, “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada seisi rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.”
Injil Lukas mengatkan bahwa inti dari kemiskinan itu sendiri adalah kebergantungan manusia kepada Allah. Yang berarti kebergantungan masing-masing pribadi kepada Allah. Ajakan Yesus selalu ditujukan kepada pribadi. Menjadi miskin adalah syarat mutlak mengikut Yesus.
Lukas 14:33. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Kemiskinan sering diartikan dengan hal-hal yang berhubungan dengan harta, tetapi bagi Yesus, kamiskinan adalah kemampuan bagi pribadi untuk mengakui kelemahannya masing-masing, maka dari pada itu kemiskinan harus dialami, bukan cuma imaginasi.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kemiskinan merupakan permasalahan individu maupun sosial yang terjadi disegala zaman dan waktu. Kemiskinan itu dapat terjadi dikarenakan kurangnya kemampuan pribadi atau sosial dapam mencukupi hidupnya, atau kemiskinan juga dapat dikatakan penghayatan seseorang atau kelompok terhadap nilai hidup atau religius. Dalam hal ini seperti apakah orang yang dapat dikatakan dengan tergolong orang yang miskina, orang yang melarat secara materi, yang yang tidak memiliki keberdayaan tarhadap secara ekonomi, politik, dan dengan kesadaran mereka sendiri menjari Tuhan atau membutuhkan Allah, orang yang semacam ini adalah orang yang tidak menemukan bantian dari mana pun, sehingga mereka bersandar pada Tuhan sebagai penyegar dakam hidupnya.
Secara teologis, orang yang miskin merupakan tanggung jawab dari orang yang memiliki kemampuan dalam hal harta (dalam Perjanjian Lama), hal ini telah menjadi kewajiban bagi orang yang mampu karena telah ditetapkan dalam hukum (John. 2000: 204)
”Ul: 24:10-15 Apabila engkau meminjamkan sesuatu kepada sesamamu, janganlah engkau masuk ke rumahnya untuk mengambil gadai dari padanya. Haruslah engkau tinggal berdiri di luar, dan orang yang kauberi pinjaman itu haruslah membawa gadai itu ke luar kepadamu. Jika ia seorang miskin, janganlah engkau tidur dengan barang gadaiannya; kembalikanlah gadaian itu kepadanya pada waktu matahari terbenam, supaya ia dapat tidur dengan memakai kainnya sendiri dan memberkati engkau. Maka engkau akan menjadi benar di hadapan TUHAN, Allahmu. Janganlah engkau memeras pekerja harian yang miskin dan menderita, baik ia saudaramu maupun seorang asing yang ada di negerimu, di dalam tempatmu. Pada hari itu juga haruslah engkau membayar upahnya sebelum matahari terbenam; ia mengharapkannya, karena ia orang miskin; supaya ia jangan berseru kepada TUHAN mengenai engkau dan hal itu menjadi dosa bagimu”
Kemiskinan disebabkan karena adanya suatu ketidakadilan dalam pemilikan faktor produksi dalam masyarakat. kepemilikan tanah yang tidak merata dalam suatu masyarakat pedesaan akan menimbulkan kemiskinan dalam masyarakat. Pembagian faktor yang tidak merata itu menyebabkan masyarakat pedesaan menjadi dua kelompok, kelompok pemilik tanah dan kelompok yang tidak memiliki tanah.
Jika berbicara mengenai kemiskinan dan hubungan dengan gereja, dalam hal ini kita tidak bisa terlepas dari panggilan Gereja yang berada ditengah-tengah dunia ini, mengapa demiakian, karena kemiskinan merupakan sebuah realita atau kenyataan hidup dari manusia yang sesalu dijuampai gereja di mana saja. Dalam hal ini, gereja berusaha dengan sekuat tenaga mencari soalusi bagaimana mengatasi turunnya tingkat kemiskinan itu.
Sebelum Yesus naik ke Surga, ia mengurtus para murid-murid-Nya untuk melayani, oleh para murid hal tersebut diberikan kepada gereja-gereja untuk melayani. Melihat kenyataan ini, Injil Lukas mengatakan bahwa warisan itu adalah mengabarkan kepada segala bangsa tentang jalan bertobat dan pengampunan dosa dengan nama Yesus Kristus, sambil bersaksi tentang perkara-perkara yang telah terjadi oleh dan pada Yesus Kristus.
Kesaksian dan ajaran yang dibawa oleh gereja-gereja dewasa ini tidak lain hakekat, maksud ataupun jiwanya. Gereja tidak mempunyai kuasa merobah hal-hal yang azasi yang disabdakan oleh Kristus. Gereja hanya boleh dan wajib bicara tentangnya dalam bahasa zaman sekarang, supaya dimengerti oleh banyak orang. Mereka ini menghendaki perkataan disertai perbuatan yang mengesankan. Tetapi semuanya tidak boleh meninggalkan azasnya yang asli. Oleh sebab itu, segala maksud baik, pertolongan dan pemberian yang menyertai pekabaran Injil akan menguragi kemurnian Injil, jika tidak satu dengan hakekat tugas penginjilan. Sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit, proyek-proyek pembangunan dan perbuatan-perbuatan amal lain dalam rangka pekerjaan diakonia, hendaklah membawa fungsi kesaksian tentang Kasih yang dikehendaki Kristus berkembang di antara jemaat-Nya.Semua bangunan dan perbuatan itu adalah wujud yang nampak, tanda yang nyata, lukisan yang berbicara, dari ajaran-ajaran Kristus tentang hidup dan keselamatan.
Kesaksian dan ajaran yang dibawa oleh gereja-gereja dewasa ini tidak lain hakekat, maksud ataupun jiwanya. Gereja tidak mempunyai kuasa merobah hal-hal yang azasi yang disabdakan oleh Kristus. Gereja hanya boleh dan wajib bicara tentangnya dalam bahasa zaman sekarang, supaya dimengerti oleh banyak orang. Mereka ini menghendaki perkataan disertai perbuatan yang mengesankan. Tetapi semuanya tidak boleh meninggalkan azasnya yang asli. Oleh sebab itu, segala maksud baik, pertolongan dan pemberian yang menyertai pekabaran Injil akan menguragi kemurnian Injil, jika tidak satu dengan hakekat tugas penginjilan. Sekolah-sekolah, rumah-rumah sakit, proyek-proyek pembangunan dan perbuatan-perbuatan amal lain dalam rangka pekerjaan diakonia, hendaklah membawa fungsi kesaksian tentang Kasih yang dikehendaki Kristus berkembang di antara jemaat-Nya.Semua bangunan dan perbuatan itu adalah wujud yang nampak, tanda yang nyata, lukisan yang berbicara, dari ajaran-ajaran Kristus tentang hidup dan keselamatan.
Dalam hal ini, injil menerangkan atau menganjurkan supaya setiap pribadi maupun kelompok untuk bertobat, dalam hal ini injil telah membuka jalan keselamatan kekal bagi umat manusia, bukan hanya itu saja, injil juga bukan menghiraukan persoalan rohani saja akan tetapi hal jasmani seseorang.
Berikut ini adalah tugas-panggilan gereja dan pengutusannya dimasa kini, yaitu :
Memberitakan Injil menurut perkataan Alkitab. Melakukan perbuatan-perbuatan kebajikan sebagai penghayatan Injil dalam dunia yang hidup. Contoh : perbuatan amal dan pelayanan bagi orang miskin. Membawa obor penerangan dalam arti yang seluas-luasnya. Membina persekutuan jemaat yang menjadi dewasa dalam pelayanan. Menampung pengucapan syukur umat kepada Tuhan yang maha murah.
Memberitakan Injil menurut perkataan Alkitab. Melakukan perbuatan-perbuatan kebajikan sebagai penghayatan Injil dalam dunia yang hidup. Contoh : perbuatan amal dan pelayanan bagi orang miskin. Membawa obor penerangan dalam arti yang seluas-luasnya. Membina persekutuan jemaat yang menjadi dewasa dalam pelayanan. Menampung pengucapan syukur umat kepada Tuhan yang maha murah.
Gereja dipanggil untuk menjalankan tugasnya sebagai pelayan mengenai bagaimana gereja menanggapi masalah kemiskinan dan orang-orang miskin itu sendiri, tentunya berkaitan pula dengan persoalan kesejahteraan. Segala usaha ke arah perbaikan hidup dan penghidupan masyarakat (orang-orang miskin) harus dimulai dari kenyataan yang sedang berlangsung. Kalau kenyataan itu berupa tingkat kehidupan yang sangat rendah (miskin), maka harus kita menerimanya sebagaimana adanya.
Dalam hal ini ada beberapa catatan penting sebagai acuan atau haluan kerja atau langkah yang hendaknya mendapat perhatian penting bagi gereja dalam memberi bantuan atau pertolongan bagi miskin diantaranya adalah gereja hendaknya harus mengertilah secara baik-baik permasalahan-permasalahan hidup dan penghidupan masyarakat tersebut dengan memperhatikan pendirian masyarakat tentang hakekat persoalan itu. kalau persoalan itu hanya dapat diselesaikan dengan merobah pendirian yang ada, maka ini menjadi sasaran pertama, misalnya jangan menyerah dan putus asa.
Dari banyak persoalan hidup yang ditemukan, baiklah dimulai dengan yang paling berpengaruh atau persoalan yang utama yang dihadapi oleh masyarakat yang bersangkutan. Dengan melakukan hal itu akan membuka aspek-aspek lanjutan baginya dan bukan tidak mungkin membangunkan hasratnya untuk mencapai yang lebih baik lagi. Semaksud dengan di atas, baiklah selalu memilih usaha-usaha yang hasilnya mengesankan . Dengan demikian kita dapat mengajak masyarakat atau orang miskin tersebut untuk mengadakan sendiri perbandingan dengan hasil yang ia biasa peroleh dengan cara yang lazim. Pendapatnya sendirilah yang akan meyakinkannya dan membawanya untuk mengikuti anjuran kita. untuk memudahkan ia mengadakan penilaian dengan tenang, baiklah jangan terlalu bermacam-macam anjuran diberikan kepadanya dengan serentak. Banyaknya anjuran kita hendaklah dengan memperhatikan kesanggupan masyarakat atau orang tersebut memahami semuanya dalam pikirannya yang masih banyak dikendalikan oleh nilai-nilai hidup yang dianutnya. Peristiwa ini dapat dipahami, jika kita memasuki alamnya dengan akal budi dan perasaan yang rela, tegasnya dengan hati yang terbuka.
Senada dengan itu juga, janganlah segera mulai dengan usaha yang tidak sesuai dengan pola hidup lingkungan yang masih berlaku, dan hanya dikira baik karena lain dari biasa. Mungkin suatu saat usaha itu akan diakui maknanya, andaikata ada perobahan pola karena meluasnya pandangan orang. Tetapi untuk sementara tidak bijaksana mengagumkan masyarakat yang masih ragu-ragu meletakan langkahnya pada jalan pembaruan, dengan demonstrasi kepandaian kita. sekalipun usaha itu dihadiahkan kepada masyarakat, dalam arti tak ada tanggungan apa-apa baginya, dengannya tidak ada pendidikan kepribadian atau bimbingan kearah dewasa. Kita hanya main pemurah untuk mendapatkan ucapan terimakasih, atau lebih buruk lagi memenangkan kehormatan. Sedang azas kita harus tetap “menolong orang agar ia dapat menolong dirinya sendiri”.
Berpegang pada azas itu, maka hendaklah kita mengatur jalannya proses itu demikian rupa, sehingga masyarakat mengetahui ia sendirilah yang mewujudkan segala pembaruan itu. Hendaklah ia mengerti, bimbingan dan bantuan materiil kita hanya sebagai tambahan yang ia hargai untuk melengkapkan kemampuannya. Kita sudah mulai berhasil dalam usaha untuk memperbaiki keadaan, apabila sudah dapat menggiatkan swadaya masyarakat atau orang yang bersangkutan atas kesadarannya sendiri. Karya yang diselenggarakannya dengan bantuan kita masih dapat gagal oleh sebab-sebab diluar kekuasaan kita, namun jika masyarakat yang bersangkutan telah sadar, ia tak akan menghubungkan kegagalan itu dengan pendiriannya yang baru.
Pembelaan gereja terhadap orang miskin haruslah bercermin pada tindakan dan perutusan dari Yesus kristus yang dalam masa hidupnya memberi pandangan atau perhatian yang penuh bagi orang miskin, karena pembelaan Yesus terhadap kaum miskin dan tertindas sangatlah luar bisa dalam masa hidupnya. Orang yang miskin adalah orang yang memiliki kerajaan Allah, orang yang dimuliakan dalam kerajaan Allah, kemiskinan juga merupakan orang yang memiliki kebahagian, sebab dari kekurangan dan kemiskinannya itulah ia dapat atau mampu untuk berserah diri kepada Allah dan mau menerim Allah di rumahnya.
Dalam injil Lukas, orang yang miskin adalah orang yang mendapat kekurangan dari hal materi, tetindas dalam hal politik dan terpuruk dalam ekonomi, maka dari pada itu, dengan situasi seperti itu yang memampukan kepada mereka untuk berpasrah diri kepada Allah sebagai batu sandungan mereka dalam mendapatkan kebahagian kekal. Maka dari pada itu hendaklah Gereja tidak bisa menutup mata terhadap realitas ini, karena ini merupakan bagian dari tugas dan panggilan gereja di tengah-tengah dunia. Dalam rangka menyikapi masalah kemiskanan ini gereja bertindak sebagai perangsang bukan sebagai Santa Clauss yang hanya membagi-bagikan hadiah kepada kaum miskin.
“Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah, Injil Lukas 6:20”
3.2.Usul dan saran
Dengan melihat dari tema dan latar belakang di atas, tema ini sangatlah relevan dangan situasi dan kondisi yang dihadapai Gereja pada masa sekarang. Peper yang penulis buat ini masih jauh dari apa yang terjadi pada masa sekarang terutama dalam kepemihakan Gereja kepada kaum miskin dalam mewartakan kerajaan Allah. Maka dari pada itu, penulis sangat mengaharapakan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat bembangun demi kesempurnaan peper ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan puju dan syukur kepada Allah yang telah memberikan pencerahan dan penyertaaannya dalam penulis menyeleseikan peper ini, serta terima kasih bagi semua pihak yang telah membatu dalam menyelesaikan peper ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar