SEJARAH GEREJA LUTERAN DAN CALVINIS
DI INDONESIA
Oleh: Silvester Nyawai
A. PENDAHULUAN
Kepenuhan hidup manusia dan perkembangan memiliki sejarah tersendiri. Sejarah merupakan masa lalu atau masa lampau yang manu
B. SEJARAH GEREJA LUTERAN
1. Latar Belakang
Gereja-gereja luteran merupakan gereja yang berasal dari pengajaran yang dirintis oleh Martin Luther. Gerakan reformasi ini terjadi sekitar abat ke XVI yang dipelopori oleh Martin Luther dan mengkeritik tentang ajaran dan praktik Gereja pada waktu itu. Dalam banyak bidang, Gereja banyak terlibat dalam urusan duniawi. Situasi pada waktu itu, paus menjadi menjadi sosok yang sangat berkuasa dan memegang supermasi, baik dalam urusan Gereja maupun dalam urusan kenegaraan.
Keboborokan gereja pada waktu itu, didukung juga dengan pemilihan paus yang dianggap tidak pantas untuk menjadi seorang paus (Paus Aleksander VI dan Paus Leo IX). Situasi yang demikian tidak hanya terjadi pada pemilihan dan kewewenagan paus dalam supermasi, akan tetapi terjadinya koropsi yang luar biasa dikalangan pejabat gereja, dilaian hal tugas yang seharusnya diemban oleh para petugas gereja terbengkalai dikarenakan mereka banyak terlibat dalam urusan duniawi.
Situasi yang demikian juga mengakibatkan adanya para pastor-pastor yang tidak terdidik menjadi seorang pastor, sehingga itu terlihat dalam pastor dalam menyampaikan atau memberikan khotbah, dalam hal ini, pastor tersebut terlihat bodoh, dan tidak mampu untuk mengajar umat. Pada waktu itu, seorang pastor juga memiliki istri simpanan. Pada masa itu, ajaran teologi menjadi mengambang dan tidak memiliki kepastian.
Kehancuran dan keboborokan Gereja pada waktu itu mengakibatkan banyak orang yang bermaksud untuk memperbaharusi situasi gereja kepada pengajaran iman yang benar. Dikarenakan situasi gereja yang suprimasi tersebut, maka tidak ada orang yang berani untuk memperbaharui semuannya itu.
Dalam keadaan yang demikian, maka muculah seorang Martin Luther. Dalam perjuangannya, Luther mula-mula menyerang masalah perjuangan indulgensi. Sola fide merupakan ajaran yang dimunculkan oleh Martin Luther, dengan ajaran inilah Martin Luther menyerang wewenag paus dan menolak beberapa ajaran teologi sebelumnya dengan berpegang pada alkitab yang disesuaikan dengan tafsiran sendiri.
2. Riwayat Hidup Martin Luther
Marthin Luther lahir pada 10 November 1483 dalam sebuah keluarga petani di Eisleben, Thuringen, Jerman, Luther beroleh nama Martinus pada 11 November 1483 ketika dibaptiskan. Ayahnya Martin Luther bernama Hans Luther dan ibunya bernama Margaretta. Dalam kehidupannya, keluarga Marthin Luther berasal dari keluarga petani yang berada di Jerman. Pada waktu ayahnya diangkat menjadi anggota Dewan Kota Mansfeld pada tahun 1484, di situlah Luther mengenyam pendidikannya. Pada tahun 1501 Luther memasuki sebuah Universitas Erfurt, pada waktu itu, universitas ini merupakan universitas yang terbaik di Jerman. Di universitas inilah Martin Luther mempelajari filsafat Nominalis Occam dan teologia skolastika, dan di sini juga ia pertama kali membaca Alkitab perjanjian Lama yang ia temukan diperpustakaan, adapun maksud orangtuanya menyekolahkan Martin di universitas tersebut supaya luter dapat menjadi ahli dalam hokum.
Ketika ia sudah menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1505. Dalam sebuah perjalanannya, terjadilah sebuah peristiwa yang membalikan seluruh kehidupannya. Dalam perjalanan pulang dari Mansfeld ke Erfurt tiba-tiba turun hujan lebat yang disertai dengan guntur dan kilat yang hebat. Ia tersungkur ketana, sambil memohon keselamatan dari bahaya kilat yang dasat itu. Pada kesempatan itu, ia berdoa kepada Santa Anna, yang dianggap sebagai orang kudus yang dipercayai sebagai pelindung dari bahaya kilat. Dalam doanya, Luther berdoa demikian "Santa Anna yang baik, tolonglah aku! Aku mau menjadi biarawan.".
Karen ia diselamatkan dari bahaya hujan yang bercampur dengan petir tersebut, maka pada 16 Juli 1505 ia memasuki biara Serikat Eremit Augustinus di Erfurt dengan diiringi oleh sahabat-sahabatnya. Plihan Luther tersebut tidak direstui oleh orang tuanyan, maka dari pada itu orangtuannya tidak ikut dalam mengantar dia menuju ketempat biara Serikat Eremit Augustinus di Erfurt. Kehidupan yang amat baik yang ia tunjukan, dan itu terluhat dari bagaimana ia mentaati segala macam peraturan yang ada dalam biara tersebut.
Pola hidup rohani yang ia jalankan, seperti berpuas, berdoa, dan menyiksa diri sehingga terlihat paling saleh dan rajin di antara semua para biarawan. Sebagai seorang biarawan yang rajin dan saleh, ia mengaku dosanya selama seminggu sekali, pada kesempatan ibadat doa, Luther banyak kali mengucapkan ada 27 kali doa Bapa Kami dan Ave Maria. Ketekunannya sebagai seorang yang beriman dan seorang biarawan, ia memberikan waktunya untuk membaca Alkitab dengan rajin dan teliti. Hal tersebut ia lakukan hanya untuk mencapai kepastian tentang keselamatannya. Dengan kehidupan yang demikian, dan posisinya sebagai seorang biarawan ia pasti memiliki pergumulan rohani yang tidak akan pernah selesai. Dalam pergumulannya, Martin Luther dinasehati oleh bapa Rohaninnya yang bernama Johann von Staupitz, ia menasihatkannya agar
tidak memikirkan apakah ia diselamatkan atau tidak, yang terpenting disini adalah percaya kepada rahmat Kristus dan memandang pada luka-luka Kristus.
tidak memikirkan apakah ia diselamatkan atau tidak, yang terpenting disini adalah percaya kepada rahmat Kristus dan memandang pada luka-luka Kristus.
Dalam masa pergumulannya untuk mencari Allah yang Rahmani, Martin Luther di tahbiskan menjadi seorang pastor pada tahun 1507, tepatnya pada tanggal 2 Mei 1507. Setelah ditahbiskan, Johann von Staupitz mengutus Luther untuk melanjutkan studinya teologia ke Wittenberg dan dalam kesempatan itu juga ia dapat mengajar filsafat moral di sana. Luther dipindahkan ke biara Augustinus di Wittenberg pada tahun 1508. Namun setahun kemudian, ia kembali lagi ke Erfurt untuk mengajar dogmatika. Hal yang sangat mengembirakan bagi seorang Luther ketika ia ditunjuk untuk menjadi seorang pemimpin biara Erfurt.
Dalam kesempatan ini juga, pada tahun 1510 Luther mendapat kepercayaan dari pimpinan biara di Jerman untuk membahas peraturan-peraturan serikatnya yang di Roma. Kesempatan ini yang membuat ia sangat gembira, karena menurutnya ia dapat bertatap muka dengan Paus serta berziarah ke tempat-tempat kudus dan berdoa di tangga Pilatus untuk pembebasan jiwa kakeknya dari api penyucian.
Pada waktu di ke Roma, ia ditemani oleh oleh seorang biarawan serta seorang bruder berjalan kaki dari Erfurt ke Roma. Pada waktu di Roma itu, selain mengunjungi tempat-tempat berziarah, di Roma Luther melihat keburukan-keburukan yang luar biasa. Di roma, para clerus hidup seenaknya saja, nilai-nilai kekristenan sangat meroset. Sebauh pemikiran yang timbul dari Luther bahwa ia berkata, “Jika seandainya ada neraka, berarti Roma telah dibangun di dalam neraka". Luther telah mempunyai kesan bahwa dahulu Roma adalah kota yang tersuci di dunia, namun kini menjadi yang terburuk. Roma dibandingkannya dengan Yerusalem pada zaman nabi-nabi. Sekalipun demikian, kepercayaan Luther terhadap Gereja Katolik Roma tidak tergugat.
Walaupun sudah menjadi dosen yang mengajarkan tentang mata Kuliah mazmur, surat-surat paulus, pergumulannya untuk mencari Allah tidak sampau. Pada tahun 1514 Luther menemukan jalan ke luar dari pergumulannya itu dari tulisan surat Rasul Pulus dalam Roma 1:16-17. Hal tersebut tidak membahayakan bagi ajaran danj reformasi Luther.
Reformasi Martin Luther terjadi karena bertolak atas dasar beberapa masalah yang terjadi dalam dogma Gereja pada waktu itu, diantaranya adalah pada masalah penjualan Surat Indulgensia (penghapusan dosa). Penjualan surat indolgensi pada waktu itu dimaksudkan untuk membangun gedung Gereja Rasul Petrus di Roma pada zaman pemerintahan Paus Leo X dan demi pelunasan hutang Uskup Agung Albrecht dari Mainz. Dengan cara membeli surat indolgensi tersebut, maka dosa seseorang terhapuskan, dan orang tersebut tidak perlu mengaku dosa lagi hadapat iman, hal yang demikian ditentang oleh Martin Luther, karena menurutnya hal tersebut menentang dogma dan teologi Gereja. Dalam kesempatan ini, ia membuat 95 dalil yang ditempelnya di pintu gerbang gereja istana Wittenberg, tepatnya pada tanggal 31 Oktober 1517.
Dalil-dalil yang dibuat oleh Martin Luther ini menyebar diseluruh Jerman, dan akibatnya penjualan surat indolgensi ini tidak laku lagi di pasaran. Hal tersebut diketahui oleh Paus Leo X.
3. Ajaran-ajaran Lutheran
Ajaran dalam reformasi seringkali diakui sebagai ajara yang berasal dari Martin Luther. Ajaran reformasi ini di simpuka menjadi 3 sola diantaranya adalah sola fide, sola gratia, dan sola scriptura. Ketiga sola ini memiliki pengertian hayatan iman, anugerah dan Kitab Suci.
Dalam pengajarannya, Luther berpendapat bahwa keselamatan yang didapatkan oleh manusia dengan imannya kepada karya anugerah Allah yang dikerjakannya melalui Yesus Kristus, sebagaimana yang disaksikan oleh Kitab Suci. Dalam hal ini, Luther melihat semuannya dengan berdasarkan pandangan kitab suci yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus 2: 8-9, yang berbunyi “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”. Dengan berdasarkan ayat ini, luther menolak ajaran Gereja, terutama pada penjualan surat indulgensi.
Dalam hal ini, Luther berpendapat bahwa manusia diselamatkan bukan karena amal atau perbuatannya yang baik, melainkan semata-mata oleh karena anugerah Allah. Hal ini didasarkan pada perkataan Paulus dalam Surat Roma: "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8).
Seiring dengan perjalanannya, Gereja Lutheran mengakui ada 2 sakramen saja, diantaranya adalah Pembaptisan dan Perjamuan Kudus. Dalam Katekismus Lutheran mengajarkan bahwa pembaptisan merupakan karya Allah, berlandaskan perkataan dan janji Kristus, sehingga dilayankan baik bagi bayi maupun orang dewasa. Gereja Lutheran percaya bahwa roti dan anggur dalam perjamuan kudus adalah sungguh-sungguh tubuh dan darah Kristus yang dianugerahkan kepada umat Kristiani untuk dimakan dan diminum, yang diperintahkan oleh Kristus sendiri HKBP (Huria Kristen Batak Protestan), gereja-gereja Lutheran di Indonesia umumnya menyebar di Sumatera Utara, yakni wilayah pelayanan misi RMG (Rheinische Missions-Gesselschaft) dulu. Gereja-gereja tersebut adalah GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia), GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun), GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola), GKPPD (Gereja Kristen Protestan Pakpak-Dairi), HKI (Huria Kristen Indonesia), GPKB (Gereja Punguan Kristen Batak), GKLI (Gereja Kristen Luther Indonesia), GPP (Gereja Protestan Persekutuan).
Sementara Gereja-gereja di Nias dan Kepulauan Mentawai juga tergolong gereja-gereja Lutheran, yaitu BNKP (Banua Niha Keriso Protestan), AMIN (Angowulua Masehi Indonesia Nias), ONKP (Ora Niha Keriso Protestan), BKPN (Banua Keriso Protestan Nias), dan GKPM (Gereja Kristen Protestan Mentawai). Selain menjadi anggota Federasi Lutheran se-Dunia (LWF), banyak dari gereja-gereja di atas yang juga menjadi anggota PGI
C. SEJARAH GEREJA CALVINIS
1. Latar Belakang
Gereja Calvinis didirikan oleh seorang yang bernama Yohanes Calvin, ia merupakan seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss. Ia merupakan generasi yang kedua dalam jajaran pelopor dan pemimpin gerakan reformasi gereja pada abad ke-16, namun peranannya sangat besar dalam gereja-gereja reformatoris. Gereja-gereja yang mengikuti ajaran dan tata gereja yang digariskan Calvin tersebar di seluruh dunia. Gereja-gereja itu diberi nama Gereja Calvinis. Di Indonesia, gereja-gereja yang bercorak Calvinis merupakan golongan gereja yang terbesar.
Calvin adalah seorang theolog besar dalam kalangan gereja-gereja reformatoris. Pandangan-pandangan theologianya dituangkannya dalam bukunya, Institutio.
Pengaruh internasional Yohanes Calvin dalam perkembangan doktrin-doktrin Reformasi Protestan dimulai ketika ia berusia 25 tahun, ketika ia mulai menulis edisi pertamanya dari Institusi Agama Kristen pada 1534 (diterbitkan pada 1536). Karya ini mengalami sejmlah revisi pada masa hidupnya, termasuk terjemahan yang mengesankan ke dalam bahasa Perancis sehari-hari. Lewat Institusi bersama dengan karya-karya polemik dan penggembalaan Calvin, sumbangan-sumbangannya terhadap dokumen-dokumen konfesional untuk digunakan di gereja-gereja, dan sumbangannya yang besar dalam bentuk tafsiran Alkitab, Calvin memberikan pengaruh secara pribadi yang besar terhadap Protestanisme. Ia hanyalah salah satu di antara banyak tokoh lainnya yang mempengaruhi doktrin-doktrin gereja-gereja Hervormd, meskipun akhirnya ia menjadi yang paling terkemuka.
Gereja-gereja Hervormd, dan juga Calvin, tergolong pada tahap kedua dari Reformasi Protestan, ketika gereja-gereja Injili mulai tebentuk setelah Martin Luther dikucilkan dari Gereja Katolik. Calvin adalah seorang pengungsi Perancis di Geneva. Ia telah menandatangani Pengakuan Augsburg Lutheran setelah direvisi oleh Melancthon pada 1540, tetapi pengaruhnya pertama-tama dirasakan dalam Reformasi Swiss, yang tidak bersifat Lutheran, melainkan lebih mengikuti Ulrich Zwingli. Sejak awal telah jelas bahwa doktrin gereja-gereja Hervormd berkembang dalam arah yang bebas dari Luther, di bawah sejumlah penulis dan pembaharu, termasuk Calvin yang kelak menjadi sangat menonjol. Jauh di kemudian hari, ketika kemashyurannya dihubungkan dengan gereja-gereja Hervormd, seluruh kumpulan ajarannya kemudian disebut sebagai Calvinisme.
2. Ajaran-Ajaran Calvinis
Seperti Gereja Lutheran juga, Gereja Calvin mengajarkan tentang pembenaran hanya oleh iman (Sola Fide), dalam hal ini Calvin sangat menekankan penyucian, kehidupan baru yang harus ditempuh oleh orang-orang Kristen yang bersyukur, karena Allah telah menyelamatkan mereka. Calvin menegaskan bahwa anggota-anggota jemaat yang berkumpul untuk mendengarkan Firman Allah dan untuk ikut ambil bagian dalam Perjamuan Kudus haruslah suci. Disiplin gereja diawasi dengan ketat. Pengawasan atas tingkah laku anggota jemaat bukan saja dilaksanakan oleh penatua, tetapi juga oleh pemerintah.
Calvin mengajarkan bahwa Perjamuan Kudus adalah pemberian Allah dan bukan perbuatan manusia. Roti dan anggur bukan saja lambang, melainkan alat yang dipakai untuk memberikan tubuh dan darah Kristus kepada umatNya. Akan tetapi Kristus kini ada di surga. Roti dan anggur tidak bisa dianggap sama saja dengan tubuh dan darah yang di dalam surga itu, melainkan harus dianggap sebagai tanda dan meterai dari anugerah dan kasih Tuhan dalam Yesus Kristus. Calvin membedakan tanda dengan apa yang ditandakan oleh tanda itu. Calvin menjelaskannya sebagai berikut: "Sebagaimana orang yang percaya itu sungguh menerima tanda-tanda itu dengan mulutnya, demikianlah pada waktu itu juga ia sungguh dihubungkan oleh Roh Kudus dengan tubuh Kristus yang di surga". Dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus, Calvin sangat teliti.
Disamping pembenaran iman, Celvin juga menekankan predestinasi. Menurut dia, bahwa sejak kekal Allah di dalam diri-Nya sendiri telah menetapkan orang-orang mana yang diberiNya keselamatan dan yang mana yang dibinasakan. Orang-orang yang dipilih Tuhan itu diberi anugerah dengan cuma-cuma sedangkan orang-orang yang ditolak Allah, Allah menutup jalan masuk ke dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Wellem, F.D. 1991. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
KWI. 2004. Menjadi Murud Yesus. Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar